When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Ayah pun duduk di samping Nyonya besar. “Apa yang terjadi? Mengapa tanganmu sampai terluka? Apakah anak itu menyakitimu?” Nyonya besar menahan rasa sakit di tangannya, ia terus memikirkan apa yang telah terjadi saat itu hingga membuatnya melamun. “Sayang!” panggil suaminya. Suara suaminya itu membuat dirinya tersadar, ia pun menoleh ke arah suaminya. “Ah, tidak apa. Ini semua salahku, aku masuk tanpa seizin dia. Ya, bukankah dia kamarnya. Aku rasa, dia hanya mengalami mimpi buruk.” “Mimpi buruk? Mimpi buruk apa hingga membuatnya melakukan hal seperti ini padamu?” “Kau lihat sendiri kan wajahnya? Dia tidak tahu apa yang terjadi, dia tidak sengaja melakukan ini padaku. Dia hanya bermimpi buruk. Sudahlah, jangan dipermasalahkan!” Tidak lama kemudian dokter yang dipanggil pun datang