Setelah kepergian sang Istri, Tiana Kartika, Lambok memutuskan untuk tidak menikah lagi. Dia ingin fokus mengurus anak-anaknya hasil pernikahannya dengan Tia.
Twins baru berusia 3 tahun. Atala berusia 8 tahun.
Lambok masih saja termenung mengingat mendiang Istrinya. Kisah cintanya dengan Tia yang penuh dengan konflik dan airmata berbuah kebahagiaan.
Walau kini Tia tak ada lagi di sisinya. Lambok berjanji akan menjaga buah hati Mereka.
Nindi adik bungsu Tia, juga memutuskan untuk membantu Lambok mengurus Putera dan Puteri Kakaknya. Nindi gak mau keponakannya tumbuh tanpa ada kasih sayang dari sosok Mama.
*******
Dua Tahun Kemudian
"Papa..." Panggil Atala.
Atala yang baru pulang dari sekolah mendapati sang Papa yang sedang duduk termenung.
Lambok menoleh. "Sulung Papa sudah pulang." Lambok mencium puncak kepala Atala.
Sifat Atala sangat mirip dengan Tia. Walau Atala tidak terlahir dari rahim Tia, tapi kasih sayang Tia pada Atala membuat Atala tumbuh menjadi anak yang sholeh, baik hati, cerdas dan tidak sombong tapi Atala sangat perasa.
Atala selalu mengalah pada Adik-adiknya. Lalita dan Lovita. Dua adik perempuan Atala yang kembar.
"Di mana Aunty?" Tanya Atala pada Lambok.
"Aunty sedang di klinik. Sedang Ada pasien." Kata Lambok.
"Ya sudah, Atala mau ganti baju dulu ya Pa, Atala nanti mau nyusul Aunty ke klinik." Kata Atala.
"Iya Sayang. Kamu jangan lupa makan ya. Oh ya... Adik-adik kamu mana? Apa Mami Emily menjemput Kalian?" Tanya Lambok.
"Ya Pa, Mami ada di bawah bersama Lita dan Vita." Kata Atala.
Lambok mengangguk.
Atala menoleh. "Pa... Jangan meratapi Mama terus. Kasihan Mama." Pinta Atala yang mengusap airmatanya.
Lambok mengangguk. "Papa rindu sama Mama Kamu." Kata Lambok.
Atala kembali menghampiri Papa nya. "Atala juga rindu sama Mama, tapi Atala selalu berdoa buat Mama, supaya Mama tenang disana. Papa sudah shalat Dzuhur belum?" Tanya Atala.
"Sudah Nak." Kata Lambok.
Atala menghela nafas. Atala tahu Papanya hari ini pasti ke Makam Mamanya lagi. Atala tak bisa melarang Papanya lagi untuk ke makam Mama nya. Hampir setiap hari Lambok pergi ke makam Tia.
Sudah dua tahun Mamanya meninggalkan Mereka karena kecelakaan pesawat yang akan membawanya berobat ke Negara J karena penyakit kanker otak yang sudah stadium akhir.
Dan selama itu Lambok tak pernah melupakan Tia. Padahal banyak di luar sana yang mau menjadi Ibu sambung bagi Atala, Lita dan Vita, tapi Lambok tak juga mau membuka hatinya.
Dokter Emily pun masih tak juga gentar untuk mendapatkan cinta Lambok.
*******
"Assalamu alaikum Aunty." Sapa Atala yang masuk ke dalam ruangan praktek Nindi.
"Wa alaikumussalam." Jawab Nindi. "Kamu sudah pulang, Sayang. Di mana adik-adikmu?" Tanya Nindi.
"Mereka sedang sama Papa ngobrol sama Mami Emily." Kata Atala.
Nindi menghela nafas. Nindi tahu Emily sedang mencoba mendekati Kakaknya. "Kamu sudah makan?" Tanya Nindi.
Atala mengangguk. "Sudah... Masakan Aunty gak jauh beda dengan masakan Mama, selalu enak." Puji Atala.
Nindi memeluk Atala. "Kamu kangen Mama ya?" Tanya Nindi yang matanya sudah berkaca-kaca.
Atala mengangguk. "Atala kasihan sama Mama, Papa masih saja mengingat Mama."
"Papa Kamu sangat mencintai Mama Kamu, Sayang. Bagi Papa, Mama adalah Cinta pertama dan terakhir untuk Papa." Nindi mencoba menghibur Atala.
Ada desiran aneh dalam hati Nindi jika mengingat Kakak iparnya. Tapi Nindi tak menghiraukannya. Nindi memang menyukai Lambok karena ketulusan Lambok pada Tia dan kebaikan Lambok yang selalu membantu keluarga Tia.
Nindi masih menunggu Marcel. Tapi Nindi juga tak mau memaksakan kehendaknya pada Marcel.
Nindi berharap suatu hari nanti menemukan pria sebaik Lambok.
"Kok Aunty melamun sih?" Atala membuyarkan lamunan Nindi.
"Haah... Tidak Sayang. Aunty tidak melamun. Kamu sudah makan?" Tanya Nindi lagi.
"Tuh kan, Aunty lupa lagi. Barusan Aunty bertanya Aku sudah makan apa belum dan Aku sudah menjawabnya. Sekarang Aunty bertanya lagi." Atala bersedekap.
Nindi terkekeh. "Maafkan Aunty, Sayang. Kalau begitu sekarang Kamu istirahat. Nanti sore Aunty mau ajak Kamu dan Twins jalan-jalan." Janji Nindi.
"Asyiik... Kemana Aunty?" Atala penasaran.
"Ada deh." Kata Nindi.
"Atala tidur siang disini saja ya. Kalau di rumah, twins pasti ganggu Aku, belum lagi anaknya Mami Emily." Atala menepuk jidadnya sendiri.
"Hahaha... Kamu ini. Ya sudah, Kamu boleh tidur di ruangan Aunty. Nanti Aunty bangunin kalau sudah Ashar." Kata Nindi.
Atala mengecup bibir Nindi. Nindi sedikit terkejut. Tapi Nindi hanya menggeleng.
Nindi kembali melayani pasien lain. Tak berapa lama, Nindi sudah selesai memeriksa semua pasiennya. Nindi juga sudah menutup jam prakteknya. Karena sore ini akan mengajak keponakannya jalan-jalan.
"Assalamu alaikum... Sibuk ya?" Salam Lambok yang tiba-tiba sudah berada di klinik bersama Twins.
"Wa alaikumussalam. Loh kok twins gak bobo siang?" Nindi merengut yang membuat twins tertawa melihat wajah Nindi.
"Aunty kalau cembelut lutu deh." Kata Vita. Vita memang belum bisa bicara dengan lancar.
Vita dan Lita kini berusia 5 tahun. Tahun depan mereka masuk elementary school.
Vita dan Lita memang kembar tapi tak identik. Wajah Vita yang cenderung mengambil wajah Tia tapi dengan hidung seperti Lambok, mancung. Warna kulit Vita seperti Tia. Hitam manis.
Wajah Lita cenderung seperti Lambok tapi senyuman Lita seperti Tia, manis. Kulit Lita seperti Lambok, kuning langsat.
Lambok sangat mencintai putra dan putri-putrinya.
"Sudah gak ada pasien?" Tanya Lambok.
"Iya kak, Aku tutup cepat. Aku akan mengajak Atala jalan-jalan." Kata Nindi.
"Iihhh Aunty...! Kok Kak Atala caja yang diajak? Aku ndak?!" Vita-Lita berbarengan dan mengerucutkan bibirnya.
"Hahahaha... Karena Kalian tak menurut seperti Kakak kalian." Nindi mensejajarkan tubuhnya dengan Twins.
"Aku janji deh, ndak bantah Aunty ladi." Kata Twins.
"Ya sudah, sekarang kalian bobo siang ya?" Kata Nindi yang mengusap kepala Twins.
"Kita bobo dicini caja ya?" Kata Twins.
"Boleh....Tapi janji gak ganggu Kak Atala." Pinta Nindi.
Twins mengangguk. Nindi membawa Twins ke ruangannya dan menidurkan twins di kasur yang satu lagi.
Memang di klinik Nindi ada ruangan khusus untuk Nindi, kadang Nindi istirahat disana. Nindi menaruh 2 kasur, karena Atala yang sering menginap. Atala memang lebih dekat dengan Nindi daripada dengan Lambok.
Twins sudah terlelap. Nindi bergegas keluar dari ruangannya.
"Kak Lambok sudah makan?" Tanya Nindi.
Lambok mengangguk.
"Apa Dokter Emily masih di sana?" Tanya Nindi.
Lambok mengangguk.
"Loh kok ditinggal Kak? Kasihan dong Dokter Emily." Kata Nindi.
"Biarkan saja. Kalau gak ditinggal, dia tak akan pulang. Kakak gak mungkin mengusirnya kan?" Lambok terlihat kesal.
Nindi menghela nafas. Nindi tak melarang Kakaknya untuk menikah lagi. Nindi kasihan pada Atala dan Twins yang merindukan sosok seorang Mama.
"Kak, kalau memang Kak Lambok mau menikah lagi, Nindi gak keberatan. Kasihan Atala dan Twins, mereka butuh kasih sayang seorang Mama." Pinta Nindi.
Lambok terperanjat. Tak menyangka Nindi akan mengatakan hal itu.