Please Love Me

1044 Words
Tidak lama mobil yang ditumpangi mereka berhenti di kediaman Sofia. Reynold berusaha membangunkan Sofia, tapi perempuan itu tetap saja tidak bergerak. "Pakai tidak bangun segala pula," gumam Reynold. Reynold akhirnya menepuk-nepuk pipi perempuan itu dengan lembut hingga perlahan mata Sofia mulai terbuka. "Reynold, kita sudah sampai?" tanya Sofia. "Iya kita sudah sampai," jawab Reynold dengan raut wajah datar. "Reynold lu ikut turun aja buat istirahat sebentar. Ini sudah malam, takutnya lu ngantuk. Masuk dulu yuk," ajak Sofia. "Gue pamit pulang aja. Sudah malam, tidak enak dilihat," kata Reynold. "Lu kayak sama siapa aja, padahal kita sudah bertahun-tahun berteman," balas Sofia. "Iya, gue hanya lagi tidak mau berdebat, Sofia.Gue pamit," kata Reynold. Sofia membuka pintu mobil lalu turun. Dia melangkahkan kaki ke rumah, tapi tiba-tiba langkah dia terhenti saat mendengar suara seseorang yang mengagetkan mereka. "Loh, kok tidak mampir?" tanya Laura. "Mama ini mengagetkan kami saja. Ini sudah malam, jadi temanku tidak mau mampir," jawab Sofia. Pria yang berada di dalam mobil menghelakan napasnya. Dia merasa tidak enak kalau tidak menyapa. Dia terpaksa turun lalu memberikan senyuman. "Tante, maaf, saya tidak enak kalau mampir malam-malam," kata Reynold sopan. "Yaelah, kamu ini kayak tidak pernah main ke sini aja. Waktu sekolah dulu aja kalian suka menginap di sini," balas Laura. "Dia dari tadi sudah Sofia paksa, Ma, tapi tetap saja menolak," kata Sofia mencebikkan bibirnya. "Kamu kasar kali maksanya, makanya Reynold takut," balas Laura. "Tante bisa aja," kata Reynold. "Nak, kamu mampir aja, ada papanya Sofia di dalam. Dia lagi ngopi sama main catur. Tante tahu kok kalau kamu dulu suka banget main catur sama papanya Sofia," balas Laura. "Oh iya, Tante, aku mampir nih," kata Reynold terbahak. "Iya kamu parkir mobil di dalam mobil saja, masa di luar," balas Lauren. "Siap, Tante. Terima kasih," kata Reynold. "Oke, kita tunggu di dalam," balas Laura. "Gue sama mama gue masuk ke dalam duluan, jangan kabur," kata Sofia sambil menunjuk Reynold. Reynold terkekeh saat menatap wajah temannya yang terlihat lucu dan menggemaskan. "Sudah, kamu menakutin cowok aja. Makanya belum ada yang nyantol," kata Laura. "Mama bikin malu deh," balas Sofia. Mereka masuk ke dalam rumah duluan, sedangkan Reynold memarkir mobilnya lalu berjalan menuju kediaman keluarga Sofia. Dia melihat sekitar halaman rumah itu, masih sama seperti dulu. "Reynold, apa kabar?" tanya Erik heboh sambil menepuk bahu Reynold. "Papa keras banget nepuk bahu Reynold. Sakit tidak, Sayang?" tanya Laura. "Tidak, Tante," jawab Reynold dengan senyum manisnya. "Ayo duduk dulu. Istriku ini memang benar-benar bawel," kata Erik. "Aku bawel aja bisa buat Papa sampai klepek-klepek," balas Laura membuat orang yang di ruang tamu terbahak-bahak. "Hmm, kami turut berduka sekali lagi untuk ayah kamu. Semoga kamu dan keluarga diberikan ketabahan," kata Erik sambil menatap pria di hadapannya. "Iya terima kasih, Om. Papaku sudah tidak sakit lagi," balas Reynold memaksakan senyumnya. "Iya Tante juga turut berduka. Kita tahu sekarang kamu sudah tidak memiliki orang tua, kamu bisa menganggap kami sebagai orang tuamu juga," kata Laura membelai lembut punggung Reynold. "Iya terima kasih," balas Reynold. "Maaf Nyonya, Tuan," kata pelayan yang membawa minuman dan camilan untuk mereka. "Aduh, jangan repot-repot," balas Reynold. "Yaelah, tidak ada yang repot. Ayo dinikmati. Kamu masih suka main catur?" tanya Erik. "Masih, Om, tapi belum ada lawannya setangguh Om. Masih Om yang terhebat," jawab Reynold. "Jangan muji Om begitu, bisa terbang nih," balas Erik. "Kayak punya sayap aja," kata Laura sambil memeletkan lidahnya. "Idih, geli. Mama centil banget sih," balas Sofia. "Kamu harus centil nanti kalau punya suami biar tidak kecantol perempuan lain," kata Laura. "Mantan istrinya Reynold dulu juga agak centil dan agresif, eh, malah dia yang selingkuh," balas Sofia. "Sofia," kata Laura melirik tajam putrinya. "Tante, itu memang benar. Tidak masalah," balas Reynold memaksakan senyumannya. "Maafin anak Tante, mulut dia memang susah diatur," kata Laura mencubit bibir Sofia. "Aduh! Mama makin monyong deh nih bibir aku," balasbSofia. "Biarin monyong, biar tuh bibir tidak aneh-aneh ngomongnya," kata Laura. "Sudah, kalian malah jadi berantem. Paling tidak sekarang perubahan Reynold sangat besar," tegur Erik. "Iya, Om. Aku sudah berusaha sejauh ini untuk menjadi lebih baik agar papaku tidak malu punya anak seperti aku dan aku bisa memajukan perusahaan papa lebih besar lagi daripada yang sekarang," kata Reynold. "Iya. Om doakan yang terbaik. Kamu di rumah besar itu tinggal sama saudara kamu yang lain?" tanya Erik. "Tidak, Om, aku tidak mengizinkan mereka menginap di rumah papa karena mereka juga sudah punya rumah sendiri," jawab Reynold. "Iya kamu harus tegas juga sama keluarga kamu," balas Erik. Erik tahu tabiat keluarga Reynold yang suka memanfaatkan pria itu dan papanya. "Kalau gue diizinkan menginap di rumah lu enggak?" tanya Sofia sambil tertawa. "Kamu boleh menginap, tapi Papa ikut," balas Erik. "Papa kalau ikut Mama juga dong," kata Laura. "Apaan sih kalian berdua mau ikut aja? Aku cepat dapat pacar, tapi aku digangguin," balas Sofia. "Ya siapa lagi yang mau diganggu di keluarga ini, tinggal kamu doang. Kakak kamu sudah menikah dan tinggal di tempat lain," kata Laura. "Ya sudah gangguin cucu aja," balas Sofia. "Kalian sudah punya cucu?" tanya Reynold. "Sudah, baru satu. Cucu kami laki laki, kita mau cerita ke kamu, tapi kamu sudah lama tidak main ke sini," jawab Sofia. "Iya, Tante, banyak hal yang terjadi dalam hidup aku," kata Reynold. "Iya kamu harus tabah dan berlapang d**a. Semangat untuk masa depan kamu," balas Laura. Sofia menatap Reynold dengan tatapan sedih. Dia berharap Reynold dapat membuka hati untuknya. "Seandainya saja Reynold berusaha mencoba mencintaiku, aku janji akan membahagiakan dia," gumam Sofia. "Hei, kamu kenapa melamun?" tanya Erik menjentikkan jarinya ke hadapan wajah putrinya. "Tidak ada apa-apa, Pa. Enak soalnya bengong," jawab Sofia. "Nanti kamu kerasukan, tidak ada pawangnya di sini," balas Erik. "Pawangnya ada, tuh Reynold," kata Sofia. Reynold tersenyum singkat lalu langsung berpamitan saat melihat jam di tangannya. "Baru juga ngobrol, belum main catur," kata Erik. "Nanti kita main catur saat aku datang siang, tapi tidak dalam waktu dekat ini," balas Reynold. "Oke," kata Erik lesu. "Tuh suami Tante jadi lemas gara-gara kamu tidak mau menemani main catur dulu," kata Laura. "Iya, Tante. Maaf aku harus pulang, besok ada rapat penting," pamit Reynold. "Tidak apa-apa, Reynold. Terima kasih sudah mampir, hati-hati di jalan. Jangan lupa jaga Kesehatan," balas Erik. "Iya, Om. Terima kasih banyak," kata Reynold memeluk papa dan mamanya Sofia. Reynold berpamitan pada semua orang. Sofia dan Reynold saling bertatapan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD