Mereka masih terdiam. Qiana masih belum mau menatap ke arah Erlangga. Gadis itu membelakanginya. Dan Erlangga berdiri menyandar di pintu. "Semalam itu, bukan aku yang meluk Sinta. Aku cuma nenangin dia" Erlangga memulai lagi pembicaraannya setelah lama saling terdiam. "Iya aku tahu! Enggak apa-apa! Tenangin aja dia, enggak usah ingat aku juga enggak apa-apa!" Ketus Qiana masih membelakangi Erlangga. Tentu saja Qiana marah, harusnya kan Erlangga nenangin dia, bukannya mantan yang jelas-jelas sudah kurang ngajar. Menyiram sang pacar. Iyakan? Erlangga menarik napas dalam, ia maju satu langkah, menyandarkan dagunya di pundak gadis itu." Aku minta maaf... Aku enggak akan ngelakuin itu lagi, please jangan marah. Aku enggak sanggup yang. Aku bisa gila," Lirih Erlangga memejamkan erat kedua