Selalu Ada Jalan Di Setiap Kesulitan Yang Ada

1158 Words
"Selalu ada kemudahan disetiap kesulitan yang ada." ****   Hilya bersyukur seakan Allah memberikan pentunjuk kepadanya. Beruntung dia ingat jalan ke rumah Bu Halimah sehingga ia memilih untuk ke rumah Bu Halimah saja. Memang selalu Ada kemudahan di setiap kesulitan yang menimpanya.     "Assalamualaikum, Bu." ucap Hilya sambil mengetuk pintu rumah. Hilya menunggu beberapa saat, tetapi bukan by Hilya yang keluar melainkan Reyhan.     "Waalaikumsalam," jawab Reynah membuka pintunya.     "Mbak Hilya," jawab Reyhan saat melihat Hilya membawa koper saat ini.    "Mas Reyhan, Bu Halimahnya ada?" tanya Hilya berusaha tersenyum di sela-sela tangisannya.    "Mas...." panggil Hilya lagi membuat Reyhan sadar dari lamunannya.     "Eh, maaf. Ibu lagi ngisi pengajian, Mbak," jawab Reyhan lagi.    "Apakah masih lama, Mas?" tanya Hilya.    "Ehm saya samper aja ya, nggak mungkin kan saya nyuruh Mbak masuk. Soalnya di rumah cuma ada saya, Mbak,". ucap Reyhan sopan.    "Saya tunggu di luar saja, Mas. Sampai Bu Halimah pulang."    "Nggak papa kok, Mbak. Saya nggak enak sama tetangga cuma kita berdua mending saya jemput Ibu dulu," kata Reyhan. Hilya tersenyum kecut, apa yang diucapkan Reyhan benar juga. Tidak mungkin Lelaki sesoleh Reyhan mau berduan dengan wanita seperti aku. Aku tidak berfikir berduaan dalam Adrian negatif. Namun, tetap saja laki-laki dan perempuan yang berduaan takut terjadi fitnah nantinya.    "Maaf jadi ngerepotin, Mas Reynah," ucap Hilya sungkan.    "Nggak papa kok, Mbak. Mbak tunggu di dalam aja. Saya mau ambil kunci Mobil dulu," ucap Reynah Masuk ke dalam lagi. Beberapa saat kemudian Reyhan keluar lagi dengan kunci di tangannya.    "Loh, kenapa belum masuk, Mbak?" tanya Reyhan.    "Saya tunggu disini saja, Mas. Saya takut ada barang yang hilang," ucap Hilya tidak enak.    "Astaga, Mbak. Nggak mungkin, Mbaknya mau ngambil barang di rumah saya Kan. Saya percaya kok sama Mbak Hilya," ucap Reyhan lagi.     "Nggak, Mas. Saya disini saja," jawab Hilya lagi.     "Yasudah terserah, Mbak saja. Pintu nggak saya kunci ya, Mbak. Kalau, Mbak mau ke kamar mandi Masuk saja," ucap Reyhan.    "Iya, Mas." Setelah itu Reyhan masuk ke dalam mobilnya dan pergi meninggalkan Hilya di rumahnya. Hilya kembali duduk di kursi teras rumah Bu Halimah sampai tak terasa matanya mulai mengantuk Lalu ia pun tertidur. ***    Laki-laki yang baik adalah laki-laki yang mampu menjaga pandanganya dengan lawan jenis. Tidak semua laki-laki mampu menjaga pandangannya. Allah Ta’ala berfirman, قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ ”Katakanlah kepada laki-laki yang beriman,’Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara k*********a. Yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.’” (QS. An-Nur [24] : 30). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, مَا تَرَكْتُ بَعْدِي فِتْنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ ”Aku tidaklah meninggalkan cobaan yang lebih membahayakan bagi laki-laki selain dari (cobaan berupa) wanita” (HR. Bukhari no. 5096 dan Muslim no. 9798). Sampai-sampai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun perlu memperingatkan kita secara khusus dengan sabdanya, إِنَّ الدُّنْيَا حُلْوَةٌ خَضِرَةٌ، وَإِنَّ اللهَ مُسْتَخْلِفُكُمْ فِيهَا، فَيَنْظُرُ كَيْفَ تَعْمَلُونَ، فَاتَّقُوا الدُّنْيَا وَاتَّقُوا النِّسَاءَ، فَإِنَّ أَوَّلَ فِتْنَةِ بَنِي إِسْرَائِيلَ كَانَتْ فِي النِّسَاءِ ”Sesungguhnya dunia itu manis. Dan sesungguhnya Allah telah menguasakan dunia itu kepada kamu sekalian, dan memperhatikan apa yang kalian kerjakan. Maka takutlah kepada dunia dan takutlah kepada wanita. Karena sumber bencana bani Israil pertama kali berasal dari wanita.” (HR. Muslim no. 2742). ****    Hilya tertidur di teras rumah Bu Halimah sampai tidak sadar bahwa mereka sudah pulang. Halimah membangunkan Hilya yang tertidur di teras tersebut.      "Nak Hilya ... Nak Hilya bangun, Nak...." panggil bu Halimah sambil menggoyangkan bahu Hilya. Hilya yang merasa terganggu tidurnya pun, membuka matanya perlahan.     "Bu Halimah," ucap Hilya mengucek matanya baru bangun.      "Kamu kenapa tidur disini, Nak?" tanya Bu Halimah. Hilya sebenarnya merasa tidak, tetapi dia disini tidak punya siapa-siapa lagi.      "Bu, saya mau nginep disini beberapa hari kedepan boleh?" tanya Hilya sambil meremas jari-jarinya.       "Mari masuk dulu, Nak. Kamu ceritakan di dalam saja," Bu Halimah membukakan pintu rumahnya mempersilahkan mereka Masuk. Reyhan ternyata sudah masuk lebih dulu tadi.       "Duduk, Nak. Biar saya ambilin minum dulu," ucap Halimah kebelakang meninggalkan Hilya. Hilya duduk di sofa yang telah dipersilahkan Bu Halimah tadi.     "Minum dulu, Nak Hilya," Halimah menyodorkan minum ke Hilya.     "Makasih,bu." Hilya meminum minuman yang barusan diberikan Bu Halimah.     "Jadi, sebenarnya ada apa, Nak?" tanya Halimah lagi.       "Bu, saya sudah nggak tahu lagi harus kemana. Saya tidak punya saudara satupun disini, semenjak Ayah saya meninggal ternyata suami saya diam-diam sudah mengganti alih nama kebun dan rumah ayah saya di kampung tanpa, sepengetahuan saya. Saya tidak tahu lagi harus pulang kemana, disisi lain suami Saya semakin semena-mena dengan Saya. Setiap dia marah pasti selalu menyetubuhi Saya secara kasar. Saya selalu difitnah selingkuh padahal saya nggak pernah selingkuh saya cuma dijebak sama istri pertamanya. Belum lagi adiknya yang menganggap saya pembantu jika tidak Ada Hamish dan suami Saya itu tidak pernah tahu kelakuan adiknya dan istri pertamanya. Setiap saya mengadu, suami saya tidak pernah percaya. Hingga hari ini saya sungguh tidak tahan Dan memilih keluar dari rumah itu, Bu. Yang saya ingat cuma Ibu jadi saya mohon untuk tinggal beberapa hari saja disini. Dan saya akan cari kerja supaya bisa mengontrak dan tidak terus merepotkan Ibu," jelas Hilya dengan tangisannya. Hilya tidak bermaksud membuat Halimah kasihan dengannya yang selalu menangis, tapi dirinya benar-benar kacau sekarang. Hatinya sakit terus dibuat berantakan oleh suaminya. Perkataan dan perbuatan suaminya benar-benar membuatnya sakit terus-terusan.       "Suami Nak Hilya tahu Nak Hilya kesini?"        "Tidak, Bu." jawab Hilya menghapus air matanya.        "Saya tidak apa-apa jika Nak Hilya ingin tinggal disini. Apa suami kamu menceraikan kamu?"       "Tidak, Bu. Dia bilang jika saya meminta cerai Saya tidak akan sedikitpun mendapat hartanya. Tapi, Saya sudah tidak peduli hati saya sudah terlalu sakit untuk bertahan. Dan besok saya akan mengajukan cerai dengan suami Saya," jawab Hilya mantap.      "Nak Hilya sudah yakin dengan keputusan, Nak Hilya? Jangan sampai keputusan, Nak Hilya membuat kamu menyesal dibelakang."     "Tidak akan! Saya sudah memikirkan ini baik-baik. Dan Saya akan mengulang kehidupan saya lagi dari awal. Saya bukan wanita lemah yang dimanjakan oleh harta diam saja dan membiarkan hati saya tersakiti. Saya tidak sekuat itu, Bu." Hilya sudah mantap ingin bercerai dengan Hamish, kekayaan bisa dicari hati yang sakit sulit diobati.      "Saya hanya berdoa yang terbaik untuk kamu. Supaya Allah memberikan jalannya kepadamu. Dan semoga kamu diberikan kekuatan oleh Allah ya, Nak," ucap Halimah mengelus kepala Hilya menganggapnya seperti anak sendiri.       "Makasih ya, Bu," jawab Hilya sambil tersenyum tulus. . . . "Harta yang banyak tidak menjamin seseorang hidup bahagia. Harta dan kekayaan bisa dicari tetapi hati yang rapuh sulit diobati." ****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD