Bima menarik napas panjang, diletakkan koran di atas meja. Sudah dua hari dia di negara ini, hanya mengawasi kegiatan istri dan putranya. Mungkin dia akan pulang besok. Dia meneguk kopinya, aroma robusta yang harum berpadu dengan pemandangan perkotaan yang menjadi landmark negara ini. Ingatannya mengawang ke dua puluh enam tahun silam, ketika istrinya tengah mengandung bayi kembar mereka. Betapa bahagianya dia mendapat anak kembar. Sebagai seorang yang masih menganut paham nenek moyang. Dia pun berniat melakukan ritual untuk kehamilan sang istri. Dulu masih ada paranormal yang disebut dukun bayi. Nenek itu mengurut pelan perut Arumi, hal yang sekarang sudah terlarang dilakukan. Ketika dia mengurutnya, dia merasa jantungnya sangat sakit, matanya berkunang-kunang dan dia jatuh pingsan