When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Menjelang malam, semuanya tampak terlihat normal namun Tata masih enggan untuk turun ke bawah makan malam bersama. Ia lebih memilih untuk menyendiri di dalam kamar saja, bertemankan dengan sepi. Ia menyuruh Ara untuk makan malam di bawah bersama keluarganya. "Ara," panggil Tata. "Iya, kenapa?" tanyanya menoleh dan menghentikannya bermain ponsel. "Kebawah sana! Makan malam," titahnya. "Ayo," ajaknya. "Aku gak ikut. Kamu aja," tolaknya. "Aku gak mau!!" "Lah kenapa? Nanti kamu sakit, Ara. Sudah sana makan malam." "Aku gak mau keluar dari kamar, nanti kamu kayak tadi siang lagi. Gak! Aku gak mau! Aku akan tetap disini temani kamu." "Gak! Aku gak akan kayak tadi siang, aku gak akan kunci pintu lagi, kok. Aku janji, Ara!" "Gak! Kamu pasti berbohong! Aku takut, Tata! Aku takut kehilanga