When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
“Hah, keras kepala! Apa benar begitu? Atau jangan- jangan dalam hatimu ada penyesalan. ‘Ya ampun kenapa aku berkata begitu pada Hezky. Bagaimana ini? Aku telah menolaknya!’ begitu kan?” “Hah, apa kamu ingin tahu apa yang ada di hatiku?” Hezky menganggukan kepala, “Ya, tentu saja!” “Aku ingin sekali menghajarmu seperti yang dilakukan oleh guru besar!” Hezky terkejut, “Kenapa? Bukannya kamu menyukaiku?” “Itu kamu yang mengatakan, bukan aku!” “Hei, mengapa kamu terus menolak kata hatimu sendiri?” Perjalanan hari ini berakhir dengan sangat bagus, aku diantar pulang oleh kedua pria ini. Ibuku pun ada di rumah, tetapi tidak untuk dua saudara tiri. Yasashi dan Zanko belum pulang ke rumah. Aku segera berpamitan dengan dua pria ini. “Baiklah, sampai jumpa lagi. Terima kasih telah mengant