"Komentarnya lucu-lucu banget, ya ampun." Harusnya Rani menghibur Alaka yang masih bergelut dengan kekesalannya setelah tragedi postingan i********: milik Galan, jika foto yang dimaksud adalah foto Galan—maka Alaka takkan pernah memusingkannya, tapi Galan justru memamerkan foto saat Rafael memasangkan gelang kaki milik Alaka. Belum lagi tagar baru yang membuat banyak netizen langsung beramai-ramai mengikutinya, bahkan beberapa akun fans membuat i********: baru dengan nama akun dari penyatuan nama Rafael dan Alaka.
Apa-apaan ini! Rencana macam apa ini! Mereka semua membuat Alaka benar-benar stres, ia tak pernah ingin dianggap dekat dengan Rafael, terlebih dianggap melakoni cinlok.
Lebih baik Alaka memakan cilok sebaskom.
Netizen memang luar biasa, dalam sekejap begitu banyak akun baru bermunculan dengan profil bergambar wajah Alaka atau Rafael, bahkan postingan mereka berisi tentang foto idola baru mereka yang dibuat menggunakan grid. Caption yang diperlihatkan cukup ampuh membuat Alaka ingin menghilang dari bumi secepatnya, ke Neptunus saja sepertinya lebih aman.
"NGGAK MUNGKIN!!! INI NGGAK MUNGKIN, MBAK!!!" Alaka mendelik tak percaya menatap layar ponsel yang memperlihatkan i********: miliknya, cukup banyak akun fans tak segan berkomentar di postingan lama Alaka seraya menandai akun milik Rafael.
@Aneta_75 Alaka emang cangtip, jadi aku ikutan tim #RAFALKA cmiww @RafaelWijaya_
@NilaIstriJungkook Jadi sekarang Alaka ya yang mau debut romance sama @RafaelWijaya_ gapapa, kalian cocok banget. #RAFALKA uwwuu
Real_Galan Ayoyo, pasangan uwuu terbaru
"Ini kenapa sih malah Galan ikut-ikutan komentar di postingan lama gue! Bikin tambah panas suasana aja," keluh Alaka sebelum terduduk di tepi ranjang, Rani sendiri bersila di permadani seraya tersenyum mirip orang gila, mengapa rasa senang orang-orang justru membuat Alaka begitu sengsara?
"Kalau Galan aja sampai heboh sendiri dan nyamperin akun lo buat ikut komentar, artinya dia pendukung dong, Al. Lagian itu dia pinter banget ya bisa nyuri foto candid lo sama Rafael yang aduhainya nggak ketulungan, itu terlalu so sweet, Alaka." Rani bertutur kata begitu mudahnya mumpung lidah tak bertulang, tapi ia jelas mengerti jika perkataannya membuat Alaka makin tak senang. Rani terbiasa menanggapi Alaka, tahu persis bagaimana sikapnya, jika detik ini Alaka enggan berbicara dengannya—maka tak perlu menunggu lebih lama agar gadis itu mengajak managernya berkomunikasi lagi, paling lama sejam Alaka mendiamkan Rani.
"Nggak asyik banget sumpah lo, Mbak. Gue kira lo ngedukung gue, malah kayak orang-orang." Benar saja, Alaka kesal dan beranjak meninggalkan kamar, sayangnya Rani justru tersenyum jahil menanggapi sikap aktris remaja itu, ia tak pernah menanggapi serius kekesalan Alaka.
"Ternyata pulang ke Bandung emang sebuah kesalahan fatal," oceh Alaka seraya melangkah keluar dari vila, ia tak menyapa beberapa kru yang sempat dilewatinya. "Kak Galan harus bertanggung jawab untuk semua yang dia perbuat, senang banget bikin rugi orang, nggak ada berubahnya."
Sekitar pukul sembilan malam saat proses syuting hari ini telah usai, beberapa kru serta pemain film Green Tea Love Story terlihat menikmati malam mereka yang menyenangkan saat pesta barbeque kecil-kecilan berlangsung di pelataran vila. Alaka tahu rencana itu sejak sore, hanya saja ia benar-benar ogah untuk bergabung dengan orang-orang di luar sana, bukan tentang Alaka yang pongah, tapi ia malas melihat Rafael dan Galan yang sudah membuatnya sangat jengkel.
Sayangnya, sepasang kaki Alaka memang membawanya menemui halaman vila yang terlihat ramai, gadis berambut sebahu itu tak lantas menghampiri rekan aktris lainnya, ia bersidekap di ambang pintu seraya menyandarkan bahu kiri dan memperlihatkan aura murung di wajah. Sejauh mata memandang Alaka bisa menemukan Rafael duduk bersama Arabella pada sebuah alas persegi panjang bersama beberapa pemain lain tak jauh dari posisi Alaka, sedangkan Galan bersama seorang kru laki-laki terlihat sibuk memanggang sosis pada barbeque grill di depan mereka seraya bersenandung suka-suka, posisinya membelakangi Alaka. Mereka semua tampak gembira meski lelah usai melakoni syuting hari ini.
"Kenapa nggak Arabella aja yang digosipin lagi, gue nggak suka ngelajanin hidup yang kayak gini, berasa tinggal di gubuk derita aja," gumam Alaka seraya menatap teman-temannya.
"Alaka kok enggak keluar-keluar." Rupanya Galan menanti kehadiran Alaka, ia meraih dua tusuk sosis panggang yang sudah matang. "Bang Jeff, gue cari Alaka dulu ya, kayaknya dia beneran ngambek sama gue," tutur Galan pada kru bernama Jeff yang masih sibuk memanggang sosis di depannya.
"Siyap, Gal. Antepin aja."
Galan terkekeh kecil sebelum memutar tubuh, ia tersenyum simpul begitu netranya menemukan Alaka berdiri di ambang pintu utama vila seraya menatapnya penuh dendam, meski begitu Galan tetap memutuskan menghampirinya penuh semangat.
"Alaka Prita membahana luar biasa," tutur Galan menambah-nambahi nama panjang Alaka, ia berharap gadis itu akan tersenyum, sayangnya tidak.
Alaka mengalihkan pandang, kentara sekali kekesalan di wajahnya saat tak sudi menatap Galan yang kini berdiri di depannya seraya mengulurkan sepasang sosis panggang.
"Alaka ngambek? Bisa gitu ngambek berlama-lama ke gue? Bisa, ya, Al?" Galan bertanya-tanya.
"Aku nggak suka ya sama kelakuan Kak Galan, jadi banyak gosip nggak benar kesebar tahu, malah banyak akun rolleplay yang tiba-tiba nyatuin fotoku sama Rafael, kan itu menggelikan," ketus Alaka tanpa berniat melirik Galan.
"Kalau emang suatu hari bakal pacaran gimana, Al? Chemistry kalian dapat banget tahu." Bukannya merayu agar Alaka bisa memaafkannya, Galan justru menambah kesalahannya.
Alaka mendelik menatapnya. "Apaan, sih! Habis kelar dari PH ini tuh aku mau kuliah, Kak. Enggak ada yang namanya pacar-pacaran. Kak Galan nggak pengertian banget!" Ia kesal dan memutar tubuh, tapi Galan bergerak cepat menahan lengan Alaka agar gadis itu tak lekas pergi.
"Maaf, Alaka. Gue ngeledek aja kok, jangan terlalu dipikirin ya," rayu Galan, "ini, lo mau sosis nggak? Gue sendiri yang panggang."
Alaka mengalah menghadap Galan lagi, ia meraih satu tusuk sosis panggang yang dibagi Galan sebelum menggigit ujungnya. "Pokoknya aku nggak mau ya kalau ada kayak gitu terulang lagi, Kak Galan nggak boleh nyolong foto candid aku, apalagi yang ada Rafael-nya."
"Iya, Al. Iya. Gue janji." Galan mengangkat kelingking kiri di depan Alaka, gadis itu tersenyum seraya menautkan kelingkingnya juga. "Karena lo udah enggak ngambek, gimana kalau gabung sama yang lain di sana." Galan menunjuk pemain lain di halaman vila.
"Enggak, mau di sini aja. Kalau Kak Galan mau balik lagi ya enggak apa-apa, aku mau duduk di sofa." Alaka benar-benar menyingkir dan duduk di sofa beranda seorang diri seraya menikmati sosis panggangnya.
"Oke, gue samperin Bang Jeff dulu, kasihan dia enggak dibantuin. Kalau lo mau lagi, ambil aja di sana, ya." Galan melenggang membiarkan Alaka sendirian.
Gadis itu mengedarkan pandang dan menemukan tatapan Rafael mengarah padanya meski Arabella tampak antusias bercerita pada laki-laki itu, entah sejak kapan Rafael menatapnya, yang jelas Alaka langsung mengalihkan pandang tanpa sudi berlama-lama. Anehnya, Rafael beranjak begitu saja meski Arabella masih asyik bercerita.
"Lho, Raf. Lo mau ke mana?" tanya Arabella saat Rafael beranjak seraya membawa sebuah sosis panggang yang masih utuh, ia mengernyit tatkala melihat Rafael menghampiri Alaka yang tak kalah terkejutnya menanggapi kehadiran laki-laki menyebalkan itu.
"Lo ngapain ke sini, mending di sana aja sama Arabella. Kasihan dia tuh jadi sendirian," tutur Alaka usai beranjak, ia mulai gugup berdiri di depan Rafael yang menatapnya tanpa kedip, bahkan senyum samar di wajahnya muncul. Alaka makin salah tingkah jika mengingat kejadian malam itu.
"Arabella nggak sendirian, banyak kok temannya. Galan sama yang lain di sana, malah lo yang sendirian di sini," sahut Rafael.
"Ya, ya em-emang kenapa. Masalah buat lo?" Alaka mulai tergugu, netranya menatap ke berbagai objek asal bukan mata Rafael.
"Ini buat lo, sebagai tanda terima kasih gue karena udah kasih salad waktu itu." Rafael mengulurkan sosis yang dipegangnya.
Seketika tatapan Alaka menghunus Rafael, sepasang alisnya menyatu seraya bersidekap. "Enggak usah, gue udah dikasih Kak Galan tadi. Buat lo aja."
"Tapi, kalau gue enggak mau ditolak gimana? Apa perlu gue ikut komentarin postingan Galan yang itu?"
"Apa!" Alaka mendelik tak percaya, sepasang tangannya meluruh sebelum telunjuk kiri terangkat di depan wajah Rafael. "Lo gila! Jangan tambah panas suasana ya, gue paling nggak betah jadi bahan gosip banyak orang."
Rafael tersenyum miring. "Lah iya, kalau gitu terima sosis dari gue, dan gue bakal diam tanpa komentar apa pun."
Benar-benar menjengkelkan! Andai Alaka memiliki Jin botol yang bisa mengabulkan tiga keinginannya, maka harapan pertama adalah hilangkan Rafael dari kehidupannya.
Meski kesal setengah mati, tapi Alaka tetap meraih sosis dari Rafael seraya melahapnya dengan rakus tanpa peduli jika laki-laki itu bisa ilfeel melihatnya. Rafael justru terkekeh menanggapi perlakuan kesal Alaka, saus pada sosis menempel di setiap sudut bibir gadis itu hingga wajahnya tampak belepotan.
"Hey, emang bunda lo nggak ngajarin biar anak perempuannya makan pelan-pelan? Sampai belepotan gini," tutur Rafael, ia tak segan mengusap sisa saus di sudut bibir Alaka menggunakan ibu jarinya, saat itu aktivitas sekitar seolah terhenti bagi mereka. Bagaimana mungkin Alaka menemukan tatapan Rafael yang begitu meneduhkan disertai seulas senyum tipis di depan matanya. Bagaimana mungkin Alaka tiba-tiba terpaku untuk sentuhan sederhana di wajahnya.
"CIYE, CIYE YANG LAGI PDKT!!!" seru Galan di dekat barbeque grill seraya terkekeh menatap interaksi Alaka dan Rafael.
Seketika kesadaran Alaka kembali, ia mendelik menatap Rafael yang justru melebarkan senyumnya usai mendengar celotehan Galan. Laki-laki itu mengangkat sepasang telempapnya sejajar dengan telinga seolah ia pelaku kejahatan yang baru saja menyerah untuk ditangkap polisi. "Serius, bukan suara gue."
"Gue tahu kok, telinga gue masih waras," ketus Alaka sebelum mendelik pada Galan, "gue capek mau tidur!"
"Sekarang?"
"Besok." Alaka melengos begitu saja, tapi saat Rafael memanggil namanya—langkah gadis itu terhenti di ambang pintu sebelum menoleh menatap Rafael. "Apa lagi?"
"Tapi gue suka kok sebutan RAFALKA itu."
***