Saat Daniel melihat sebuah berkas dan ada selembar kertas putih diatasnya.
Membuat mata Daniel langsung tertuju ke atas meja itu dan secepatnya, Daniel pun segera mendekati meja dan dia melihat jika selembar kertas itu adalah sebuah surat yang ditulis dengan tangan Amelia sendiri.
Sehingga, saat itu pula. Mata Daniel melotot tidak percaya, jika yang dia lihat saat ini adalah, sebuah surat asli dari tulisan tangan Amelia dan berkas yang ada dibawahnya, Daniel semakin tidak percaya saat melihat judul berkas di depannya.
'surat perjanjian cerai'
Saat melihat itu, bola mata Daniel serasa mau lepas dari tempatnya dan bibirnya gemetar, menahan rasa tidak percaya dengan apa yang dia lihat.
"Ini! Ini adalah surat cerai!" Ucap Daniel yang kemudian mengambil berkas itu dan segera membaca isinya.
Saat itu pula, Daniel langsung terkejut ketika melihat ada tanda tangan diatas materai yang tidak lain adalah tanda tangan asli Amelia.
"Ini! Ini tidak mungkin! Amel … Dia tidak mungkin meminta cerai padaku!" Ucap Daniel yang kembali membaca ulang serta melihat dengan jelas, tanda tangan serta nama yang tertera di dalam surat cerai itu.
"Ini asli! Ini sungguh tanda tangan dia yang asli! Tapi ini … Ini tidak mungkin! Amel dia tidak mungkin … meminta cerai seperti ini! Ini … Ini pasti ulah mama! Ya, pasti itu mama yang melakukan ini semua, agar aku dan Amel berpisah dan aku harus fokus dengan Karisa dan juga bayinya," ucap Daniel yang berusaha menghibur dirinya dan berusaha meyakinkan dirinya jika Amelia masih sangat mencintai dirinya serta dia tidak yakin, jika Amelia melakukan hal itu padanya.
Sehingga, Daniel pun tersenyum dengan rasa penuh percaya diri, dia pun menaruh surat cerai yang sudah di tanda tangani oleh Amelia, lalu dia pun melihat selembar kertas yang ada di tangannya.
"Ini apa?" Ucap Daniel yang segera membaca surat itu secepatnya.
Hingga, saat Daniel membaca isi surat itu, senyuman Daniel yang awalnya mengembang pun langsung menghilang, ketika dia membaca keseluruhan isi dari surat itu.
Hingga, tangan Daniel pun gemetar dan hatinya terasa sangat sesak, karena dia tidak menyangka jika semua itu asli dan Amelia sendirilah yang menginginkan perceraian itu.
"Ini! Ini tidak mungkin! Amel … Amel tidak mungkin meminta cerai padaku! Tidak mungkin! Aku tidak percaya jika dia melakukan ini padaku!" Ucap Daniel yang berusaha menyangkal, lalu segera meremas kuat kertas di tangannya hingga menjadi bulatan kecil. Lalu, Daniel melempar kertas itu dengan sangat kasar.
"Tidak mungkin! Tidak mungkin! Aku tidak percaya ini semua! Tidak mungkin jika Amel sendiri yang menginginkan perceraian ini! Tidak mungkin!" Sangkal Daniel yang masih enggan menyadari semuanya dan masih saja terus menyalahkan ibunya dan juga Karisa.
"Ini pasti! Ini pasti mama! Pasti mama yang memaksa Amel untuk melakukan ini! Bukankah mama sudah berjanji tidak akan mengganggu Amel selama aku bisa memberikan anak kepada keluarga ini? Tapi kenapa … Tapi kenapa … Tapi kenapa bisa mereka melakukan ini padanya!" Ucap Daniel yang tidak bisa menahan rasa sesak yang semakin mencekik tenggorokannya, sehingga tanpa sadar.
Air mata Daniel pun mulai jatuh membasahi kedua sudut matanya dan perasaan itu, sungguh sangat menyiksa dirinya.
"Amel! Kenapa kamu mengingkari janji kamu padaku? Kenapa Amel? Kenapa bisa kamu melakukan hal sekejam ini padamu dan kamu … Kenapa tidak bisa mengerti aku sama sekali?!" Ucap Daniel yang semakin terisak dan masih saja arogan untuk tetap dan mau mengakui kesalahannya dan terus menerus menyalahkan orang yang sebenarnya tidak sama sekali padanya.
Karena sifat buruknya inilah yang sebenarnya menjadi beban berat bagi Amelia dan selama bertahun-tahun dia harus menahan sikap kasar Daniel yang selalu ingin menang sendiri, termasuk kejadian dia ketahuan selingkuh Sampai menikah seperti saat ini, dia masih saja tidak mau mengaku salah dan masih menganggap jika dirinya adalah orang yang benar, tapi tanpa sadar sudah melukai perasaan Amelia yang sangat dalam, sampai luka itu benar-benar menyakiti Amelia dan luka itu, sudah sulit untuk disembuhkan dan sulit baginya, memaafkan semua kesalahan Daniel serta keluarganya yang selama ini sering menindasnya, membuat kesabaran Amelia sudah habis, tatkala cinta yang dia miliki malah terus menyiksanya dan dia lebih memilih untuk pergi meninggalkan semuanya dan mengubur sedalam-dalamnya cinta yang sudah membuat dirinya tersiksa selama ini.
Daniel yang tidak menyadari akan kesalahannya dan masih tetap keras kepala jika dirinya masih orang yang paling benar.
Tidak terima dengan apa yang Amelia lakukan saat ini.
Sehingga, Daniel pun segera melempar kertas yang berisi surat itu ke lantai dengan perasaan penuh emosi.
"Amel! Tidak semudah itu kamu pergi meninggalkan aku! Lihat saja! Aku pasti akan menemukan kamu dan aku pastikan kalau kamu akan tetap mencintai aku!" Ucap Daniel sambil menggertakan giginya.
"Amel! Karena kamu tidak mengerti aku dan kamu malah membuat aku sangat marah seperti ini, maka lihat saja nanti! Lihat bagaimana aku akan membuat kamu tidak bisa pergi meninggalkan rumah ini dan aku akan mengurung kamu di rumah ini untuk selamanya, supaya kamu tidak memiliki pikiran lagi untuk meninggalkan aku seperti sekarang yang sudah kamu lakukan saat ini!" Ucap Daniel yang kemudian melangkah pergi meninggalkan kamar itu dan segera turun ke lantai bawah dengan tergesa-gesa.
Dia tidak peduli dengan tatapan ibunya maupun istri barunya yang saat ini, sedang duduk bersama di lantai bawah sambil melihat tempat pesta pernikahan yang baru saja selesai itu, sedang di rapihkan.
Membuat keduanya yang sedang duduk santai pun langsung terkejut melihat ekspresi wajah Daniel yang terlihat sangat marah dan dia berjalan ke arah pintu luar dengan tergesa-gesa.
Membuat ibunya Daniel langsung merasa penasaran dengan sikap putranya yang tiba-tiba berbeda dari sebelumnya.
"Dan! Kamu kenapa?" Tanyanya.
Daniel tidak menoleh bahkan menjawabnya, dia terus berjalan tanpa menghiraukan ibunya.
Membuat Karisa merasa sangat terkejut dan dia tidak menyangka, jika Daniel yang sedang marah bisa sangat menakutkan seperti itu.
"Ma! Ada apa dengan mas Daniel? Kenapa dia terlihat seperti sedang marah?" Tanyanya kepada ibu mertuanya itu.
Ibunya Daniel menggelengkan kepalanya.
"Mama juga tidak tahu! Tadi dia masih terlihat sangat baik-baik saja. Tapi entah kenapa dia bisa seperti itu," jawabnya yang setelah itu, langsung bangun dari tempat duduknya.
"Mama aku bertanya lagi kepadanya dan kamu tidak perlu merasa khawatir, lebih baik cepat ganti pakaian kamu dan pergi beristirahat lah sekarang juga! Tidak baik jika kamu kelelahan dan itu bisa mengganggu kesehatan calon cucu mama," ucapnya yang kemudian pergi meninggalkan Karisa untuk mengejar Daniel.
"Baik ma! Aku akan mendengarkan semua nasihat mama," jawab Karisa sambil tersenyum bangga, karena semua perhatian di dalam rumah itu hanya tertuju kepadanya dan dia melirik ke arah pintu kamar Amelia yang ada di lantai atas, lalu tersenyum bangga dengan tatapan menghina.
"Amel! Apapun yang kamu miliki, itu harus menjadi milikku dan kini, kamu hanya bisa menangis dan meratapi sendiri di dalam kamar itu. Hahahaha … Aku menang lagi! Aku menang lagi dari kamu Amel!" Gumam Karisa yang setelah puas tertawa di dalam hatinya, dia pun pergi meninggalkan tempat itu menuju kamarnya, untuk berganti pakaian dan menghapus riasan pengantin yang seharian menutupi kulit wajahnya.
Sementara itu.
Daniel segera memanggil semua petugas keamanan yang menjaga rumahnya dan dia pun berteriak marah kepada semuanya, atas perginya Amelia yang tidak diketahui siapapun.
"Bodoh! Bisa-bisanya kalian tidak tahu jika nyonya Amel telah pergi meninggalkan rumah ini!" Teriak Daniel dengan tatapan marah dan dia segera menampar satu persatu penjaga keamanan yang menjaga rumah itu.
"Sial! Gara-gara kalian! Saya harus kehilangan istri saya dan … Kalian, kalian memang tidak pantas bekerja di rumah ini lagi!" Teriak Daniel dengan kasarnya dan dia melampiaskan semua amarahnya kepada orang-orang yang menjaga keamanan di rumahnya itu.
Sedangkan para penjaga itu hanya bisa meminta maaf karena kelalaiannya yang tanpa sengaja, sudah membuat Amelia bisa dengan mudahnya pergi meninggalkan rumah itu tanpa ada satu orang pun yang mengetahuinya.
"Pak Daniel! Maaf … Tolong maafkan kami pak! Kami … Kami sungguh tidak menyangka jika nyonya Amel yang sangat lembut dan baik hati ini, bisa melakukan ini semua dan … Dan tolong pak! Jangan pecat kami pak! Tolong pak!" Ucap semuanya secara bersamaan.
Daniel menghela napas panjang dan rasanya, dunianya seakan runtuh, karena dia harus kehilangan wanita yang sangat dia cintai dan wanita yang sudah biasa dia lihat setiap hari dengan tatapan penuh cinta, kasih sayang dan semuanya begitu nyaman saat bersama nya.
Kini, dia harus merasakan rasa perasaan tersiksa dan rasa kehilangan yang tidak pernah dia bayangkan sama sekali.
Sehingga, Daniel yang egois dan tidak rela untuk kehilangan Amelia pun, harus bisa menemukan Amelia dan membawa kembali Amelia ke sisinya lagi seperti sebelumnya.
"Baiklah! Saya akan memaafkan kalian, jika kalian berhasil menemukannya dan … Jangan pernah memberi saya berita buruk apapun, karena saya tidak suka mendengar kata gagal menemukan dia atau dia ditemukan tidak bernyawa lagi, maka kalian harus menanggung akibatnya!" Ancam Daniel yang sudah mulai terlihat seperti orang gila.
"Baik pak! Baik! Kami akan berusaha menemukan nyonya," jawab semua petugas keamanan secara bersamaan.
"Baiklah! Cepat pergi dan cari dia sampai kalian bisa menemukannya!" Ucap Daniel sambil memijat dahinya.
"Baik pak! Kalau begitu kami pamit pergi sekarang juga," ucap para petugas keamanan itu yang kemudian pergi meninggalkan Daniel sendirian dan secepatnya bergegas mencari Amelia yang sudah pergi jauh dari rumah yang sudah membuat dirinya menderita itu.
Setelah itu, Daniel pun berjalan masuk kembali ke dalam rumahnya dan dia tidak menghiraukan ibunya yang bertanya lagi kepadanya bahkan terus menepuk bahunya, tapi Daniel hanya melewatinya dan tidak minat untuk bicara apapun lagi dengannya.