Bunga yang mekar

1253 Words

"Ka-kamu!" Laki-laki itu tersenyum hangat, "silahkan duduk Teh Qiana," Lalu Qiana-pun duduk dengan patuh, ia tidak tahu kalau adik kelasnya itu. Mempunyai usaha sendiri di usianya yang masih remaja. "Bagaimana kabar Teh Qiana?" Akhirnya Aska bisa ngobrol dengan gadis itu. Semuanya berjalan sesuai rencana. Ia tahu gadis itu butuh pekerjaan. Makanya ia sengaja meminta ke-pada Ayahnya, agar ia yang memimpin Restoran barunya tersebut. "Saya baik. Eh, saya panggil apa ya? Bapak atau gimana ya bingung?" Aska terkekeh, gadis itu memang sangat menggemaskan. Dan ia sangat rindu. Setelah gadis itu lulus. Ia merasa kesepian, di Sekolah tidak ada lagi gadis yang membuatnya semangat. "Panggil apa aja boleh, sayang juga boleh teh!" "A-apa!" Lagi, Aska terkekeh. Melihat keterkejutan dari waja

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD