"Siapa di sana?" tanya pak Hasim yang segera memisahkan diri dengan gadis muda yang sedang diciumnya itu. Dinara yang kakinya masih terasa nyeri tentu saja tidak dapat berlari dengan kencang. Dengan tertatih Dinara memutuskan untuk secepatnya ke arah lift yang sepertinya akan menutup. Pak Hasim memiliki jeda waktu beberapa menit sebelum mengejarnya karena harus membereskan pakaiannya dan wanita yang acak-acakan karena pergulatan panas yang hampir terjadi di lorong dekat kamar mandi itu. Dinara baru bisa bernapas lega saat pintu lift tertutup. Setidaknya dia lolos dari pak Hasim yang tentunya tidak akan membiarkan siapapun yang telah memergoki perbuatan tercelanya.. "Mbak Nara nggak apa-apa?" Sebuah pertanyaan yang terdengar tiba-tiba membuat Dinara tersentak. Karena jujur saja dia masi