"Bangun, Leo. Ini udah jam 10!" Leo menggeleng tanpa melepaskan kepala dari kekasihnya, yaitu bantal. Mami menepuk-nepuk pantatnya. "Jangan bilang kalau selama mami pergi kamu bangun siang terus dan nggak peduli sama Naya?!"
Leo bangkit sambil mengacak rambutnya dengan frustasi. "Leo baru tidur shubuh, Mi."
"Ngapain?!"
"Nggak bisa tidur, Mi. Gadis s**u vanilla itu nangis semaleman."
"Gadis s**u vanilla? Maksud kamu Naya? KAMU APAIN ANAK GADIS ORANG SAMPE NANGIS?!" Berlebihan, seperti biasa.
"Tanya aja sendiri sama dia," jawab Leo kepada ibunya.
"Kamu harus care sama tunangan kamu sendiri, Yo!"
"Mami dapetin gadis s**u vanilla itu dari mana, sih? Mami harusnya nanya dulu dia mau nggak tunangan sama Leo. Gimana kalau dia punya cowok? Mami sama aja memutuskan hubungan mereka dan itu tidak boleh."
Mami memukul kepala Leo. "Naya nggak punya pacar dan gadis s**u vanilla itu tunangan anda, Tuan muda."
Leo memutar kedua bola matanya malas.
Jelas-jelas semalem dia menggumamkan nama cowok berulang-ulang, Mi! Dan Leo juga liat dia jalan sama cowok di mall. Pake boong segala dengan embel-embel rapat! Asal mami tahu aja, dia bukan gadis sepolos itu!
***
Leo memakan burger tanpa ingin tahu mengapa Naya dari tadi hanya diam. Leo tidak peduli karena sekarang ia sangat lapar. Tetapi ketika mendengar satu isakan yang lolos dari bibir Naya, saat itu juga Leo harus berhenti besikap acuh tak acuh pada gadis itu.
"Kenapa?" tanya Leo dan Naya hanya menggeleng sambil terus menunduk.
"Kalau cewek geleng, berarti artinya ngangguk," sindir Leo.
Naya mengangkat wajahnya dan saat itu juga Leo bisa melihat jika mata gadis itu sudah memerah dan berlinang.
"Kak, semalem---"
"Axel nggak sempet ngapa-ngapain lo karena gue dateng tepat pada waktunya," ucap Leo dengan nada seolah-olah ia adalah Captain America.
"Maaf...."
"Kenapa lo minta maaf? Lo nggak salah. Tenang aja, gue udah tonjok si Axel."
"Maka dari itu Naya mau minta maaf. Ini salah Naya."
Leo mengerutkan dahinya tidak mengerti.
"Ini salah Naya karena pake kostum Wonder Woman. Coba aja Naya nggak pake kostum itu, pasti kakak nggak akan marah dan nggak akan pergi ke club untuk minum. Maafin Naya karena kakak jadi mabuk." Gadis itu terisak lagi.
Leo menggeleng. "Harusnya gue yang minta maaf karena bawa lo ke club dan hampir diperkosa Axel."
Leo memperhatikan Naya yang sedang menangis. Entahlah Leo tidak paham mengapa Naya meminta maaf untuk sesuatu yang bukan kesalahannya. Walupun sedikit dia salah juga.
"Maaf, Kak. Naya bener-bener nggak pengen hal semalem terjadi. Maaf juga karena buat kakak dan kak Axel tonjok-tonjokkan."
Leo ingin luluh tetapi ia ingat kembali apa yang Naya lakukan. Ia ingat bahwa Naya jalan di mall dengan cowok kemudian menangis semalaman sambil menggumamkan nama cowok juga.
Apa Leo salah jika menganggap air mata Naya saat ini palsu?
"Yaudah lah, lagian lo juga nggak papa, kan?"
Naya mengangguk sambil masih menangis. Leo mengalihkan pandangannya karena malas jika melihat cewek sudah bermain dengan air mata. Leo lebih senang melihat cewek yang sedang terangsang, daripada melihat cewek menangis karena Leo tidak tahu harus bagaimana menghadapinya.
"Naya pengen kakak berubah, tapi apa yang Naya buat semalem? Naya---"
Cukup. Leo paling tidak tahan jika melihat cewek menangis.
"Come here...." Siapapun setan yang memonopolinya, Leo tidak peduli karena sekarang ia sudah memeluk Naya sambil mengelus pelan punggung gadis itu. "Lo nggak salah dan cukup minta maaf sama nangisnya."
"Liat gue," Leo membingkai wajah Naya sehingga mereka bertatapan. "Gue pukul Axel karena dia udah keterlaluan. Lo tenang aja, cowok lebih gampang baikan dibanding cewek."
Naya kembali mengangguk sambil menggigit bibir bawahnya. Pemandangan ini sukses membuat Leo gagal fokus. Leo memandang wajah Naya yang masih basah dengan air mata. Ia langsung singkirkan butiran-butiran yang mengganggu itu dari pipi tembam Naya.
Walaupun Leo tidak melirik ke kanan dan kiri, tapi ia yakin bahwa restoran yang dikunjungi sedang sepi. Tanpa menunggu lama, Leo mendekatkan wajahnya pada Naya sehingga aroma strawberry dari napas Naya langsung membuatnya mabuk. Oh, Sial!
Melihat tidak ada penolakan dan sepertinya Naya juga mulai terbawa suasana, Leo makin mantap untuk menyicipi kembali bibir Naya dan melupakan prinsipnya yang tidak ingin berciuman dengan sembarang gadis.
Tapi, Naya bukan gadis sembarangan, kan? Jadi, Leo tidak salah jika ingin mencoba sekali lagi, kan?
Leo menutup matanya sambil mengusap pelan pipi kanan Naya. Ketika ia merasa bahwa bibirnya sedikit lagi menyentuh sudut bibir manis milik Naya, dan...,
"Balon!"
Leo hilang fokus, langsung membuka matanya. "Kenapa?!" tanyanya sedikit kesal karena suara spontan dari Naya membuatnya kehilangan hasrat.
"Balon! Naya mau balon!" Naya langsung bangkit dari duduknya sambil berjingkrak-jingkrak tidak jelas. Wajahnya yang semula sedih berubah seketika menjadi sangat bersemangat. Jangan lupakan juga senyum merekah di bibirnya.
Leo langsung menempelkan pipinya di meja sambil menghentak-hentakan kakinya pada lantai. "Oke, Yo. Ternyata balon lebih menarik daripada elu!" sindirnya pada diri sendiri.
***
Leo langsung menutup laptop ketika Naya masuk ke kamar tanpa permisi padahal Leo tadi sedang melihat situs p***o, hanya iseng.
"Boleh pinjem laptop-nya sebentar? Naya mau cek e-mail dari temen. Tugas sekolah." Tanpa aba-aba, Naya langsung mengambil laptop Leo lalu membukanya di atas pangkuan. Leo melirik takut-takut karena gadis itu langsung terdiam setelah melihat layar.
"Kak Leo..." Naya melirik Leo dengan ekspresi tidak terbaca. "Lagi nonton p***o?"
Leo menggaruk tengkuk kepalanya dengan tampang b**o.
"Ini lagi ngapain?" Naya menunjuk pada layar laptop dengan polos.
Doggy style, oh astaga! Sial! Leo menggeram penuh frustasi.
"Kok ditusuk dari belakang?!" Naya langsung menutup matanya dengan kedua tangan.
"Udah, cukup. Jangan dilihat!" Leo mengambil alih laptop, memmatikannya dengan segera.
"Kakak suka nusuk dari---"
"Stop. Lo masih di bawah umur!" potong Leo.
"Ya ampun. Apa semua gaya orang pacaran begitu?"
Leo membalas menatap Naya. "Lo sendiri gimana gaya pacarannya?" karena kembali ingat pada cowok yang bernama Andre itu. Leo harus mendesak Naya agar mau membeberkan semuanya.
"Nggak tahu." Naya mengangkat kedua bahunya. "Belum pernah pacaran."
"Masa? Terus si Andre siapa lo?" Yeahhh, Leo tidak tahan jika hanya harus terus-terusan memancing.
"Kak Leo, Andre itu ikan hias," ucap Naya sambil menahan tawanya. "Ikan piaraan gue di rumah papa. Meninggal dua hari yang lalu karena papa kebanyakan ngasih makan."
Bolehkan Leo menggedorkan kepalanya sendiri pada tembok?
"Kenapa lo harus nangis sesegukan cuma karena ikan lo mati? Pake bergumam segala." Njir, Leo jadi malu dan kesal karena dibodohi oleh pikirannya sendiri!
"Ya, karena gue sayang Andre," kata Naya.
"Terus, kalau si Andre ikan, cowok yang jalan sama lo di mall siapa?"
Naya kembali terkekeh, kali ini lebih kencang. "Pake rok masa cowok? Dia temen gue namanya Dara. Tomboy abis dan suara dia emang gitu. Soal panggilan, dia panggil semua temennya princess."
Jangan lagi, Leo. Dia memang tidak memperhatikan penampilan si 'Dara' itu karena Leo merasa cukup hanya mendengar suaranya saja. Siapa sangka, man? Jika Andre adalah ikan hias dan cowok yang memanggil Naya dengan sebutan princess adalah cewek?!
Sial.
- bersambung -