Tania membuka matanya perlahan sambil memegang keningnya. Tania merasakan pening di kepalanya, dan menatap kamar yang ditempati olehnya beberapa hari ini. “Akh! Sakithh…” rintih Tania yang berusaha untuk duduk, namun dia tidak bisa. Rasa sakit di kepalanya masih dirasakan olehnya.
Ken sangat kejam sekali. Ken yang selama ini tidak pernah memukul dirinya atau berbuat kasar pada yang lainnya. Tetapi, Tania tidak mengenal sosok Ken beberapa hari ini. Ken yang menyiksa dirinya dan mengantuk kepalanya beberapa kali ke dinding dan sudut ranjang.
“Kau sudah bangun?”
Tania terkejut penuh ketakutan mendengar pertanyaan dari Ken dan suara dari lelaki itu yang masuk ke dalam kamar sembari memasukan tangannya ke dalam saku celana.
“Kak!” ucap Tania sendu.
“Kenapa? Cepat mandi dan setelah ini aku mau melihat dirimu memakai gaun pengantin yang telah aku siapkan untukmu Tania.” Tukas Ken.
Tania menggeleng, tidak mau menikah dengan Ken. Tania hanya mau menikah dengan Kevin dan mewujudkan mimpinya dengan Kevin, menjadi istri lelaki itu dan menemani pendidikan Kevin yang menjadi dokter. Kevin juga sudah berjuang untuk menjadi yang terbaik untuk Tania sehingga keduanya memutuskan menikah muda.
“Untuk apa gelenganmu itu? Kau masih mau menolak Tania sayang? Baiklah sayang, kalau kau masih menolak. Maka kau akan kehilangan Kevin, ibumu, ayahmu, dan juga Tervis. Aku tidak akan segan untuk melenyapkan mereka semua sayang demi apa yang aku capai.” Tangan Ken mengusap rambut Tania lembut.
Seringai di bibirnya membuktikan kalau ucapannya itu tidak maim-main dan Tania tidak akan bisa melawan dirinya.
Tania mendengar ucapan Ken menggeleng. “Jangan sakiti mereka. Kau tidak akan tega membunuh saudaramu sendiri, dan juga orang tuaku, yang telah berjasa di dalam hidup ibumu bukan—Akh!”
Tania berteriak sakit ketika rambutnya kembali ditarik oleh Ken dengan kasar. Mata Ken menatap tajam pada Tania yang berucap seolah dirinya adalah manusia yang memang memiliki hati dan tidak mampu melakukan hal itu pada Tania.
“Kau kira aku peduli dengan mereka semua sayang? Oh tentu saja tidak sayang. Aku tidak peduli dengan mereka semua. Berjasa untuk ibuku? Hei! Sudah sepantasnya ayahmu itu menolong ibuku. Karena apa? Dia adalah bagian keluarga Orion, yang mana adik sepupunya sendiri menyiksanya dan membuatnya menderita. Jadi, jangan membahas tentang siapa yang berjasa sayang.”
“Kau tidak punya hati!” Hardik Tania masih memegang kepalanya yang terasa sangat sakit sekali, dan semakin sakit ketika melihat wajah Ken yang menyeringai padanya sekarang.
“Aku punya hati. Karena aku punya hati, makanya aku membawa dirimu ke sini sayang. Aku tidak mau melihatmu mengikat hubungan sakral dengan lelaki lain.” Usapan Ken di kepala Tania, dan setelahnya Ken menyatukan keningnya dengan kening Tania.
Tanpa sadar satu tetes air mata Ken terjatuh. Tania melihat pada air mata yang ada di telapak tangannya.
“Aku hanya ingin kau mencintaiku Tania. Tidak melihat pada Kevin— adikku yang kau cintai. Cintai aku bukan Kevin.” Pinta Ken lirih.
Tania menggeleng, perasaan itu tidak bisa dipaksakan. Hati Tania hanya untuk Ken. “Lepaskan aku… Kak… kau hanya belum bisa untuk mencintai Kak Marien, kau harus menghormati rasa cinta Kak Marien pada dirimu. Dia sangat mencintaimu. Dan di hatiku, tidak ada namamu. Aku hanya mencintai—”
Plak!
Tamparan kembali didapatkan oleh Tania dari Ken yang tidak suka mendengar semua perkataan Tania barusan. Hanya mencintai Kevin dan hanya ada Kevin di dalam hatinya. Hahaha! Padahal dia yang mencintai wanita itu. Rasa cintanya pada Tania lebih besar dibanding rasa cinta Kevin pada Tania.
“AKU LEBIH MENCINTAIMU SIALAN!” Bentak Ken penuh amarah.
“KAU TIDAK MENCINTAIKU! OBSESI TERLARANG! YA KAU TERBOSESI PADAKU b******n!” Balik Tania membentak Ken yang rahangnya semakin keras menatap pada Tania.
“Obsesi? Hahahaha. Kau bodoh menganggap aku terobsesi pada dirimu. Aku tidak pernah terobsesi pada dirimu Tania. Aku sungguh mencintaimu Tania. Kau rasakan! Di hatiku hanya ada dirimu Tania. Tidak ada wanita lain yang aku cintai. Hanya kamu.” Ken mengambil telapak tangan Tania, lalu membawa telapak tangan Tania menyentuh dadanya yang berdetak sangat kencang sekali.
“Kau bisa merasakan bukan, jantungku berdetak sangat kencang dan itu semua karena dirimu Tania. Di dalam hatiku hanya ada kamu Tania. Bukan gadis lain ataupun Marien. Kau seharusnya beruntung aku cintai. Kau seharusnya menerima aku yang lebih pintar dan mapan dibanding Kevin.”
Beruntung?
Tania tertawa miris di dalam hatinya. Dimana letak beruntungnya. Tidak ada kata beruntung sama sekali menjadi dicintai oleh Ken. Malahan dirinya harus terjebak dalam sikap buruk lelaki itu sekarang.
“Bagi dirimu beruntung tapi bagiku adalah sebuah musibah. Kak Ken, apakah kau pernah mendengar. Mencintai tidak harus memiliki. Kalau kau memang mencintaiku, dan cintamu lebih besar dibanding Kevin, maka kau tidak akan membuat aku seperti ini sengsara di dalam sebuah rasa cinta yang lebih tepat sebuah obsesi.”
“Perkataan munafik macam apa itu? Kalau cinta ya harus dimiliki Tania. Aku bukan orang munafik, yang membiarkan kau bersama dengan lelaki lain. Lalu aku melihat dirimu berdiri di samping lelaki lain sembari memeluk lengan lelaki lain dan menjadi istri lelaki itu? Hahaha! Aku bukan orang sepertu itu. Cinta yang aku rasakan, aku harus memilikinya, bagaimanapun caranya.” Tukas Ken menyeringai.
“Kau egois Kak! Kau mau memiliki perempuan yang tidak mencintaimu. Dan kau membawa perempuan itu ke sini dan menyiksanya. Itu bukan cinta.”
Tania menatap lirih Ken. Tania masih berharap, Ken akan sadar dengan apa yang dia lakukan pada Tania, tidak memaksa kehendak rasa cinta yang Ken katakan pada Tania. Tania mau Kak Ken-nya kembali seperti dulu lagi, dan tidak seperti sekarang.
“Kak! Aku mohon… jangan seperti ini. Kak… kau selalu dibanggakan oleh Mama Alea, bahkan Mama Alea selalu berharap kau tidak menuruni sifat ayah kandungmu. Kak, coba untuk menghormati keputusanku dan perasaanku.” Mata Alea menatap pada Ken dengan harapan penuh pada lelaki yang menatapnya tajam.
Tania perlahan menyentuh tangan Ken. “Tolongg… kembalikan aku pada keluargaku Kak. Aku mohon…” pinta Tania.
Ken menyentak tangan Tania. “Aku tidak akan pernah melakukan itu Tania. Tidak akan pernah.” Ucap Ken lalu berjalan keluar dari dalam kamar Tania.
Ken kembali masuk. “Cepat mandi dan pakai pakaian di paper bag itu. Kau tetap menjadi pengantinku Tania.”
Tania menghela napasnya kasar dan menghapus air matanya kasar, Ken tidak merubah keputusannya. Lelaki itu terlalu egois.