"Baiklah, aku ganti pertanyaannya. Apa istrimu bisa menggantikan aku di hati kamu, Ya?
"Apa dia tahu kalau hari kamu cuma milik aku?"
"Bisa," jawab Mulya menatap lurus mata Abigail.
Sebelah sudut bibir Abigail terangkat, seolah meragukan jawaban Mulya. "Bohong. Setahuku kamu cuma menjadikan dia pelarian."
"Kamu tidak sedang bertanya, Bi. Kamu cuma memancing aku mengatakan apa yang mau kamu dengar," jawab Mulya dingin. "Istriku perempuan yang baik, nggak sulit jatuh cinta sama dia. Maaf mengecewakan kamu, tapi istriku sudah mengisi tempat yang pernah kamu tempati di hati aku."
Bohong dan bohong. Mulya tetap saja melakukannya meski tahu kebohongan ini akan dilanjutkan dengan kebohongan lain. Mulya bahkan sudah kehilangan hitungan berapa maaf harus ia ucapkan ke Yuri.
Mulya merasa ha
