Mata Hans tidak berkedip saat dia melihat laporan yang tersusun rapi dengan kalimat yang tidak berantakan layaknya anak SD yang baru belajar menulis sangat berbeda dengan laporan yang sudah dia coret-coret. Meletakkan kembali laporan tersebut di atas mejanya, Hans menatap tajam Nuri. “Aku terima laporanmu. Dan kejadian hari ini menjadi peringatan untukmu bahwa setiap laporan tidak harus menunggu batas waktu terakhir. Kau sudah melihat dan merasakan akibatnya pada saat ada pihak lain yang berpikir kau sudah membuatnya,” kata Hans sinis. “Hah? Kenapa jadi aku yang disalahin? Bukannya ini kesalahan dia yang udah maen bawa laporan aja. Tapi…kalau memang laporan tersebut dibawa kepertemuan, tujuan sebenarnya apa? Gak mungkin bos cuma iseng aja,” batin Nuri mulai bicara.