Suara piring pecah terdengar di sebuah apartemen saat seorang perempuan tanpa sengaja menyenggol piring hingga terjatuh ke lantai.
"Alexa, kamu ini bisa tidak hati-hati? Sudah berapa banyak piring yang kamu pecahin?" tanya Gerry, kekasih dari Alexa.
"Maaf, Gerry. Tadi tangan aku licin," kata Alexa.
"Kamu sudah cari kerja belum? Jangan numpang hidup sama aku, aku bukan tempat menumpang," balas Gerry.
"Gerry, lepaskan aku!" teriak Alexa saat wajahnya dicengkram oleh kekasihnya.
"Lebih baik kamu hanya sakit di wajah saja daripada sakit di dompet. Kamu tahu semenjak aku memiliki kekasih seperti kamu, orang tuaku mengurangi jatah bulanan aku," kata Gerry.
"Maaf aku tidak tahu soal itu. Bukannya dulu kamu bilang orang tua kamu menerima aku dan kita akan segera meresmikan hubungan kita?" tanya Alexa penuh harap.
"Sayang, kamu lebih baik pikir-pikir dulu kalau mau menikah denganku, jangan gegabah. Aku janji akan menikahi kamu, tapi setelah kita berdua yakin dengan hubungan ini. Kamu pasti tidak mau jadi janda kedua kalinya," jawab Gerry dengan nada mengejek.
Alexa menggigit bibirnya. Dia sangat sedih mendengar ucapan Gerry.
"Dulu kamu yang nyuruh aku ninggalin suami aku. Katanya kamu mau menikahi aku, tapi sekarang selama beberapa tahun kita bersama kamu selalu menyangkal untuk menikah denganku," gumam Alexa.
"Aku beresin piring-piring ini dulu," kata Alexa. Dia tidak berani menjawab.
"Iya bereskan semuanya. Setelah itu, layani aku," balas Gerry.
"Iya," kata Alexa dengan pelan sambil memungut pecahan piring di lantai.
Air mata Alexa terus menetes saat membereskan pecahan piring itu. Setelah membereskan kekacauan yang dia buat, dia terisak di kamar mandi. Dia tidak bisa menunjukkan tangisannya pada Gerry. Bisa-bisa Gerry akan mengamuk.
Tok tok tok
"Alexa, kamu ngapain lama sekali di dalam? Aku sudah tunggu kamu dari tadi di kamar," kata Gerry.
Alexa membasuh wajahnya. Dia meminta Gerry untuk menunggu sebentar dengan alasan bahwa perut dia sedang sakit.
"Oke. Jangan lama, Sayang," kata Gerry.
Alexa yang mendengar suara langkah kaki sudah menjauh baru membuka pintu kamar mandi. Dia mengelap wajahnya dengan handuk kecil lalu pergi ke kamar dia bersama Gerry. Dia menatap televisi yang tengah ditonton oleh Gerry.
"Sayang, sini duduk di samping aku," kata Gerry.
Alexa duduk di samping Gerry. Dia bersandar di tubuh kekasihnya.
"Kamu lagi menonton apa?" tanya Alexa.
"Ada berita kematian dari keluarga mantan suami kamu di televisi," jawab Gerry.
Alexa menatap televisi. Dia seketika terkejut saat melihat berita tentang kematian ayah mantan suaminya. Dia melihat tidak ada wajah Reynold di berita itu merasa heran, tapi dia berusaha menyembunyikan rasa penasarannya.
"Iya mantan papa mertuaku itu sakit-sakitan dari dulu," kata Alexa.
"Iya, tapi kenapa aku tidak melihat wajah mantan suami kamu yang culun dan bodoh itu?" tanya Gerry.
"Aku tidak tahu. Dia mungkin bersembunyi saat ini karena sedih," jawab Alexa.
"Bisa jadi. Dulu aja dia suka bersembunyi di ketiak kamu," balas Gerry terbahak.
"Sudahlah, tidak usah membahas masa lalu aku lagi," kata Alexa.
"Iya kita tidak perlu membahasnya lagi. Mending kita bahas tentang kita," balas Gerry.
Gerry menatap mata Alexa setelah mematikan televisi. Mereka bermesraan seperti sepasang kekasih yang dimabuk asmara.
***
Beberapa jam telah berlalu, Gerry terbangun. Dia menatap wajah Alexa yang tertidur pulas setelah apa yang mereka lakukan.
"Kamu cantik, tapi sayang bodoh," gumam Gerry membelai lembut pipi Alexa.
Gerry menatap tubuh Alexa yang tertutup selimut. Dia turun dari ranjang untuk pergi bersih-bersih.
Alexa tersenyum saat membuka matanya. Dia tahu Gerry sudah ke kamar mandi.
"Kamu terlihat suka kasar pada aku, tapi aku tahu kamu sangat mencintai aku," gumam Alexa dengan senyum bahagia.
Ceklek
Pintu kamar mandi terbuka setelah beberapa menit. Gery sudah memakai pakaian rapi membuat Alexa yang tengah bersandar di tepi ranjang mengernyitkan dahinya.
"Sayang, kamu mau ke mana?" tanya Alexa.
"Aku ada urusan, mau kumpul bersama teman-temanku," jawab Gerry.
"Aku boleh ikut? Sudah lama kamu tidak ajak aku," kata Alexa.
"Jangan bertingkah, Sayang. Kamu pasti tidak mau aku marah, sebaiknya kamu di apartement saja dan ingat jangan mengundang siapa pun ke apartemen kita," balas Gerry.
"Aku tidak akan mengundang siapa pun ke sini kok," kata Alexa lembut.
"Ya mana aku tahu. Bisa aja kamu mendadak kegatalan, terus minta digaruk sama yang lain," balas Gerry sinis.
"Kamu kenapa sih selalu berpikir negatif tentang aku?" tanya Alexa.
"Ya kamu pikir aja sendiri. Kamu dulu meninggalkan suami kamu lalu pergi kepada aku. Bisa ajah kamu lari bersama pria lain lagi," jawab Gerry.
"Aku tidak semurah itu, Gerry," balas Alexa dengan air mata menetes. Dia merasa sakit hati dengan ucapan kekasihnya.
"Jangan keluarkan air mata buaya kamu itu, tidak ada gunanya. Aku bukan mantan suami kamu yang bisa kamu bohongi sesuka kamu," kata Gerry.
"Aku membohongi mantan aku juga dengan ide dari kamu!" teriak Alexa.
Plak
Wajah Alexa tertoleh ke samping saat telapak tangan Gerry tepat mengenai pipi mulusnya.
"Berani sekali kamu meninggikan suara kamu pada aku!" teriak Gerry di depan wajah Alexa.
Mata Alexa seketika menutup saat merasakan panas dan perih di pipinya.
"Kenapa kamu sekasar ini pada aku? Apa salah aku?" tanya Alexa sambil menangis tersedu-sedu.
"Salah kamu itu adalah berani melawan dan meninggikan suara kamu pada aku. Kamu hanya perempuan yang bertugas melayani kekasihnya jika dibutuhkan. Suasana hatiku jadi buruk saat ini, aku pergi," kata Gerry sambil menepuk pipi Alexa.
Alexa membuka selimut yang menutupi tubuh dia saat melihat Gerry sudah pergi. Dia pergi ke kamar mandi. Dia mengguyur seluruh tubuh dia dengan air dari pancuran shower lalu menggosok-gosoknya dengan kasar.
"Kenapa aku bisa seperti ini?" gumam Alexa.
Alexa benci dengan diri dia yang terlena dengan Gerry dan meninggalkan pria sebaik Reynold. Dia ingin sekali meminta maaf dengan Reynold, tapi dia gengsi. Sudah lima tahun mereka berpisah, bahkan dia tidak tahu lagi kabar dan wujud mantannya seperti apa sekarang.
***
Hujan turun begitu deras di malam hari. Seorang pria duduk di ruang kerjanya dengan ditemani kepulan asap yang keluar dari bibirnya. Dia menatap semua pekerjaan yang sudah selesai dikerjakan. Setelah pemakaman orang yang yang paling dia sayangi, dia langsung bekerja. Dia tidak mau terlalu larut dalam kesedihan. Sudah cukup untuk semua kesedihan yang dia dapatkan. Misi dia tinggal satu, yaitu mengetahui kabar mantannya.
"Nick!" teriak Reynold.
Nick langsung masuk ke dalam ruang kerja Reynold dengan napas terengah-engah.
"Iya, Tuan. Ada yang bisa saya bantu?" tanya Nick.
"Apa kamu sudah dapat informasi lengkap tentang mantan istriku?" tanya Reynold.
"Sedikit lagi akan segera saya kirimkan kepada Tuan informasi mengenai mantan istri Tuan," jawab Nick.
"Oke. Menurut kamu apakah aku membutuhkan sekretaris?" tanya Reynold.
"Saya akan carikan kalau menurut Tuan perlu," jawab Nick.
"Iya akan aku pikirkan. Jangan lupa cari tahu tentang kekasih mantan istriku juga. Aku akan bermain dengan keduanya," kata Reynold terkekeh.
"Baik, Tuan. Saya akan mencari tahu semuanya sesuai kemauan Tuan. Maaf, saya hampir lupa memberitahu Tuan kalau peresmian pembukaan tempat hiburan malam akan dilakukan beberapa hari lagi," balas Nick.
"Oke, biarkan mereka meresmikan. Aku akan datang, tapi tidak untuk berpidato. Aku hanya akan melihat saja dan mengundang teman dekatku datang," kata Reynold.
"Siap, Tuan," balas Nick.