Lahiran

1410 Words
Jujur, kami semua merasa kaget karena seorang ibu Ratih yang terkenal akan keanggotaannya dan juga ketegasannya tiba-tiba berlutut di hadapan kedua orang kakakku dan juga anaknya sendiri. Terlebih lagi ia berlutut Demi Seseorang yang kami semua bahkan tidak mengenalnya. Beliau begitu memohon kepada kami agar Laras tidak usah dibawa ke polisi. Entah karena memang kedua orang Kakakku itu adalah orang yang baik sejak kecil jadi dengan cepat ia meminta ibu Ratih atau ibu mertuaku itu untuk berdiri dan dengan cepat ia memaafkan kelakukan Laras sehingga ibu mertuaku itu berhenti menangis dan juga mengajak Laras untuk segera pergi dari rumah kami. Sementara Pras sendiri sejak tadi tidak bersuara sama sekali. Saat Ibunya telah pergi bersama Laras barulah kami semua bisa berkumpul di ruang makan dan saling berdiskusi satu sama lain perihal kejahatan yang dilakukan oleh Laras. "Sebenarnya kalau misalnya Laras dilepasin gitu aja kayaknya nggak begitu bagus deh Mas" ucap mas Pras kepada Mas Harun sembari terus memikirkan bagaimana agar Laras Berhenti melakukan kejahatan terhadap ku. Mas Harun menghela napas panjang "Kasihan ibumu mas karena dia udah berlutut di hadapan kita semua Padahal sebelum-sebelumnya kita semua tahu bahwa Bagaimana terhormatnya beliau , lagipula tidak apa-apa kalau kita memaafkan mereka kali ini lagi pula mereka juga sudah berjanji bahwa mereka tidak akan lagi melakukan hal yang jahat seperti itu kan? Tidak ada salahnya juga kalau kita Maafkan dulu untuk kali ini "jawab Mas Harun yang dihadiai anggukan oleh mas Pras. Setelah kami semua sarapan akhirnya aku dan Mas Pras memilih untuk keluar dulu untuk sekedar berjalan-jalan dan menjernihkan pikiran kami yang sejak semalam begitu tidak tenang karena kelakuan Laras. Mas Pras sendiri juga berulang kali meminta maaf kepada aku karena dia begitu menyesal karena iya tidak bisa selalu berada di sampingku untuk menjagaku Iya semakin menyesal terlebih lagi ketika orang akan menjaga hatiku di rumah kami sendiri padahal saat itu mas Pras sedang ada di rumah namun ia mengaku ia tidak bisa menjagaku dari kejahatan orang lain. Aku sendiri tidak merasa tidak diperhatikan oleh Suamiku itu ya lagi pula Siapa yang tahu bahwa Laras akan berbuat jahat kepada aku lagi. " Maaf ya non, mas belum bisa jadi suami yang baik untuk kamu" Ucap Mas Pras dengan tatapannya yang sendu "Gak apa - apa mas. Bukan salah mas juga kok" jawabku sembari tersenyum manis kepadanya Hari-hari berlalu dan Laras juga tidak pernah lagi muncul di hadapan kami semua begitupun juga dengan ibu mertuaku. Seiring dengan berjalannya waktu kandunganku juga semakin besar dan juga sudah hampir menginjak usia persalinan. Jujur Saja, aku terlalu takut untuk semua itu. Rasanya terlalu aneh dan juga aku takut jika saja bagiku kenapa-kenapa. Tapi untungnya suamiku aku, selalu memberikan ku semangat Atau paling tidak ia selalu menenangkanku dengan caranya sendiri. Entah itu dengan cara dia mengajakku untuk makan malam di luar dengan cara yang romantis atau yang paling sederhana yang paling sering ia lakukan adalah berapa kali saat ia pulang bekerja Iya membawakanku bunga sebagai bentuk rasa cintanya kepadaku. Dan jujur saja jika aku melihat mas Pras Aku selalu berpikir dalam hatiku bahwa aku terlalu beruntung memilikinya, aku tahu jelas bahwa banyak sekali wanita di luaran sana yang pasti mengincarnya. Wanita yang bahkan lebih baik daripada aku, lebih cantik daripada aku, dan juga pasti semisal perempuannya bukan aku pasti Ibu mas Pras akan menyayangi menantunya itu. Semenjak hari di mana Laras dan ibu mertuaku tidak pernah muncul lagi lagi aku merasa bersalah kepada Suamiku itu. Ya bagaimana tidak, karena Akulah penyebab mengapa ibu mertuaku itu tidak ingin menginjak rumah Anaknya lagi. Berulang kali aku memohon maaf kepada suamiku agar Ya setidaknya aku tidak terlalu merasa bersalah karena hal tersebut dan bisa kalian tebak bahwa mas Pras pasti tidak menyalahkan aku. Sejak dua minggu terakhir aku sudah beberapa kali merasakan kontraksi hingga sekarang adalah kontraksi terparah dan tersakit dari yang pernah aku rasakan sebelumnya. Saking sakitnya aku bahkan meminta mas Pras untuk membawa aku ke rumah sakit malam itu juga, tentu saja suamiku langsung membawa ke rumah sakit karena melihat wajahku yang sudah semakin pucat dan juga keringat yang bercucuran di pelipis ku mampu membuatnya juga lebih panik dari pada diriku sendiri. Sesampainya Aku di rumah sakit aku langsung ditangani oleh para dokter dan juga para perawat di sana, ya aku melahirkan secara normal Tapi saat aku melakukan persalinan tidak ada satupun anggota keluargaku yang masuk untuk menemaniku padahal beberapa kali aku telah meminta dokter dan juga suster untuk memanggil setidaknya suamiku untuk menemaniku di dalam ruangan yang dingin ini. Aku tidak tahu mengapa mereka tidak menemaniku, Padahal aku hanya butuh dukungan mereka karena kalian bisa tahu bagaimana rasa sakitnya saat melahirkan. Setelah mendengar suara tangisan pertama dari anakku Aku sudah tidak sadar lagi dan kemudian barulah aku tersadar saat beberapa jam Setelah itu. Hal yang pertama yang kulihat saat aku pertama kali membuka mata adalah kehadiran mas Pras yang berada di sampingku . seketika aku teringat Bagaimana aku bisa pingsan setelah melahirkan,, ingin rasanya aku Bertanya kepadanya mengapa ia tidak menemaniku saat aku sedang melahirkan anaknya Tapi semua itu terkalahkan rasa penasaranku untuk melihat anakku sendiri. "Dia di mana Mas?" Tanyaku kepada suamiku sendiri Mas Pras yang baru sadar bahwa aku telah bangun dari pingsan ku, langsung berdiri dan menggenggam tanganku erat. "Non Makasih banyak ya, makasih banyak, karena kamu aku udah bisa jadi seorang ayah sekarang . sekarang baik kita lagi diantar menuju ke sini kamu tunggu sebentar ya biar aku lihat dulu " ucap mas Pras sembari mengelus kepalaku lembut. Aku mengangguk dan setelah itu mas Pras beranjak dari tempatnya kemudian ia keluar dari ruang rawat ku selama beberapa saat kemudian kembali lagi dengan seorang bayi di dalam dekapannya. Iya kemudian menyerahkan bayi tersebut kepadaku dan tanpa terasa air mataku berlinang dengan sendirinya, ya aku masih tidak menyangka Bahwa saat ini aku telah resmi menjadi seorang ibu. " cantik banget ih " ucapku kepada Mas Pras Yang dihadiahi Senyum olehnya " matanya mirip kamu banget ya" ucap maspras sembari menatap kami berdua secara bergantian. Bayi perempuan mungil yang dititipkan Tuhan untukku dan juga mas Pras, Kami beri nama Zidny Nabila Adinda. Dan jika nanti ya sudah besar kami akan memanggilnya dengan sebutan Nabila. Nama tersebut telah kami persiapkan jauh-jauh hari sebelum malaikat kecil kami ini lahir karena sebelumnya kami sudah tahu bahwa ia akan berjenis kelamin perempuan dari hasil USG yang sempat kami lakukan. Berhari-hari Aku dirawat di rumah sakit dan akhirnya tepat pada hari ketiga aku sudah di biarkan untuk pulang kerumah. Rasanya sudah tidak sabar untuk memulai hidup baru sebagai seorang ibu dan juga istri. Rasanya seperti aku memulai hidupku yang baru lagi karena kehadiran Nabila yang membuat kami semakin ramai, persiapan aqiqah anak kami sudah sementara dipersiapkan. sebagai anak pertama yang bisa kami berikan kepada Nabila untuk pertama kali adalah memeriahkan acara Aqiqah dengan semeriah mungkin. Hari-hari kulewati menjadi seorang ibu, ternyata memang benar kata orang bahwa menjadi Ibu adalah pekerjaan seorang hidup yang tidak pernah terselesaikan Bagaimana tidak di saat semua orang di rumah ini sedang terlelap, aku harus terbangun dari tidur lelapku hanya karena mendengar suara tangisan dari anak ku itu. Dan Nabila sangat suka sekali digendong. Ia bahkan betah digendong selama berjam-jam sembari ia tertidur dan membiarkanku harus begadang semalam suntuk karenanya. Aku senang dan tentu saja merasa lelah tapi semua itu terbayarkan ketika pagi datang dan aku dapat melihat senyum damai dari bibir tipis mirip Putri ku. Bisa kalian tebak sekarang ini seberapa tebal lingkaran hitam di bawah mata ku, rasanya Aku bahkan sudah tidak peduli lagi dengan penampilanku yang jelas aku bisa memenuhi kewajiban kita sebagai seorang istri dan juga sebagai seorang ibu. Tentu saja tidurku tidak pernah cukup Bahkan aku sering kali tertidur di saat aku sementara menenangkan Nabila . Iya aku tahu itu fatal tapi aku akan berusaha semaksimal mungkin agar semua itu tidak akan terulang lagi. Berbicara tentang keluarga dan bagaimana kesibukanku setelah memiliki seorang anak Jujur Saja, akhir-akhir Ini aku dan mas Pras sudah tidak terlalu dekat. maksudku, ya kami sudah tidak seintens lagi seperti di mana nabila belum hadir diantara kami berdua. Dalam 3 minggu terakhir Aku bahkan berani bilang bahwa dia berubah, saat pulang kantor yang dulunya Aku adalah orang yang pertama yang ia cari sesaat setelah Ia turun dari mobilnya dan sekarang berubah, satu-satunya nama yang ia sebut setelah ia membuka pintu rumah adalah nama anak kami yaitu Nabila. Dan juga saat hendak tidur yang ia peluk sebelum tidur adalah Nabilla titik aku sudah jarang ia peluk bahkan tidak jarang aku yang Bahkan duluan memeluknya karena Entahlah aku merasa rindu akan sosoknya yang dulu. Tapi kalau berbicara perihal perhatian Iya tidak ada yang berubah dari dirinya. Dia masih suamiku yang dulu hanya saja kebiasaannya yang sudah berubah. Tentu saja aku tidak cemburu, Mana mungkin aku bisa cemburu dengan anakku sendiri.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD