When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Beberapa hari setelah kejadian kesurupan massal itu, sikap Lena mulai berubah. Entahlah, berubah benar-benar dari hati atau hanya untuk mencari perhatian saja. Beberapa kali terlihat gadis licik itu tiap bertemu dengan Tata langsung memberikan senyum manisnya dan itu berhasil membuatnya muak. Teman-teman di sekolah, masih banyak yang menggunjingnya tapi ia seakan masa bodoh dan merasa tidak pernah terjadi apa-apa. Hinaan, cacian dan makian yang mereka lontarkan untuk gadis licik itu ternyata hanya dianggap angin lalu saja. Ia tetap berdiri tegak dengan dagu terangkat dan senyum sinisnya. Seperti orang tidak tahu malu, salah tapi seakan tak pernah salah. Kedua temannya memang kembali berteman dengannya tapi lebih memilih untuk tidak ikut campur lagi terhadap Lena, mereka tak ingin tersere