Adis tiba di rumahnya. "Mas Adam menunggu di teras samping." "Terima kasih," sahut Adis. Ia melangkah ke teras samping, lalu duduk di sofa yang berjarak oleh meja dari sofa yang diduduki Adam. "Kenapa ke sini? Aku sudah bilang, sebaiknya ...." "Kenapa pergi dari rumah makan?" "Apa aku harus jadi penonton, calon suamiku dikerubuti tante-tante genit. Belum jadi suami saja sudah begitu!" "Tante Fey itu teman Amiku. Suami Tante Fey, orang Banjar juga. Karena itu ...." "Ya ... ya ... ya. Aku mengerti. Sebaiknya sekarang kamu pulang." Adam menatap wajah Adis dari samping. Lalu ia bangkit dari duduknya. Adam berdiri di hadapan Adis. Ia bisa melihat mata Adis yang bengkak seperti habis menangis. Hidung, dan pipi Adis merah. "Kamu menangis?" "Bukan urusanmu!" Adis merentak berdiri. "Ka