05. Dunia gelap.

2012 Words
Mata tajam Juan tertuju ke arah luka di tumit Rocelin, sudah membiru dengan kulit yang terkelupas. Ia terdiam sesaat melihat tubuh ringkih Rocelin, terlihat lebih kurus dibandingkan beberapa tahun lalu saat ia masih bersama wanita tersebut. "Menyedihkan." Juan menarik sudut bibirnya menatap bengis ke arah Rocelin. Setelahnya ia pun keluar dari sana mengabaikan ocehan sang istri mengenai pakaian basah Rocelin yang berserakan. Padahal dia sudah menyuruh suaminya untuk merapikan baju Rocelin. Keesokan harinya, Rocelin terbangun dengan kepala nya yang terasa berat. Dia mengerjap bingung dimana dia berada, ia tidak mengenal tempat itu. Dia pun segera keluar kamar dengan wajah takut, tidak mungkin dia diculik kan?! Rocelin berjalan dengan hati-hati sembari mengedarkan pandangannya, dia membulatkan matanya saat mengenali rumah mewah tersebut. Ini adalah rumah mantan suaminya. la berjalan dengan cepat menuju pintu keluar untuk pulang, namun langkahnya terhenti saat mendengar interupsi seseorang. "Tidak tahu diri." Rocelin menegang saat merasakan sesuatu yang menembus punggungnya. Sudah dipastikan itu adalah tatapan tajam Juan. Dengan kaku Rocelin membalik tubuhnya, membungkuk dengan sopan lalu menunduk dalam. Dia tidak berani menatap Juan yang menyender di dinding sembari menatapnya. "Istriku memanggilmu untuk sarapan. Jika bukan karenanya aku sudahmengusirmu sejak kemarin." Sinis Juan lalu meninggalkan Rocelin. Rocelin menghela napasnya panjang. dengan lunglai ia berjalan mengikuti Juan menuju ruang makan. "Oh, kau sudah bangun. Duduklah manis." Adira menarik satu kursi untuk Rocelin. Rocelin duduk di sana lalu hanya terdiam seperti patung, dia tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Ia juga tidak tahu kenapa bisa ia berada di tempat ini. Seingatnya ia bertemu dengan Mike- Ia mendongak dengan cepat saat mendengar kekehan geli dari temannya itu. "Kak Mike?! Bagaimana bisa kita di sini?!" Rocel mendelik ke arah pria tampan itu. Mike meletakkan telunjuknya di bibir memberi isyarat agar Rocelin diam. Dengan cepat Rocelin mengatupkan bibirnya rapat-rapat. "Dia kakakku." Mike menunjuk Adira yang sedang meletakkan lauk di mangkuk Juan. Rocelin membulatkan matanya terkejut, ia meringis di dalam hati. Kenapa dunia sangat sempit?! Dia ingin pergi dari rumah ini namun ia berakhir kembali ke sini dengan sendirinya. "Kau jahat sekali Rocelin. Pergi tanpa berpamitan." Adira mencubit main-main lengan Rocelin. Rocelin membungkuk kecil sembari bergumam maaf, dia melirik kecil Juan yang terlihat tidak peduli. Padahal dia diusir bukan pergi seenaknya. Namun ia menyimpan nya rapat-rapat karena ia memang pantas mendapatkan nya. Adira pun menyuruh Rocelin makan, bahkan ia meletakkan banyak lauk enak di atas mangkuk Rocelin. Wanita manis itu terharu saat mengecap rasa yang sangat nikmat di mulutnya. "Ini enak sekali. Terakhir kali aku memakan daging beberapa taun yang lalu saat masih bersamanya." Rocelin hermanolog dalam hatinya lalu tersenyum kecil. Ia makan dengan perlahan karena ia takut jika mereka merasa terganggu dengan cara makannya. Dia merasa sangat tidak nyaman berada di rumah mewah ini, apalagi ia dijamu dengan sangat baik dan ramah la bukan siapa-siapa namun Adira teramat baikkepadanya. Pantas saja berjodoh dengan Juan yang sebenarnya juga sangatlah baik. Karena Rocelin terlihat kaku dan penuh hati-hati saat makan, tak sengaja la menjatuhkan sendoknya mereka semua terkejut, dengan cepat Rocelin berjongkok di bawah guna mengambil sendok tersebut. Ia menelan ludahnya kasar saat sendoknya diinjak oleh kaki Juan. "Tak apa Rocelin. Aku akan mengambilnya yang baru." Adira menyuruh Rocelin kembali duduk. Rocelin merasa tidak enak namun Adira memaksa jadilah dia hendak bangun namun perkataan Juan membuatnya ingin menjerit dengan keras. "Biarkan dia mengambilnya Baby." Ujar Juan dengan santai. Adira tak peduli, dia beranjak untuk mengambilkan Rocelin sendok baru. Juan merangkak di bawah meja lalu dengan hati-hati ia menarik sendok yang diinjak Juan. Maaf namun sepertinya Juan tak Ingin membuatnya mudah. Dengan sengaja ia menginjak semakin kuat sendok tersebut hingga Rocelin berusaha mati-matian menariknya. Dan saat itu pula Juan melepaskan injakannya. Bruk! Tubuh Rocelin terpental hingga kepalanya membentur meja sangat kuat. Diam-diam Juan menyeringal kecil. Rocelin segera keluar dari bawah mela sembari mengelus kepalanya yang terasa sakit. Dia kembali duduk dengan wajah yang terlihat pasrah. Dia tahu jika Juan sengaja melakukannya. Dia memakluminya karena ia tahu jika Juan sangat membenci keberadaan nya di sini. "Ceroboh sekali seperti biasa." Mike terkekeh lalu mengelus kepala Rocelin yang sakit. Rocelin tersenyum canggung ke arah Mike, dia menarik pelan kaos pria itu. "Antarkan aku pulang. " Bisik Rocelin sembari mendongak. Kepala Rocelin berada di dekat d**a bidang Mike. "Setelah sarapan aku akan mengantarmu. Sekarang makanlah dengan baik, kau terlihat kurus sekali bocah." Mike mencubit pipi Rocelin yang terlihat tirus. Rocelin tersenyum hangat lalu mengangguk. Tanpa sadar Juan melihat interaksi mereka dan la memandang jijik Rocelin yang terlihat seperti penjilat. Mereka pun sudah selesai makan. Mike berpamitan kepada kedua kakaknya untuk segera pulang bersama Rocelin. "Ya, Juan sebentar lagi akan berangkat Pa. Ah, tapi tak apa, ada Mike di sini Pa." Adira mengakhiri panggilannya. Juan menaikkan sebelah alisnya menatap Adira yang sudah tersenyum manis ke arahnya sembari memeluk manja rubuh atletisnya. "Sayang, kau yang mengantar Rocelin pulang bisa? Mike harus mengantarku bertemu dengan papa." Adira memasang wajah memohon. Rocelin menahan napasnya dengan mata yang membulat terkejut. Dia berharap Juan menolaknya. Dia tidak mau pulang bersama pria dingin itu, dia takut. "Biarkan aku yang mengantarmu Baby." Juan mengelus sayang kepala Adira. Adira menggoyangkan telunjuknya di depan wajah tampan Juan. "Arah kita berlawanan Sayang. Biar kau mengantarkan Rocelin pulang lalu Mike bersamaku. Sudah cepat sana," Adira mendorong pelan tubuh Juan agar cepat pergi. Rocelin terlonjak kecil saat mendapatkan delikan tajam dari Juan. Dengan cepat dia menunduk lalu mengikuti Juan dari belakang, Ia menatap Mike sekilas dan ia mendapatkan lambatan tangan dari pria tampan itu "Hati-hati di jalan. Antarkan dia sampai rumah oke?" Adira mengecup sayang kedua pipi Juan dan ia mendapatkan kecupan di dahinya. Rocelin hendak masuk di kursi belakang namun sekali lagi ia mendapatkan delikan tajam dari Juan, pria itu memberi isyarat agar Rocelin duduk di depan. Bukan apa-apa, tapi jika Rocelin di belakang bukankah la terlihat seperti seorang supir?! Yang benar saja! Bahkan dia sang pemilik mobil. Mereka pun berangkat, suasana didalam mobil sangat mencekam. Bahkan untuk sekedar bernapas pun Rocelin berusaha sekuat tenaga untuk tidak mengeluarkan suara yang selaranya bisa mengganggu Juan akan keberadaan nya. Mobil Juan sudah melewati tempat yang dikenal oleh Rocelin. Dia bisa turun di sini. "Maaf-Anda bisa turunkan saya di sini?" DUGH! Rocelin mengerang kecil saat dahinya membentur dashboard mobil. Juan tidak bereaksi apapun, dia hanya meruntuki kebodohan Rocelin yang tak memakai sabuk pengaman, Kunci pintu mobil Juan terbuka, dengan segera Rocelin keluar dan sempat mengucapkan terima kasih. Rocelin menghela napasya panjang. dia tidak tahu harus berbuat apa. Dia sudah tidak mempunyai pekerjaan, kakinya masih terasa sakit dan sepertinya tidak akan baik jika ia mencari pekerjaan hari ini. "Sebaiknya aku beristirahat saja." Rocwl tersenyum ceria lalu berjalan tertatih ke rumahnya. Saat Rocelin sudah masuk kedalam rumahnya ia membuka mulutnya lebar kala melihat rumahnya dalam keadaan berantakan. Matanya melihat secarik kertas yang tertempel di dinding. "Kau kemana jalang kecil!?! Dua hari lagi jika kau tidak membayar hutang mu maka aku akan membawamu!" Rocelin mengerjap beberapa kali, ia pun mengangguk kecil. Sepertinya tidak ada jalan keluar lagi selain menerima semuanya dengan lapang d**a. Dia akan menyerahkan dirinya untuk dibawa mereka. Dia tahu apa yang akan terjadi jika la ikut mereka-la akan berkerja di bar mewah yang terkenal dengan wanita sewaan yang berkualitas di sana. "Dari pada aku mati kelaparan." Rocelin tersenyum kecut. Dia pun hanya berdiam diri di rumah selama dua hari tanpa ada makanan atau minuman yang masuk melewati tenggorokan nya. la bahkan tidak mandi karena air di rumahnya sudah dimatikan akibat ia tak bisa membayar tagihan sejak sebulan yang lalu. Bahkan la pun hidup tanpa pencahayaan di rumahnya, tentu saja listrik di rumahnya sudah dicabut juga. Rocelin mendengar suara ketukan pintu yang sangat brutal. la tahu siapa pelakunya, dia segera bangkit sembari membawa tas ransel di punggungnya. Cekleek "Ayo berangkat Paman." Rocelin tersenyum kecil. Pria garang di depannya menaikkan sebelah alisnya, lalu tak lama dia menyeringai puas. Dia merangkul tubuh Rocelin lalu menepuk bahunya dengan bangga. "Jika kau melakukan ini sejak dulu maka kau tidak akan pernah merasakan pukulan ku, cantik." Pria itu tertawa terbahak karena ia merasa senang bisa membawa barang bagus untuk boss nya. Setibanya di bar mewah tersebut- Rocelin dibawa pria itu ke ruangan boss nya. Dia hanya duduk dengan tenang sembari membaca kontrak pekerjaan. "Tuan-bisakah aku mendapatkan makan setiap harinya? Kalian bisa mengambil semua upahku tapi berikan aku makan dua kali sehari." Ujar Rocelin dengan memohon. Karena di dalam kontrak tersebut hutang dan bunga yang harus ia bayar memakan gajinya selama setahun. Dia tidak mendapatkan bayaran karena untuk melunasi semua itu, oleh karenanya la meminta jatah makan setiap harinya. Hanya untuk bertahan hidup. "Baiklah tak apa. Kau harus bekerja keras di sini, jadilah pelayan yang baik. Jika kau menarik banyak perhatian-maka kau tidak boleh menolak jika kujadikan sebagai wanita sewaan di sini," ujar pemilik bar tersebut. Rocelin menghela napasnya panjang, dia takut untuk menyetujuinya. Namun jika tidak seperti itu maka la hidup dengan apa? Dengan terpaksa ia menganggukkan kepalanya. "Baiklah. Terima kasih." Rocelin membungkuk sopan. Ia pun mendapatkan tempat tinggal di gudang bar ini. Lebih baik dari pada ia tak mempunyai tempat tinggal. Rumah sebelumnya bukanlah miliknya lagi karena ia tak sanggup membayar sewa. Bahkan ia tak mempunyai apapun untuk ia bawa, hanya ijazah sekolah terakhirnya dan juga fotonya bersama sang ayah. Ah, dan satu celana dalam saja. Rocelin menatap pantulan dirinya di kaca memakai pakaian pelayan yang sangat ketat mencetak tubuh kurusnya. Ia mengerang kesal melihat bongkahan pantatnya yang sangat besar dan tercetak dengan jelas. la menghela napasnya panjang tidak bisa melakukan apapun atau mengeluh. Tidak ada gunanya lagi, sudah seminggu lamanya ia bekerja di bar sialan ini. Setiap harinya ia harus mendapatkan sentuhan nakal dari pelanggan. Ia akan menolaknya dengan halus jika pelanggan sudah terlalu lancang terhadap tubuhnya. "Semangat Rocelin! Kau harus tetap bertahan!" Rocelin mengepalkan kedua tangannya dengan semangat. la segera keluar untuk bekerja, ia melakukan pergantian shift setiap harinya. Kali ini ia harus bekerja di shift terakhir di tengah malam hingga pagi. Karena bar ini buka selama 24 jam. "Oey, Roce!" Sapa salah satu pelanggan bar tersebut. Begitulah Rocelin dipanggil oleh mereka, 'Roce' bukankah sangat manis seperti wajahnya? "Ya, Kak? Kau ingin minuman apa?" Tanya Rocelin dengan ramah. "Seperti biasanya saja. Kutunggu di sana." Pria tersebut menunjuk sofa di ujung bar. Rocelin mengangguk kecil, namanya Jiyo. Dia pria yang hangat dan baik kepada Rocelin kebetulan mantan bosnya dulu, pria itu membiarkan Rocelin memanggilnya 'Kak' dan dengan senang hati Rocelin menyanggupinya. Setelah pesanan Jiyo sudah selesai, ia membawanya ke sana. Jiyo menepuk pahanya beberapa kali dan dengan cepat Rocelin duduk di sana. Awalnya memang terasa aneh dan dia takut, namun hingga saat ini dia akan menahannya dan berusaha baik-baik saja. "Semalam tidak ada dirimu di sini. Rasanya membosankan." Jiyo mencubit pipi Rocelin dengan gemas. "Aku berkerja di pagi hari Kak. bertukar jam kerja dengan temanku." Jawab Rocelin. Jiyo mengangguk mengerti, dia memeluk pinggang ramping Rocelin dengan mesra sembari menyeruput alkoholnya sedikit demi sedikit. "Roce kemari! Aku ingin meremas bokongmu!" Teriak seorang pria di seberang. Jiyo berdecak kesal lalu membiarkan Rocelin pergi dari pangkuannya. Rocelin pun mencatat minuman pesanan pelanggan nya lalu ia segera membuatkannya. Setelah selesai Rocelin meletakkan segelas wine di meja sembari duduk di samping pria tersebut. "Kapan pria tua itu menjadikanmu 'barang aku ingin sekali merasakan tubuhmu manis." Pria itu menatap puja wajah manis Rocelin. Rocelin hanya menggelengkan kepalanya pelan, dia berusaha menghentikan remasan di pantatnya. Rasanya ia ingin menangis saat itu juga jika diperlakukan seperti ini. "Bagaimana jika kita bermain di luar pekerjaanmu hm? Aku akan membayarmu mahal." Tawar pria tersebut yang sedang mengelus paha dalam Rocelin. Rocelin harus duduk miring agar pria itu bisa meremas pantatnya. Pemilik bar menatapnya dari kejauhan sembari menyeringai. Rocelin takut jika ia dijadikan wanita sewaan. Dia tidak mau hal itu terjadi. "Permisi Tuan." Rocelin berpamitan dengan sopan sembari menunjuk pemilik bar yang tengah memanggilnya. Rocelin menghampiri pria tua tersebut. "Ikutlah denganku." Rocelin mengikuti atasannya dengan deguban kencang di dadanya. Dia takut jika- "Mulai malam ini kau menjadi wanita sewaan. Banyak yang meminta hal itu kepadaku. Akan kuberikan harga terbaik untukmu. Dan kau sudah mendapatkan pelanggan pertama." Pria tua itu menunjuk seseorang yang baru saja keluar dari kamar mandi. Rocelin membulatkan matanya saat mengenali pria tersebut. "Kak Jiyo." "Hai Roce." Jiyo tersenyum tampan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD