Sweet Scar

1110 Words
seorang perempuan yang baru saja pergi meninggalkan ruangan bosnya berjalan dengan raut wajah bahagia membuat semua orang yang memandang ke arah perempuan itu pasti akan merasa iri setelah mengetahui bos mereka telah memilihnya. Perempuan itu turun ke lobi dengan menggunakan lift. Saat sudah sampai di lobi, dia mendengar nada dering ponselnya menjawab panggilan itu dan menceritakan bahwa dia sudah diterima kerja. "Maaf," kata Alexa saat tanpa sengaja dia menabrak seseorang. "Apa kamu tidak punya mata? Lihat, tas saya sampai jatuh!" teriak perempuan yang berdiri di hadapan Alexa. Mata mereka saling beradu. Perempuan itu seperti mengenal wanita yang saat ini berdiri di depannya. "Alexa," kata Sofia dengan suara kecil. "Anda mengenal saya?" tanya Alexa heran saat mendengar nama dia disebut oleh perempuan di hadapannya. "Hah? Saya tidak bicara apa-apa, kamu pasti mengigau," kata Sofia berjalan sambil menabrak perempuan di hadapannya. "Untung Alexa tidak mengenali aku, sepertinya dia lupa," gumam. Sofia buru-buru meninggalkan lobi, sedangkan Alexa geleng-geleng kepala ketika melihat tingkah Sofia. "Kenapa aku seperti mendengar namaku disebut sama perempuan tadi? Apa aku mengenalnya. Sudahlah, ngapain dipikirin. Saatnya aku ke kantor kekasihku," kata Alexa. Alexa keluar dari perusahaan itu lalu mencari taksi. Dia melihat ada taksi lewat langsung memanggilnya dan masuk ke dalam. *** Sofia yang sudah sampai di lantai tujuannya berjalan dengan elegan menuju ruang kerja Reynold. Dia melihat semua karyawan yang mengenal dia menunduk hormat padanya hanya diam saja dan terus berjalan. "Kata mama aku harus berjalan duluan kalau Reynold masih ragu sama perasaannya,," gumam Sofia. Nick yang berada di luar ruangan Reynold menghentikan Langkah Sofia. "Nona Sofia selamat siang. Nona ada janji dengan tuan?" tanya Nick. "Nick, bisa tidak sih kamu jangan terlalu kaku amat sama saya? Saya ini sudah berteman lama sama tuanmu, tapi masih aja dicurigai. Giliran mantan istrinya tadi datang tidak kamu curigai," jawab Sofia ketus. "Maaf saya lancang bertanya, apa tadi kalian bertemu?" tanya Nick. "Iya saya ketemu dengan mantan nyonya kamu, gayanya masih aja sombong dan kegenitan kayak dulu. Dia ke sini untuk minta rujuk?" tanya Sofia. "Nona Sofia lebih baik bertanya pada tuan langsung," jawab Nick. "Iya ini saya mau ketemu, tapi kamu halangi," balas Sofia kesal. "Nona Sofia tunggu sebentar. Saya telepon tuan dulu," kata Nick. Nick menghubungi telepon Reynold. Tidak lama sambungan telepon itu langsung diangkat. "Nick, ada apa? Kosongkan jadwalku selama satu jam," kata Reynold. "Nona Sofia ada di sini, apakah dia boleh masuk?" tanya Nick. Reynold di dalam ruang kerja memijat pelipis dan mengusap wajahnya. Dia saat ini tidak mau terlihat menyedihkan. "Iya antarkan Sofia masuk," kata Reynold. "Baik, Tuan," balas Nick. "Bagaimana?" tanya Sofia begitu melihat Nick mematikan teleponnya. "Tuan mengizinkan, saya antar," jawab Nick. "Iya kamu keras kepala sih, sudah aku bilangin tuanmu itu mau bertemu dengan aku," kata Sofia sambil mengangkat dagunya. Perkataan Sofia tidak dijawab oleh Nick membuat perempuan itu menjadi kesal. "Asistennya Reynold ingin aku tendang sepertinya," gumam Sofia. Sofia memasuki ruangan Reynold setelah Nick pamit pada Reynold langsung dan meninggalkannya. "Hai, Sofia. Kenapa lu mencari gue?" tanya Reynold sambil mengecek dokumen di atas mejanya. "Ini jam makan siang, sudah makan belum?" tanya Sofia. Reynold tersenyum kecil lalu mengangkat pandangannya. Dia melihat ke arah Sofia. "Belum, nanti saja," kata Reynold. "Reynold, gue mau ajak lu makan siang di luar," balas Sofia. "Sofia, maaf gue lagi tidak ingin pergi," kata Reynold. "Suasana hati lu buruk apa karena mantan lu datang?" tanya Sofia. Reynold menatap tajam perempuan di hadapannya. Dia tidak suka jika Sofia mencampuri urusan pribadinya. "Lu tadi lihat Alexa?" tanya Reynold. Sofia mendelikkan matanya. Dia menatap sekeliling ruangan Reynold, benar saja ada barang yang pecah. "Iya gue ketemu dia," jawab Sofia. "Alexa mengenali lu?" tanya Reynold dengan raut wajah terkejut. "Tidak kenal. Sama aja kayak lu, memang dia kenal lu yang sekarang?" tanya Sofia. "Iya dia tidak mengenali gue," jawab Reynold. "Mantan lu itu sudah main gila saat lu tidak ada. Sudah berapa tahun lu berpisah sama dia? Dia aja sudah tidak ingat jejak kisah cintanya yang lama dan berakhir menyakiti lu," kata Sofia kesal setengah mati. "Iya gue tahu dia salah, gue akan memberikan pelajaran padanya," balas Reynold. "Sekarang aja lu terlihat sedih, yakin lu sanggup memberikan pelajaran pada dia?" tanya Sofia sambil menyilangkan tangannya. "Sofia, bisa tidak kita tidak membicarakan Alexa?" tanya Reynold. "Bahkan lu lancar nyebutin nama dia, masih cinta banget nih? Baru aja ketemu lu sudah mecahin barang, bentar lagi lu bakal pecahin kepala lu juga kayak dulu. Apa lu lupa dulu pernah putus asa hanya karena dia? Gw sama teman-teman kita berusaha menghibur lu," jawab Sofia menggebu-gebu. "Iya maafin gue yang dulu nyusahin kalian," kata Reynold memijat pelipisnya. "Reynold, gue dan teman-teman kita tulus bantuin lu. Gue tidak mau lu terjebak lagi dengan masa lalu yang menyedihkan itu, lu harus buka lembaran baru," balas Sofia. "Sofia, terima kasih. Lu gadis yang baik, gue sangat yakin lu nanti akan mendapatkan pria yang lebih baik daripada gue. Gue tahu gue pria yang pengecut, bahkan sekarang gue malah mendekati dia lagi. Sebenarnya gue masih mencintai dia, gue berkali-kali sudah kasih tahu lu," kata Reynold. Mata Sofia berkaca-kaca. Hati dia terasa sakit saat mendengar perkataan Reynold yang selalu menolak perasaannya. "Gue tahu lu sudah tahu perasaan gue. Kita bisa pendekatan dulu, Reynold. Apa tidak ada kesempatan buat gue? Apa segitu jeleknya gue sampai lu tidak mau membuka hati untuk gue?" tanya Sofia dengan napas memburu. Reynold meminta Sofia menarik napasnya saat melihat perempuan itu terlihat sulit bernapas dan memegang lehernya. Dia berdiri lalu mendekati Sofia. "Sofia, lu bawa obat asma?" tanya Reynold. "Gue peduli sama lu, gue tidak mau lu tersakiti lagi," jawab Sofia sambil menarik tubuh Reynold dan memeluknya dengan erat. "Obat kamu di mana?" tanya Reynold sambil memeluk Sofia. "Di tas," jawab Sofia. Reynold langsung mencari obat itu di tas Sofia. Dia memberikannya pada Sofia setelah berhasil menemukan inhaler milik perempuan itu. "Gunakan dulu baru berbicara," kata Reynold sambil membelai lembut kepala Sofia. Sofia tersenyum saat merasakan usapan di kepalanya, tapi senyuman dia luntur seketika saat melihat Reynold yang sangat perhatian padanya ketika dia sedang sakit saja. "Apa gue harus sakit dulu baru lu mau perhatiin gue?" tanya Sofia dengan suara kecil. "Gue mau lu sehat terus. Lu teman gue yang paling gue sayangi," kata Reynold menggenggam tangan gadis di hadapannya. "Reynold, gue tidak mau dianggap teman, gue mau coba lebih dari itu. Gue seharusnya tidak maksa lu, tapi kita bisa coba dengan pendekatan dulu," balas Sofia. Reynold menolak permintaan Sofia. Dia tidak mau menyakiti perempuan itu. "Kalau nanti kita memang tidak cocok, gue rela kok kalau kita berakhir tidak bersama asal lu bahagia," kata Sofia. "Lu juga harus bahagia, gue tidak mau ada kesedihan. Gue takut kita tidak bisa dekat lagi sebagai teman kalau seandainya kita tidak bersama," balas Reynold.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD