Bab 2. Pindah Keyakinan

1002 Words
Lambok menggeleng. "Tidak Nindi, Kakak gak akan pernah menghianati Kakak Kamu." "Tapi Kakak gak menghianati Kak Tia. Kak Tia sudah tenang di sana. Deritanya sudah berakhir." Kata Nindi. Lambok menggeleng. "Tak ada satu wanita pun yang bisa menggantikan Kakakmu." Kata Lambok. "Lagi pula Emily berbeda dengan Kita. Seandainya Kakak menerimanya, Dia tak akan mungkin mau mengikuti kepercayaan Kita. Dia sangat taat." Jelas Lambok. "Kakak gak mau, akan berimbas pada Atala dan Twins." Kata Lambok. Nindi mengelus lengan Lambok. "Aku hanya ingin Kakak bahagia." Lambok menangkup pipi Nindi. "Kakak sudah bahagia memiliki Kalian." Lambok mengecup kening Nindi. Nindi memeluk tubuh Lambok. Nindi sangat merindukan Tia. Terkadang Nindi merasa bersalah, kalau saja orang itu tak menabraknya, mungkin Kakaknya masih ada bersama mereka. Nindi terisak. Lambok melerai pelukannya. "Apa Kamu menyalahkan dirimu lagi?" Tanya Lambok. Nindi mengangguk. "Huk... huk... huk..." Nindi kembali menangis. Lambok memeluk Nindi. "Itu bukan salahmu, Sayang. Semua memang sudah kehendak Allah. Kakak janji gak akan sedih lagi." ******* Adzan ashar berkumandang. Nindi bergegas membangunkan Atala dan Twins. "Ayooo bangun.... Mandi... Abis itu shalat ashar. Papa sudah menunggu Kalian." Kata Nindi yang segera mencium kening ketiga keponakannya. Nindi menggandeng Mereka membawa masuk ke rumah inti. Sebelumnya Nindi mengunci kliniknya. Nindi segera memandikan Twins. Atala tak mau dimandikan Nindi, malu katanya. Terkadang Lambok yang akan memandikan Atala kalau Atala mandi asal-asalan. Mereka pun melaksanakan shalat ashar berjamaah. Lambok yang mengimami. Setengah jam kemudian, Mereka sudah bersiap di depan pintu rumah. Twins yang merengek agar Papa nya ikut jalan-jalan sore bersama Mereka, tak dapat membuat Lambok menolak. "Lagian ngapain Kakak sendirian di rumah? Kakak mau melamun lagi?" Canda Nindi. Lambok tersenyum mendengar kata-kata Nindi. "Ya deh.... Papa ikut." Akhirnya Lambok meluluskan permintaan Anak-anaknya. ******* Nindi telah bersiap. Hari ini Nindi bertugas di Rumah Sakit V tempat Marcel bertugas. Semenjak kepergian Tia, Nindi tak pernah lagi bertemu dengan Marcel. Nindi memutuskan ingin mengurus keponakannya. Apalagi Nindi tahu, Marcel masih belum bisa memberi keputusan. Flash Back On "Ini hanya alasan Kamu saja kan? Kamu sebenarnya tidak pernah mencintaiku!" Marcel sangat kesal. Berulang kali Nindi menolaknya agar hubungan Mereka diresmikan. Nindi menghela nafas. "Kalau Aku tidak mencintai Kamu, sudah dari dulu Aku tinggalkan Negara ini! Lebih baik Aku kembali ke Indonesia dan menerima tawaran Ibuku untuk dijodohkan!" Nindi terisak. Ibunya selalu saja memintanya untuk pulang dan menikah di Sumatera. Ibu sangat khawatir akan kehidupan Puterinya yang tinggal dengan Kakak Iparnya. Ibu sangat terpukul dan tidak percaya kalau Tia memang sudah Tiada. Ibu memang melihat jasad Tia yang dikebumikan, namun ada perasaan tak percaya semua itu terjadi. Namun Nindi juga punya beribu alasan untuk menolak keinginan Ibu. Dia tak ingin meninggalkan Keponakannya. Nindi masih terus menyalahkan dirinya sebagai penyebab kematian Tia. Marcel meninggalkan Nindi begitu saja. Dia sangat kesal dan cemburu. Namun Marcel menahan bibirnya untuk tidak mengatakan rasa cemburunya. Nindi mengusap dadanya yang terasa sesak. Air matanya keluar begitu saja. Inilah mengapa Dia tidak mau jatuh cinta. Dia teringat oleh Kakak-kakaknya yang menangis hanya karena cinta. Nindi bertekad untuk melupakan Marcel. Dia punya tanggung jawab menjaga Putera dan Puteri Tia. Nindi kembali menangis mengingat Sang Kakak yang pergi tanpa pesan apa pun. Semua begitu cepat. Kakaknya sangat pandai menyembunyikan penyakitnya hingga akhirnya terjadi tragedi itu. "Ya Allah... Ampuni Aku yang terus meratapi kepergian Kakakku... Hik... hik... hik... Kak Tia.... Semoga Kakak tenang di alam baqa..." Nindi mengusap air matanya. ******* Berpuluh-puluh kali Marcel menghubungi Nindi. Namun tak kunjung diangkat Nindi, karena Nindi lelah dengan perdebatannya dengan Marcel. Semua pesan yang Marcel kirim tak satu pun dibaca oleh Nindi. Nindi sudah pasrah akan apa yang akan terjadi dengan kehidupannya. Dia tak akan lagi menangis karena cinta. Nindi fokus membesarkan Putera Puteri Tia hingga suatu hari nanti Kakak Iparnya mendapat pengganti pandamping hidupnya. Flash Back Off Tapi hari ini, Nindi ditugaskan di Rumah Sakit V. Dimana Nindi harus siap bertemu dengan Marcel kembali setelah Dua tahun Mereka berpisah. Nindi berharap Marcel sudah melupakan dirinya dan kisah cinta Mereka yang terhalang prinsip hidup. Nindi memantabkan langkahnya. Lambok yang tahu kerisauan hati Nindi, memberinya nasehat. "Jangan Kamu perdebatkan kembali. Berarti Marcel belum benar-benar mencintaimu. Biarkan waktu yang akan menjawabnya." Kata Lambok. "Kalau Kamu memang masih mau menunggunya, Kakak gak bisa melarang Kamu. Kebahagiaan milik Kamu, Sayaang." Lambok mengelus rambut Nindi. "Iya Kak. Aku akan dengar kata-kata Kakak. Aku berharap Marcel sudah melupakan kisah Kami. Nindi pamit ya." Nindi mencium punggung telapak tangan Lambok. Nindi mengantar Atala dan Twins sebelum berangkat ke Rumah Sakit. "Assalamu alaikum..." Salam Nindi dan anak-anak Lambok. "Bye.. bye.. Papa...!" "Wa alaikumussalam..." Kata Lambok yang membalas lambaian tangan anak-anaknya. Lambok bergegas ke perusahaannya. Siang nanti Dia yang akan menjemput Twins dan Atala. Lambok gak mau Emily terus mengganggu hidup Mereka. ******* Lambok sudah berada di parkiran sekolah Atala dan Twins. Lambok bergegas ke ruang tunggu Orangtua. "Lambok..." Panggil Seseorang. Lambok memutar matanya jengah. "Ya Allah... Kenapa Dia senang sekali mengganggu hidupku?" Gumam Lambok. "Tumben jemput anak-anakmu? Kan biasanya Aku yang jemput." Kata Emily. "Tidak, terima kasih Emily. Untuk hari ini dan seterusnya Aku yang akan menjemput anak-anakku." Kata Lambok. "Kenapa? Aku tak pernah keberatan. Aku sangat senang melakukannya. Lagi pula anak-anak Kita satu sekolah. Jadi tak membuatku repot juga." Kata Emily. Lambok hanya diam. Dia akan kehabisan kata-kata bila sudah berhadapan dengan Emily. "Aku merasa Kamu menghindariku." Emily menunduk. Lambok menghela nafas. "Emily... Sudah Aku katakan berapa kali, Aku tidak akan menikah lagi." Akhirnya Lambok mengeluarkan uneg-unegnya. Dia tahu Emily menyukainya sejak lama. "Tapi kenapa? Istrimu sudah meninggal dunia 2 tahun yang lalu." Kata Emily. "Lalu apakah Kamu mau pindah keyakinanmu mengikutiku?" Tanya Lambok. "Kenapa harus begitu, Lambok? Istrimu sudah tak ada jadi Kamu bisa kembali ke ajaranmu dulu! Lagi pula Mama dan Papamu juga tidak keberatan kalau Kita menikah." Emily masih berkeras. "Apa?!" Lambok tak menyangka akan mendapatkan kata-kata seperti itu. "Papa.....!" Tiba-tiba Twins dan Atala memanggil dan menghampiri Lambok. "Assalamu alaikum Sayang..." Sapa Lambok pada putra putrinya. "Wa alaikumussalaam Papa...." Jawab ketiganya. "Papa ayo Kita pulang." Lita yang melihat ada Emily langsung menarik tangan Lambok. "Iya Sayang." Tanpa berpamitan Lambok langsung membawa Anak-anaknya naik ke mobil.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD