Malam Pertama

743 Words
"Karena bekas operasiku sudah sembuh ... jadi kita bisa melakukan hal lain, lebih dari sekedar ciuman," Joana mengedipkan matanya. Wajah Wooseok langsung memerah, dia mundur beberapa langkah, lalu menatap Joana dengan ekspresi aneh. "L-Lebih dari sekedar ciuman? m-maksudnya ... yang seperti ini?" Wooseok menyatukan kedua ujung telunjuknya, hal itu terlihat lucu di mata Joana, hingga Joana terkekeh. "Terserah padamu mau yang seperti apa," Joana menyentuh d**a Wooseok dengan telunjuknya. "T-Tapi ... a-aku, aku hanya ingin ciuman ..." Wooseok menggaruk kepalanya yang tak gatal. Dia gugup dan salah tingkah. Joana mendekati Wooseok. Wooseok semakin gugup, dia kembali mundur beberapa langkah. Joana menyeringai, dia menyentuh leher dan dadanya. Merasakan dirinya sendiri, lalu perlahan membuka ikatan piamanya. "T-Tunggu dulu ... Jo, apa yang kau lakukan! ya ampun!" Wooseok kelabakan menutup matanya. Namun ... piama jatuh dengan elegan dari tubuh Joana yang mulus. Pemandangan nyata itu terpampang di depan Wooseok, membuatnya makin kalang kabut, "Wuaa! Jo ... s-sepertinya ... a-aku ..." Wooseok tak sempat bicara. Joana menggenggam kerah baju Wooseok, dan mendorong Wooseok ke tempat tidur, "T-Tunggu dulu, Jo! a-aku belum siap ..." Joana tak mendengarkan Wooseok sama sekali. Dengan tiba-tiba, bahkan sebelum Wooseok sempat menarik nafas, Joana mendaratkan bibirnya ke bibir Wooseok. Menyesap kemanisan dari gairahnya yang semakin lama semakin manis dan memabukkan. Wooseok terkesiap, dia tak bisa melakukan apa-apa, ketika Joana dengan lembut membuka kancing kemejanya satu persatu. Wooseok merinding. Seperti ada aliran listrik yang mengalir ke tubuhnya. Nadi-nadinya memanas, setiap sentuhan dari Joana membuatnya hampir tak bisa mengendalikan diri, "J-Jo ... aku benar-benar belum siap ... ahh!" Wooseok mengejang ketika tiba-tiba Joana menggigit lehernya. Dengan satu gerakan intens, Wooseok membalik Joana yang tadinya berada di atasnya. Kini posisi itu berpindah, Wooseok berada di atas Joana sambil bernafas terengah-engah. Wooseok menatap Joana lekat. Mata mereka bertemu, hasrat mereka melebur hingga tak bisa dipisahkan lagi. "Joana ..." Wooseok bergumam. Joana yang tadinya diam, lalu tersenyum lembut. Senyuman paling indah yang pernah Wooseok lihat. Saat seperti ini, menahan diri adalah hal yang mustahil. Wooseok menyentuh wajah Joana, menatap setiap inci dari lekukan indah di depannya itu, "Terserahlah," Wooseok tak bisa menahan diri lebih lama lagi. Dia akhirnya melumat habis bibir Joana. Menjelajahi setiap bagian leher Joana, melumat serta menggigit kecil setiap bagian tubuh Joana. Tak ada kata santai, Wooseok sudah mabuk. Setiap bagian tubuh Joana diabsen satu persatu dengan bibir dan lidahnya. Joana mengerang nikmat. Kenikmatan yang hanya bisa dilukiskan dengan desahan nafas, setiap sentuhan Wooseok membuat Joana melupakan dirinya sendiri. Joana menegang, menggigit bibirnya, dan meremas pundak Wooseok. Wooseok tak merasakan kesakitan apapun. Bahkan ketika kuku-kuku Joana yang panjang, melukai punggungnya. Wooseok begitu larut, dan hanyut. Dengan sedikit paksaan Wooseok akhirnya memasuki kenikmatan yang sebenarnya. Erangan kecil Joana mewarnai malam itu, Wooseok bekerja lebih keras untuk memuaskan Joana. Malam pertama setelah delapan bulan pernikahan mereka. Malam pertama yang tak akan pernah terlupakan. *** Udara pagi terlalu cerah dan sepertinya sangat damai. Cahaya keemasan menusuk mata Wooseok. Laki-laki itu mengernyitkan matanya agak terganggu. Joana menatap Wooseok dengan senyum lembut, lalu mengangkat tangannya. Menghalangi cahaya yang menyilaukan itu mengenai wajah Wooseok. Wooseok menggerakkan kepalanya, lalu perlahan membuka mata. Hal yang pertama dia lihat adalah wajah cerah Joana. Senyum yang seperti tak nyata. Membuat Wooseok menggosok-gosok matanya beberapa kali, untuk melihat lebih jelas. "Selamat pagi," ucap Joana, dengan suaranya yang lembut. Wooseok terbelalak, lalu segera menggenggam tangan Joana, "J-Joana!" "Hmm ... ini aku," "Hah! syukurlah, aku kira aku sedang bermimpi, ini bukan mimpi, kan?" "Lihat perbuatanmu, kau pikir ini mimpi?" Joana menunjuk leher dan dadanya. Tampak beberapa tanda cinta dari Wooseok yang telah dia buat semalaman di bagian tersebut. Wooseok menarik nafas lega, lalu menyentuh wajah Joana, "Maaf ... Joana ... kau ingat namaku, kan?" "Pfftt ... kau takut aku melupakan namamu?" "Hanya memastikan. Kau selalu memanggilku Panda bodoh, dan ..." "Wooseok, Park Wooseok," Wooseok terdiam, lalu kemudian tersenyum dengan lembut, "Aku masih belum bisa percaya, kau bahkan bisa tersenyum. Lau seperti orang yang berbeda. Bagaimana mungkin wanita gila, sombong, angkuh dan bertempramen buruk sepertimu, berubah menjadi seperti ini?" "Kau bilang apa? gila? sombong? kau mau mati!" "Nah, ini dia Joana yang ku kenal. Selalu ingin membunuh seseorang. Kau benar-benar ingin membunuhku?" "Aku bukan orang yang berbaik hati, Tuan Wooseok. Aku tidak akan membunuhmu. Tapi ... aku akan membuatmu menderita. Kemari!" Joana menarik Wooseok ke dalam selimut, "T-Tunggu dulu, Jo ... ini sudah pagi!" "Siapa yang peduli?" "Jo, akh! jangan digigit, sakit ..." "Kalau begini? masih sakit?" "J-Jo ... tunggu dulu, Joana ... Ah, terserah!" Pergulatanpun dimulai lagi. TBC
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD