08. Menyerah.

3864 Words
Juan menatap datar tanpa emosi. Rocelin menghela napas lalu merengut, dia sebenarnya takut dengan ekspresi Juan yang seperti itu namun dia harus bisa terbiasa dengan hal itu. Jika tidak maka dia akan gila jika berdamping dengan pria ini dalam waktu yang ia sendiri tidak tahu Juan melihat kening Rocelin mengkerut seakan memikirkan hal yang sangat berat, dia mengakui jika Rocelin memang wanita yang manis dan menggemaskan. Namun hal itu tak membuatnya luluh dengan Rocelin, rasa amarah dan bencinya semakin menjadi setiap kali melihat wajah Rocelin yang mirip dengan wajah ayah mertuanya terdahulu yang sudah membuat dirinya masuk dalam jurang permasalahan. "Jangan takut, jangan takut." Rocelin bergumam kecil seakan mengira ia sedang berbicara dalam hati. Juan mengenyitkan dahinya melihat ekspresi Rocelin yang berubah-ubah seakan sibuk dengan dunianya sendiri. "Menyingkir dari tubuhku." Ujar Juan sembari menekan ujung hidung Rocelin. Rocelin berjingit kaget, dia menatap Juan sembari mengerjap cepat. Dia mengangguk patuh lalu turun dari pangkuan Juan. Juan pun berjalan ke kamarnya diikuti oleh Rocelin seperti anak ayam. Mereka masuk kedalam kamar Juan dan Rocelin pun ikut. Juan menghela napasnya kasar. Mendorong tubuh Rocelin dengan kasar agar keluar dari kamarnya. "Tidak boleh begitu? Sedang ada Mike. Aku akan memberitahunya jika--" Juan menutup bibir Rocelin agar berhenti mengoceh lalu menariknya masuk kedalam kamarnya. Pasalnya kamar Mike tepat di samping kamarnya. Ia tidak ingin membuat kegaduhan dan masalah dari mulut Rocelin. Rocelin tersenyum puas, namun dia berlari kecil menuju kamarnya sendiri untuk mengambil sikat gigi dan sabun wajahnya. Dia kembali ke kamar Juan dan melihat pria bengis itu sedang menyikat giginya Rocelin tersenyum senang, dia berdiri di depan tubuh Juan tanpa permisi membuat pria tampan itu mengernyit tidak suka. Rocelin mengabaikan ekspresi Juan, dia menguncir poninya seperti tungkai apel lalu mulai menyikat giginya. Juan tanpa sadar mengamati perilaku Rocelin sedari tadi, dia menarik sudut bibirnya sangaaaaaaaaaat kecil saat melihat poni Rocelin bergoyang-goyang dengan lucunya. Juan meludahkan busa di mulutnya, tanpa permisi dia menarik tangan Juan agar melingkari pinggangnya. Juan mendelik ke arah Rocelin namun Rocelin memaksa pria tampan tersebut. "Hanya kali ini." Rocelin memohon dengan wajah melasnya. Juan pun menarik tubuh Rocelin agar lebih mendekat dengan tubuhnya. Juan tersenyum senang sekali yang mana tak luput dari pandangan Juan. "Aku tidak suka senyumanmu." Ujar Juan lalu berkumur. Rocelin berdecak kecil lalu mereka pun selesai menyikat gigi. Mereka mencuci muka bersama dan tak sengaja busa masuk kedalam mata Rocelin. "Juan, perih! Mataku perih!" Rocelin memukuli lengan Juan sembari meraba wastafel. Juan menggeram kesal lalu mendorong kepala Rocelin dengan kasar ke arah wastafel. "Akh .. pelan Juan!" Rocelin membasuh wajahnya dengan air hingga matanya tidak perih lagi. la pun bernapas lega saat rasa pedih sudah tidak la rasakan, la mengambil tisu wajah lalu mengeringkan wajahnya sedangkan Juan belum selesai mencuci wajahnya. Saat Juan hendak mengambil tisu wajah lebih dulu Rocelin menyiapkan untuknya namun Juan mengabaikan nya, Rocelin mendengus kesal lalu membuangnya ke tempat sampah. Rocelin melihat busa di sekitar wajah Juan, ia pun mengalungkan tangannya di leher Juan. "Apa yang kau lakukan?!" Juan hendak menarik tangan Rocelin namun lebih dulu Juan menarik lehernya hingga wajah mereka sangat dekat. "Ada busa sabun di sini." Rocelin mencibir kelakuan Juan yang sangat enggan skinship dengannya. Rocelin membersihkan busa di wajah Juan lalu ia sadar jika Juan sedang memandangnya. Ia pun membalas tatapan Juan hingga membuat sang empu terlihat salah tingkah. "Apa aku cantik?" Tanya Rocelin dengan wajah antusiasnya. Juan memukul belakang kepala Rocelin dengan keras lalu keluar dari kamar mandi. Rocelin mengusap belakang kepalanya yang terasa sakit, jika mereka saling mencintai maka perlakuan Juan baru saja akan terasa manis baginya. Namun keadaan yang sebenarnya membuatnya hanya bisa menghela napasnya lelah. "Kau harus kuat Rocelin." Rocelin berusaha menyemangati dirinya sendiri. Dia menatap pantulan wajahnya yang terlihat semakin kurus. Jujur saja dia tidak bahagia dengan kehidupan nya yang sekarang, namun ia berusaha menerima semuanya dengan lapang d**a. la tidak bisa berbuat apapun untuk saat ini kecuali mengikuti alur permainan Juan. "Tidurlah di kamar mandi!" Rocelin tersenyum lebar, dia menganggap hal itu adalah perhatian kecil dari Juan walau ia pun tak mengapa jika ia memilih tidur di kamar mandi. Katakanlah Rocelin berusaha menyenangkan dirinya sendiri. Juan sudah berbaring di atas ranjang dan saat Rocelin hendak membaringkan tubuhnya di sana dengan santai Juan menendang punggung Rocelin hingga tersungkur ke lantai. "Aku mau tidur," ujar Rocelin sembari berdiri. Juan melempar bantal ke lantai lalu ia memejamkan matanya. Bahkan Juan berbaring di tengah-tengah ranjang hingga tidak ada space untuk Rocelin tidur. "Cukup katakan jika aku harus tidur di lantai. Tidak perlu berbuat kasar." Gumam Rocelin sembari mengelus bahunya yang terasa sakit karena mencium lantai dengan kasar. Rocelin membaringkan tubuhnya di lantai lalu berusaha memejamkan matanya walau dingin menusuk tulangnya, Lama kelamaan ia pun tertidur karena lelah menghadapi sikap Juan yang semakin kasar terhadapnya seharian ini. Tengah malam Rocelin terbangun karena ia sangat kedinginan. "Dingin sekali." Rocwl mengintip Juan yang terlihat sudah tidur dengan nyanyak. Dengan hati-hati dia berbaring di samping Juan walau sangat sempit karena Juan mengambil tempat terlalu luas. Dia masuk kedalam selimut tebal Juan diam-diam bahkan ia menahan napasnya agar pria itu tidak terbangun. Rocelin memejamkan matanya dan dengan cepat ia terlelap. Tanpa sadar Juan menarik tubuh Rocelin kedalam pelukannya. Hal itu membuat Rocelin terkejut bukan main. "Aku merindukanmu, Adira." Juan terlihat mengigau. Rocelin merasakan nyeri di dadanya, namun ia segera mengenyahkan hal itu. Dia merasa bersalah jika mempunyai rasa seperti itu di saat Adira sedang berjuang di sana. Walau pertemuan nya dengan Adira sangat singkat namun dia sudah menganggap Adira seperti kakaknya sendiri, dia merasa sangat disayang oleh Adira. Juan mengeratkan pelukan nya di tubuh Rocelin, mau tidak mau Rocelin membalasnya sembari menenggelamkan wajahnya di d**a bidang Juan. Mereka tidur nyenyak dengan saling menghangatkan tubuh di cuaca dingin seperti ini. Keesokan harinya Juan bangun lebih dulu, la mengernyit saat merasakan sesuatu yang kenyal. Dia meremas sesuatu yang kenyal dan berisi tersebut dengan penasaran. Matanya masih terpejam dengan nyawa yang belum sepenuhnya terkumpul. "Eunghh-" Rocelin melenguh pelan sembari menyingkirkan tangan Juan dari lengannya. Juan membuka matanya lebar saat menyadari lenguhan Rocelin, Dia hafal di luar kepala bagaimana lenguhan dan desahan Rocelin. la menunduk dan melihat wajah Rocelin yang berada di dekapan nya, mulut Rocelin terbuka kecil hingga gigi kelincinya menyembul malu-malu. Juan hendak melepaskan pelukan nya namun Rocelin merengek kecil sembari mengeratkan pelukan nya. Juan terdiam, dia pun mengurungkan niatnya untuk melepaskan pelukannya. Untuk kesekian kalinya dia memperhatikan paras indah seorang Rocelin. "Aku membencimu. Rasanya aku ingin menghancurkan mu hingga menjadi serpihan kecil. Kenapa kau harus hadir di dalam hidupku dengan cara yang tidak tepat?" Gumam Juan sembari mengelus hidung bangir Rocelin. la mengecup pelan bibir Rocelin yang terbuka, dia tersenyum kecil saat Rocelin reflek mengatupkan bilah bibirnya. la mengernyit saat melihat ekspresi Rocelin seakan hendak menangis, napasnya terdengar kasar. "Hiks.." benar saja wanita itu terisak kecil. Juan mengelus dahi Rocelin yang mengkerut dengan pelan. "J-jngan sakiti aku Juga -hiks aku tidak bersalah. Hiks. hiks!" Rocelin meracau dalam tidurnya. Elusan di dahi Rocelin terhenti, dia melihat air mata Rocelin mengalir dengan derasnya. Ia merasa hatinya bergemuruh, dia tidak suka mendengar Rocelin mengatakan hal itu. Dia pun menghapus air mata Rocelin lalu mengelus punggungnya. "Hiks .. hiks ... aku tidak bersalah. aku tidak tahu apapun-hiks tidak tahu." Rocelin menggelengkan kepalanya pelan. Kepala Juan seketika memutar setiap kejadian dimana dia berbuat kasar kepada Rocelin secara fisik maupun verbal. Ia merasa tidak nyaman melihat Rocelin yang menangis sesenggukan seperti ini. "Kau semakin membuatku muak." Ujar Juan dengan perasaan yang campur aduk. Dia melepaskan pelukan Rocelin lalu masuk kedalam kamar mandi. Rocelin membuka matanya, dia sudah bangun sejak Juan meremas lengannya. Dia ingin mengutarakan isi hatinya dengan berpura-pura mengigau. Ia ingin tahu apa yang Juan lakukan, namun lagi-lagi ia menertawai dirinya sendiri yang menaruh harapan kecil kepada Juan. Ia memutuskan untuk segera turun kebawah untuk memasak. Saat ia sibuk dengan kegiatan nya dia dikejutkan dengan pelukan seseorang di perutnya, ia menoleh dan ternyata itu adalah Mike. "Aku rindu dengan kak Adira, Rocelin." Mike menumpukan dahinya di bahu Rocelin. Rocelin melepaskan tangan Mike di perutnya, dan pria tampan itu meletakkan kedua tangannya di pinggang ramping Rocelin. "Kau mengingatkanku dengannyn. Gumam Mike sedih. Dia selalu teringat kakak perempuan nya Jika melihat Rocelin, karena dia tahu jika Adira sangat menyayangi Rocelin dan sudah menganggap nya seperti adiknya sendiri. "Aku juga merindukan nya Kak. Dia wanita yang berhati mulia." Rocelin tersenyum sendu mengingat Adira. Mike menjauhkan tubuhnya dari Rocelin, la melihat tangan terampil Rocelin yang memotong bahan makanan dengan lincah. Sebelah tangan Mike masih berada di pinggang Rocelin sembari dia menonton Rocelin memasak dari samping. Mereka berbincang santai sesekali tertawa saat mengingat masa sekolah. "Kukira kau siswa akselerasi." Mike tertawa kecil saat mengingat di mana ia pertama kali bertemu dengan Rocelin. Karena bocah itu terlihat sangat menggemaskan seperti bocah SMA. Di sisi lain Juan sudah siap untuk pergi ke perusahaan nya, dia menenteng tas kerjanya lalu kebawah untuk sarapan. Dan la melihat pemandangan yang cukup membuat matanya iritasi. Di sana ia melihat Rocelin dan adik iparnya berbincang dan terlihat mesra. Bahkan ia melihat Rocelin tertawa dengan lepas dan itu semakin membuatnya jengkel. Alisnya berkedut saat melihat tangan kekar Mike melingkari pinggang Rocelin dengan mesra. la pun berjalan ke arah mereka dan tanpa berkata apapun dia melepaskan tangan Mike dari pinggang Rocelin. Mike pun tidak menganggap serius hal tersebut karena menurutnya biasa saja. Dia pun tetap berbincang dengan Rocelin hingga membuat Juan merasa diabaikan. "Sebaiknya cepat selesaikan." Ujar Juan sembari memeluk tubuh Rocelin dari belakang. Dengan sengaja Juan meletakkan dagunya di atas bahu Rocelin. Reaksi Rocelin? Tubuhnya menegang dengan wajah yang terlihat pucat. Jantungnya berdegup dengan kencang menyadari perlakuan manis Juan kepadanya saat ini. "Apa yang kau pikirkan? Aku sudah lapar " Juan mengecup mesra pipi Rocelin lalu menyerukan wajahnya di ceruk leher Rocelin. Juan melirik kecil Mike yang terlihat jengah melihat tingkahnya. la tersenyum kecil saat Mike memilih pergi dari sana. Pandangan nya pun mengikuti kemana Mike pergi, dan ternyata ke lantai atas. Ia pun segera melepaskan pelukan nya di tubuh Rocelin lalu memilih menunggu di ruang keluarga seakan tidak ada yang terjadi. Rocelin menahan senyuman bahagianya, walau dia tahu jika Juan melakukan itu semua hanya untuk mengelabuhi Mike-namun ia sudah merasa sangat bahagia. Tanpa mereka sadari, Mike menatap Rocelin dari lantai atas. Dan sudah tidak menemukan keberadaan kakak iparnya, dia merasa ada yang sedikit aneh dengan tingkah Juan kepada Rocelin. Karena tanpa sengaja ia melihat memar di betis dan lengan Rocelin saat memasak tadi. "Kalian baik-baik saja bukan? Jika ada yang membuatmu menangis maka aku orang pertama yang akan memberinya pelajaran Rocelin." Gumam Mike sembari menatap ke arah Rocelin dengan pandangan penuh puja. Juan menatap undangan mewah di atas meja kerjanya. Dia mengerang kesal tidak tahu harus mengajak siapa untuk menemaninya datang ke acara pernikahan kolega bisnisnya. Rocelin?! Mustahil! Dia tidak ingin membawa manusia rendahan seperti Rocelin. Bahkan memikirkan nya pun tidak terbesit di dalam pikiran Juan "Ah aku akan mengajak Mila saja." Tok tok tok. Mike mengetuk pintu kamar Juan -yang ia tahu jika itu adalah kamar Juan dan Rocelin. Namun ia tak mendapat sahutan dari dalam, ia. pun membukanya perlahan dan tidak menemukan siapapun, la beralih ke kamar Rocelin saat masih menjadi asisten rumah tangga di sini. Dia mengetuknya beberapa kali dan benar saja jika Rocelin keluar dari sana. "Ada apa Kak?" Tanya Rocelin dengan ekspresi yang sedikit terkejut. Mike semakin merasa jika ada yang janggal, ia pun masuk kedalam kamar Rocelin tanpa permisi. "Apa yang kau lakukan di sini Kak?" Tanya Rocelin dengan sopan karena enggan menyakiti perasaan Mike. bagaimana pun pria itu adalah adik Adira. Mike menatap Rocelin dengan seksama, ia pun duduk di atas ranjang lalu menepuk tempat di sampingnya agar Rocelin duduk di sana. "Ada apa Kak?" Tanya Rocelin dengan perasaan yang gelisah. Mike menatap kedua mata Rocelin dengan seksama yang mana membuatnya dengan cepat menghindari tatapan Mike yang mengintimidasi. "Apa yang kau sembunyikan?" Tanya Mike sembari mengelus kepala Rocelin sayang. Jantung Rocelin berhenti berdetak beberapa saat. Ia terkejut saat Mike menaikkan kaos lengan nya, ia hendak menariknya namun Mike menariknya dengan paksa. Dari mana kau mendapatkan luka memar ini?" Tanya Mike dengan wajah seriusnya. Rocelin tertawa kecil sembari menarik tangannya perlahan. "Tak sengaja akuu membentur meja Kak. Sudah tidak sakit." Rocelin memasang wajah meyakinkan. Mike menitik mata Rocelin namum sang empu mengalihkan pandangan nya. Mike mengangguk kecil lalu tersenyum kali ini dia akan berpura-pura percaya dengan apa yang dikatakan Rocelin. Namun dia tidak akan tinggal diam untuk mencaritahu sendiri. Dia tidak peduli okay?! Dia berandal yang selalu adu atot dengan siapapun. Dia tahu mana luka bekas kekerasan atau benturan, dan ta pun melihat lebam yang sama di betis Rocelin la pun pamit pulang karena ada yang harus ia lakukan la mampir ke sebuah kafe di sekitar untuk bersantai saja. Dan tak sengaja ia melihat sekretaris Juan. Yaitu Mila la kenal baik dengan gadis cantik itu, dia melambaikan tangan nya ke arah Mila. Mila terlihat antusias melihat Mike, ia pun bergabung dengan Mike lalu berbincang kecil. "Rocelin sakit apa Mike?" Tanya Mila di sela-sela kunyahan nya. Mike mengernyit heran, sebelum dia kesini ia melihat Rocelin dalam keadaan baik-baik saja la pun menghubungi Rocelin untuk memastikan hal itu, dan ternyata Rocelin memang baik-baik saja. "Dia baik-baik saja. Memangnya kenapa?" Tanya Mike penasaran. "Tuan Juan memintaku menemaninya datang ke pernikahan koleganya karena Istrinya sedang sakit. Mau tidak mau aku, menerimanya." jawab Mila yang mana membuat Mike bingung. Dia semakin yakin jika ada sesuatu yang disembunyikan oleh sepasang suami istri itu. Juan bersiap di dalam ruangan nya untuk datang ke pesta pernikahan koleganya sore ini. Di luar sana Mila sudah menunggunya dengan setelan rapi la pun keluar lalu berjalan beriringan dengan Mila sembari berbincang ringan mereka tidak ada hubungan apapun yang melebihi seorang boss dan sekretarisnya. Lagi pula Mila juga sudah mempunyai kekasih. Mereka berangkat bersama ke tempat tujuan. Saat sudah sampai, Juan menyodorkan lengan nya ke arah Mila dan nampaknya gadis cantik itu sedikit ragu. "Tak apa. Tak hanya sepasang kekasih saja." Juan menarik paksa tangan Mila agar melingkari lengan nya. Karena memang dia tak mempunyai hubungan lebih hanya sebagai teman yang menemaninya ke pesta. Mereka bersalaman dengan beberapa tamu yang mereka kenal dan juga memberi salam ke kolega bisnis mereka. "Apa ini? Kenapa dengan sekretaris Mila?" Tanya pengantin pria teman bisnis Juan. "Istriku sedang tidak enak badan-Jadi aku membawanya" Juan tersenyum lalu mereka berbaur dengan tamu yang lain menikmati hidangan yang disajikan. Saat mereka sibuk berbincang sembari menikmati hidangan tiba-tiba saja di sana menjadi lebih ramai dari sebelumnya. Kepala para tamu undangan menengok ke satu titik tamu yang baru saja datang. "Dia siapa? Apa dia istri anak kedua keluarga Aksana?" "Dia cantik sekali!" "Aku belum pernah melihatnya bersama keluarga Aksana. Apa dia menantu baru? Desas desus membuat relinga Juan gatal, ia pun ikut menoleh ke arah sumber pembicaraan. Dan seketika ia mengeraskan rahangnya saat melihat istrinya Rocelin sedang bersama dengan adik iparnya Mike Aksana. "Bukankah itu istri Anda?" Beo Mila dengan wajah blanknya. Mereka semua takjub dengan penampilan Rocelin. Dan sepertinya Juan pun sedang terpesona dengan paras cantik istrinya. Rocelin terlihat malu karena semua mata tertuju padanya. Ini pertama kali baginya datang ke sebuah acara yang mewah seperti ini. Ia tidak menyadari jika ada juan di sudut sana manarapnya tajam seakan ia bisa menusuk Rocelin melalui tatapan nya. Mike melirik kecil ke arah Juan lalu diam-diam tersenyum kecil. Setelah dia memberi salam pengantin, mereka duduk di salah satu meja. Dengan gantle Mike menarik sebuah kursi untuk Rocelin, dan Mike memberikan perhatian seakan Rocelin adalah orang yang spesial baginya. "Kau membohongiku Kak. "Desis Rocelin kesal sembari mendelik tajam. Yang malah terlihat menggemaskan. "Jika aku memberitahuma datang ke pesta pernikahan maka kau pasti menolaknya. Nikmati saja pestanya." Mike mengelus sayang kepala Rocelin. Rocwl mendengus kasar, dia tidak menganggap perlakuan Mike berlebihan kepadanya. Karena dia sudah menganggap Mike seperti kakak nya sendiri sejak jaman sekolah. Karena pria itu akan selalu mengganggunya dengan kejahilan dan kekonyolan nya di sekolah. Mata bulat Rocelin mengedar ke segala arah dan ia terkejut saat melihat keberadaan Juan di ujung sana. Ia menatap takut Juan yang sedang menatapnya tajam. "Ada Juan," Rocelin memberitahu Mike. "Aku tahu. Dia datang bersama sekretarisnya." Mike mengendikkan dagunya ke arah Mila yang sedang berbincang dengan orang lain. Hati Rocelin teremas dengan kuat begitu saja, wajahnya seketika mejadi murung. Yang ada di pikiran nya saat ini adalah benapa Juan mengajak wanita lain dibanding mengajak dirinya yang notabennya adalah istri dari Juan. "Tak perlu bersedih hati, kau sekarang di sini bersamaku. Kau ingin ke sana?" Tawar Mike dengan intonasi yang lembut. Rocelin menatap Mike tidak mengerti kenapa Mike bisa mengatakan jika la bersedih hati la terkejut seat Mike menggenggam tangannya dengan erat. "Aku tahu kau tidak baik-baik saja dengan pria itu. Tak perlu menyangkal nya Rocelin. Apa saja yang telah dia lakukan kepadamu?" Tanya Mike dengan serius yang mana mampu membungkam Rocelin. Rocelin tak bisa menjawabnya, jika ia mengelak maka hal itu sia-sia karena ia tahu jika Mika bukanlah orang yang mudah dikelabui. "Aku mengenalnya cukup baik Rocelin. Dia bukan pria yang kasar apalagi jika dengan istrinya sendiri. Apa yang kau sembunyikan?" Tanya Mike bertubi-tubi yang mana membuat Rocelin semakin gugup. Mike menarik sudut bibirnya kecil saat melihat Juan melangkah lebar ke arah mereka. Dengan sengaja Mike merangkul pundak Rocelin mesra. "Lepaskan tanganmu!" Juan menyingkirkan tangan Mike dengan kasar dari pundak Rocelin. Rocelin terlihat terkejut, dia menatap Juan dengan takut, la tidak tahu harus bermyat apa saat Juan menariknya begitu saja keluar dari pesta. "Aku memberimu waktu untukmu, Juan." Gumam Mike sembari mengepalkan tangannya dengan kuat. Juan membanting pintu mobilnya dengan kuat setelah memasukkan tubuh Rocelin kedalam dengan kasar. Rocelin mengelus lengannya yang membentur perseneling mobil dengan keras. la menatap Juan takut-takut saat pria itu masuk kedalam mobil. "Jangan cepat-cepat Juan! Aku takut." Cicit Rocelin ketakutan sendiri mencengkeram erat seat belt. Juan menarik rambut Rocelin dengan kuat lalu mendorong nya dengan kasur beberapa kali. Rocelin sudah terisak kecil karena ia merasa sudah tidak ada harga dirinya lagi di depan Juan. "Kenapa kau marah? Aku tidak melakukan apapun!!" Rocelin menjerit marah sembari sesenggukan. Juan menggram marah, dia menghentikan mobilnya lalu menampar pipi Rocelin dengan kuat. "JANGAN MELAWANKU!!" Juan berteriak keras hingga urat di wajahnya menonjol. Rocelin menatap sakit ke arah Juan dia menggelengkan kepalanya dengan pelan. "Cokup bunuh aku Juan. Aku .. hiks lelah." Air mata Rocelin mengalir dengan derasnya. Juan mengeraskan rahangnya, kembali menjalankan mobilnya menuju ke rumah. Saat sudah sampai, Juan menyeret tubuh Rocelin dengan kasar dan tidak manusiawi. "Lepaskan aku Hiks LEPASKAN AKU!!" Rocelin meronta hendak kabur namun Juan menyeretnya seperti hewan. DUGH! Bahkan membuat kepala Rocelin terbentur tiang rumah dengan keras, la pasrah saat Juan memanggulnya masuk kedalam rumah. Juan membanting tubuh Rocelin di atas meja hingga kaca meja tersebut pecah. "Arrghh!" Rocelin berteriak kesakitan saat merasakan serpihan kaca tersebut menusuk punggungnya. Ia merangkak dari sana namun yang ada telapak tangan dan bagian tubuhnya yang lain terkena serpihan kaca juga. Juan terlihat sangat murka, dadanya naik turun sembari meratap Rocelin tajam tanpa ada rasa iba sedikitpun. "Sakit Juan ... sakit- Rocelin menangis sesenggukan sembari melihat telapak tangan nya yang terkena banyak serpihan kaca. Tetesan darah di punggung Rocelin sangat banyak karena serpihan kaca tersebut cukup besar dan masuk kedalam punggung Rocelin. Rocelin menatap iba ke arah Juan berharap pria itu mau menolongnya dan membawanya ke rumah sakit. Rocelin tidak berani bergerak karena ia merasakan nyeri yang luar biasa di punggungnya. "Juan ... hiks ... Tolong!” Rocelin berteriak histeris dengan wajah basahnya. Juan mengabaikan jeritan pilu Rocelin dan memilih duduk di sofa. Dia mengernyitkan dahinya saat merasakan sesuatu di dalam dirinya yang membuatnya marah. "Biarkan dia merasa kesakitan. Gumam Juan berusaha mengingatkan dirinya sendiri. la melihat Rocelin meraung kakitan karena darah sudah menggenangi lantai di sekeliling Rocelin. Bahkan ia bisa melihat dengan jelas darah mengucur deras dari punggung Rocelin. "Juan ... Sakit ..." Rocelin menggigit bibir bawahnya dengan kuat. Menatap iba ke arah Juan, Hatinya teremas dengan kuat melihat pandangan dingin Juan. Rocelin tidak bisa berdiri karena betisnya pun terkena serpihan kaca tersebut. "b******k!!" Juan mengumpat dengan keras lalu menghampiri Rocelin. Dia mengangkat tubuh Rocelin dengan hati-hati lalu berlari pergi membawanya keluar rumah. Juan terlihat kebingungan bagaimana ia memasukkan Rocelin di dalam mobil karena paha di bagian bawah Rocelin pun juga terkena serpihan kaca. "Sial!!!" Lirih Rocelin dengan wajah paniknya. "Aku akan mengambilnya. Dengan cepat." Juan mengambil serpihan kaca di paha Rocelin. "Arrghh." Rocelin menggigit bisep Juan dengan kuat. Dengan perlahan Juan mendudukkan Rocelin di kursi penumpang lalu ia melajukan mobilnya dengan cepat menuju rumah sakit. . Operasi kecil sudah dilewati Rocelin dengan ratusan kali jahitan yang ia terima di seluruh lukanya. Ia merenung sedari tadi di dalam ruang rawat sendirian. Bibirnya mulai bergetar pelan mengingat betapa kejamnya apa yang baru saja dilakukan oleh Juan. Dia tidak bisa menahan nya lagi, dia terlalu takut dengan sikap kasar Juan. Dia harus pergi secepatnya dari kehidupan pria itu. Tidak hanya fisiknya saja yang sakit, hatinya berkali lipat lebih sakit. Seumur hidupnya dia tidak pernah mendapatkan kekerasan dari siapapun bahkan keluarganya. Namun dia diperlakukan dengan kejam oleh pria yang belum lama masuk kedalam hidupnya. "Aku tidak melakukan apapun." Gumam Rocelin mengingat semua kejahatan yang sudah dilakukan oleh Juan. Dia melihat perban yang membungkus lukanya, dia berpikir keras sedari tadi. Apa dia harus melaporkan Juan? Dia tidak bisa melakukan itu karena hal itu bisa mencoreng nama baik keluarga besar Aksana. Itu merugikan banyak pihak. "Kak Mike." Rocelin teringat nama pria tampan itu. Dengan nekat ia berjalan tertatih keluar dari ruang rawatnya. Ia masih memakai pakaian rumah sakit karena pakaian pesta miliknya sudah kotor penuh darah. Ini kesempatan emas baginya karena Juan tidak ada di sekitarnya. la memasuki lift dan terlihat was-was barang kali melihat Juan. Dia benar-benar takut dan tidak bisa menerima hal menyakitkan ini lebih lama. Persetan dengan balas budinya kepada Adira. Dia lebih memilih mati dari pada harus disiksa oleh Juan dengan begitu kejamnya. "Aku mencintainya namun aku lebih mencintai diriku sendiri." Gumam Rocelin berusaha meyakinkan dirinya sendiri. Di tempat lain, Juan sedang berada di dalam bar dengan berbagai minuman di sekelilingnya. Ia sudah terlihat sangat mabuk berat, kepalanya dipenuhi oleh bayang-bayang Rocelin yang sedang menangis histeris karenanya beberapa jam yang lalu. "Ada apa denganku?!" Juan mengusak surainya frustasi. Untuk kesekian kalinya Juan berusaha mengenyahkan perasaan anehnya terhadap Rocelin. Dia tahu apa itu, dia sadar jika ia mulai tertarik dan luluh dengan sikap Rocelin yang tidak pernah melawannya selama ini. Ia tidak ingin jatuh kedalam pelukan wanita manis itu. "Ingat apa yang telah mereka lakukan kepadamu Juan." Juan bergumam pelan mengingat masa lalunya. Ia menganggap Rocelin hanya pembawa sial. walau sebenarnya di dalam lubuk hatinya ia tahu jika Rocelin bukanlah wanita yang seperti itu. Namun ia terlalu gengsi jika melupakan masa lalunya. Juan berjingit kaget saat merasakan tepukan di bahunya. Ia menajamkan pandangan nya untuk melihat siapa orang tersebut. "Baby?" Juan menegakkan tubuhnya saat melihat wanita cantik yang sudah hampir satu tahun ini dia rindukan. Juan memeluk erat tubuh Adira dan menangis keras di pelukan hangat wanita tersebut. "Baby.. hiks aku merindukanmu." Juan menangis sesenggukan. "Apa yang sudah kau lakukan juan? Kenapa kau membunuh Rocelin?" Lirih Adira dengan air mata yang mulai mengaliri pipinya. Tubuh Juan menegang, dia mendongak menatap wajah sedih dan kecewa Adira. Ia menggelengkan kepalanya pelan. "A-aku tidak." Suara Juan tercekat. Adira mengangkat ponselnya yang menunjukkan rekaman cctv di saat Juan menyiksa dan membunuh Rocelin. Ketahuilah .. Semua itu hanyalah halusinasi Juan saja.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD