When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
“Wah, rupanya ada yang merindukannya nih!” ejek Hezky pada Won. “Biarlah kamu mengatakan begitu, dirimu sendiri juga begitu. Besok akan mulai masa kehidupan yang membosankan lagi. Apakah kamu akan datang menjemputnya lebih pagi dariku?.” “Ya, sepertinya kamu bisa menebak isi pikiranku. Apakah kamu ingin menyaingiku?” “Ya, jika tentu saja. Aku tidak akan kalah darimu, Hezky. Meski kamu guru kami berdua!” “Hahaha....ya aku mengerti, murid memang keras kepala dari pada gurunya!.” Sementara itu di rumah An. Kuna Egao menatap jauh langit yang perlahan-lahan menjadi gelap, cuaca sedang tidak bagus sekarang ini dan akan turun hujan. Duduk di dekat kolam renang dan melihat langit. Perlahan-lahan air hujan turun membasahi tanah, dan semakin lama semakin deras. Kuna Egao mengingat kejadian