When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
"Siapa namamu?" tanyanya saat mereka sudah duduk di atas ranjang. "Sekar, Kak." (Nama salah satu pembaca yang sampai kejar-kejar inbox ke sss hehe) "Oke, Sekar. Kamu tahu semua yang terjadi di rumah ini?" Ia menggeleng. "Lalu?" "Aku hanya sering melihat om mengerikan itu di atas atap rumah ini." "Bagaimana bentuknya?" "Tinggi, besar, hitam, rambutnya gondrong, ada tanduknya, gigi bertaring dan selalu ada air liur berupa darah yang mengalir. Dan yang paling aneh itu tubuhnya setengah kayak kita, setengah lagi kayak ular, Kak," ceritanya antusias. "Ya Allah … jadi rupanya rumah ini dijaga oleh bangsa mereka … kurang ajar!" "Kak, sabar, jangan marah-marah. Kalau Kakak marah, dia semakin senang dan selalu tertawa bahagia loh, Kak." "Iya, gitu? Bagaimana bisa kamu tahu?" "Dia selalu