When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Baru juga mau melangkah masuk ke dalam rumah tapi sudah di cegah oleh Ibun. Padahal, Rara sudah bersembunyi dan tidak menunjukkan jati dirinya tapi tetap saja, Ibun merasakan ada sesuatu yang baru. Dari arah dalam terdengar langkah kaki mendekat, dan ternyata, Ayah. "Siapa yang bertamu, Bun?" "Loh, Abang dan Adik kenapa gak langsung masuk? Kok di cegah, Bun?" "Nanti dulu, Ay." "Ayo masuk dulu, ah. Anak baru pulang kok sudah di cegah. Introgasinya di dalam saja, gak baik masih di pintu sudah di introgasi," tuturnya seakan paham. Ayah Fauzi memang penolong Rey dan Tata, selalu paham apa yang terjadi dan bisa mencairkan suasana yang akan terasa panas. "Lebih enak, ngobrolnya di ruang keluarga, sambil ngemil dan minum, Bun." Ayah merangkul Ibun dan mengajaknya menuju ruang keluarga. "Ab