When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Tak banyak yang diobrolkan oleh Rey dan Maminya Lena pada saat ditelepon. Mami Aira langsung minta Rey untuk datang ke rumahnya. Tanpa pikir panjang lagi, Rey segera bergegas ke kamar mandi, kembali membersihkan diri dan bersiap untuk pergi. Entah kenapa permintaan Mami Aira adalah perintah baginya. Rey seperti hilang kesadaran lagi seperti sebelumnya. Ia menuruni tangga dan tak mempedulikan Ibun juga Ayahnya yang sedang bersantai di ruang keluarga. Kedua orang tuanya menatap bingung, punggung anak sulungnya sudah menjauh dan menghilang. Mereka merasa Rey kembali seperti kemarin dan ada rasa khawatir di dalam hati mereka. "Rey kenapa ya, Ay?" "Gak tahu, Bun. Tapi kok kelihatannya buru-buru sekali, ya?" "Iya, Ay. Kita yang ada disini aja sama sekali tak di pedulikan seakan tak melihat.