Terbongkar

1223 Words
"Sedikit Demi sedikit belajar mengikhlaskan itu perlu agar hati tidak selalu tersakiti dengan harapan." ****     Genap seminggu Hilya tidak pulang ke rumah membuat Hamish bertanya-tanya dengan keberadaannya. Perempuan itu pergi tanpa membawa sedikitpun uang bahkan ponsel pemberiannya pun tidak dibawanya.      "Sya, Mbak mu belum pulang juga selama Kakak kerja?" tanya Hamish saat mereka sedang nonton tv bersama.      "Mbak yang mana? Kalau pembantu Kita Mbak Tari kan udah keluar," jawab Hasya sambil memainkan handphonenya.     "Ya, Hilya lah sya. Istri Kakak siapa lagi," ucap Hamish tanpa berfikir lebih dulu.      "Jangan lupa Kak Lena juga istri Kakak. Kenapa Kakak nggak pernah sih mikirin perasaan dia," jawab Hasya kesal dengan Kakaknya itu.     "Lena itu Kan nurut sama, Kakak. Jadi, nggak mungkin dia macem-macem sama Kakak beda sama Hilya," jawab Hamish yang membuat Hasya benar-benar kesal dibuatnya.     "Kakak! Kakak tuh harusnya adil. Jangan Hilya-Hilya terus," ucap Hasya muak memandang Kakaknya.    "Ya karena Lena nggak bisa ngasilin anak buat, Kakak! Udah berapa Kali Kakak bilangin jangan ikut campur urusan Kakak!" ucap Hamish emosi Lalu pergi meninggalkan Hasya yang kesal dibuatnya.      Hamish kembali lagi dan bersiap untuk pergi. Hasya diam saja melihat Kakaknya yang akan pergi itu. Hamish juga tak sedikitpun menengok ke arah Hasya yang melihatnya. ....      Hamish mencari keberadaan Hilya kesana kemari. Mencarinya bukan berarti dia mencintainya hanya saja Hamish masih membutuhkannya. Jika nanti bosan dia baru akan melepaskan Hilya. Di tengah jalan dia seperti melihat perempuan mirip istrinya Lena. Dia lantas mengikuti Mobil mereka dari belakang.      Selama Hamish mengikuti Mobil tersebut ternyata benar, ini arah menuju rumah mereka. Rumah Lena yang diberikan oleh Hamish.    "SIALAN!" Hamish mengumpat memegangi stirnya kasar. Mobil tersebut berhenti tepat di depan rumah Lena. Laki-laki itu membukakan pintu mobil Lena dan merangkulnya dalam pelukannya. Hamish segera keluar dari mobilnya dan menghampiri mereka berdua.      "LENA!!!" panggil Hamish berjalan ke depan Lena. Lena yang terkejut melihat kedatang suaminya lantas melepaskan rangkulannya terhadap laki-laki itu.    "Ma ... Mas Hamish ka ... Kamu kok."   Plak....    Belum selesai Lena berbicara Hamish sudah menamparnya lebih dulu. Lena meringis memegangi pipinya yang perih.    "Berani ya kamu selingkuh di belakang aku! Wanita nggak tahu diuntung!" ucap Hamish murka. Sedangkan Lena memegangi pipinya yang terasa panas. Sedangkan Lelaki tadi diam saja tidak berniat membantu Lena sedikitpun.     "Mas ini nggak seperti yang kamu fikirin, Mas," ucap Lena menangis dia ingin memegang tangan Hamish namun dihempaskan begitu saja.     "Nggak seperti yang Aku fikirin apa?! Jelas-jelas aku ngikutin kamu dari belakang mesra-mesraan sama laki-laki ini!" ucap Hamish menunjuk Lelaki tadi yang hanya diam saja.      "Cukup ya, Mas. Aku capek sama kelakuan kamu! Aku rela kamu madu, Aku rela kamu lebih seeing sama Hilya. Aku kesepian, Mas di rumah ini sendiri. Apa salahnya aku juga punya selingkuhan supaya Kita impas," jawab Lena lantang.    "Apa kamu bilang? Impas? Aku menikah lagi karena Aku Kaya! Mampu membiayai hidup kalian berdua. Bukan kayak kamu seenaknya foya-foya sama Lelaki lain pake harta Aku!"    "Mas apa salahnya si Aku juga selingkuh, jadi kamu bisa sama Hilya kapan aja," ucap Lena membelanya.     "Banyak omong kamu! Mulai sekarang kamu Aku talak! Dan Surat perceraian Kita akan segera aku kirim ke kamu." Setelah mengucapkan itu Hamish pergi dari hadapan Lena dalam keadaan marah. Panggilan Lena tidak digubrisnya sama sekali.    "Mas ... Tunggu mas," kejar Lena sampai di depan mobil Hamish. Lena mengetuk-ngetukan kaca mobil Hamish berharap Hamish mau memaafkannya.    "Mas ... Maafin aku,Mas! Aku janji Aku nggak akan ngulangin lagi. Dan aku nggak selingkuh dari kamu, Mas." Lena terus menggedor-gedor kaca mobil Hamish. Hamish mengklaksokan mobilnya supaya Lena minggir dari depan mobilnya. Namun, bukan Lena jika tidak nekat melakukan segala cara supaya dirinya didengarkan. Hamish pun tidak kehabisan akal ia memundurkan mobilnya dan bersiap menabrak Lena jika masih kekeh berada di depan sana.    Lena yang terkejut melihat Hamish yang akan menabraknya refleks dia minggir hingga terjatuh. Lena terduduk menangis melihat kepergian Hamish.     "Len, maafin aku," ucap Rian menghampiri Lena.    "Rian, kalau aku diceraikan sama Mas Hamish kamu tetep bakal sama aku Kan," ucap Lena mendongak melihat ke arah Rian. Rian hanya diam.    "Rian jawab!" Lena mengguncang kaki Rian supaya Rian mengiyakan permintaannya.    "Maaf, Len. Aku nggak bisa, mending sekarang Kita putus aja. Dari awal aku nggak ada niat serius sama kamu," ucap Rian. Lena menggelengkan kepalanya tak percaya.    "Kamu bercanda kan, Yan. Kamu nggak bakal ninggalin aku saat aku udah ditinggalin sama suami aku kan." ucap Lena berdiri memegang kedua bahu Rian untuk menatapnya.    "Maaf, Len." ucap Rian lalu pergi meninggalkan Lena.    "RIAN!!! KAMU NGGAK BISA NINGGALIN AKU GITU AJA RIAN ... AKU UDAH KASIH SEMUA YANG KAMU MAU. SEMUA YANG KAMU MINTA AKU KASIH. AKU RELA SELINGKUH DEMI KAMU RIANNN ... RIAN b******k KAMU RIAN!" teriak Lena seperti orang gila. Lena menangis terduduk melihat nasibnya yang mengenaskan sekarang. Sial seharusnya dia tidak menyalakan api jika tidak ingin terbakar. Sekarang suaminya menalaknya, selingkuhannya meninggalkannya. ****     Hamish melemparkan jaketnya ke sofa. Nafasnya masih memburu dengan kemarahan.    "Kak, Kakak kenapa?" tanya Hasya melihat Kakaknya yang baru pulang dengan wajah kusut.    "Ini semua gara-gara kamu Hasya! Kamu terlalu belain sahabat kamu makanya dia kurang ajar! Berani-beraninya dia selingkuh di belakang, Kakak. Padahal Kakak udah banyak kasih apapun yang dia mau," ucap Hamish.    "Hah! Nggak mungkin, Kak Lena kayak gitu, Kak. Kakak mungkin salah paham sama Kak Lena. Aku kenal Kak Lena udah lama, dia itu setia kak. Seharusnya Kakak dengerin penjelasannya dia dulu," bela Hasya sambil melihat wajah Kakaknya.    "Kamu masih mau bela dia? Kalau kamu bela dia kamu pergi dari rumah ini dan ikut dia Aja! Kakak nggak mau lagi biayain kuliah kamu. Cari biaya hidup sendiri!" ancam Hamish membuat Hasya diam. Hamish menatap tajam adiknya lalu pergi meninggalkannya sendiri.    Hasya masih tidak percaya dengan ucapan Kakaknya itu, tidak mungkin sahabatnya itu selingkuh, tapi.... ....    Malam-malam Lena ke rumah Hamish untuk meminta maaf atas perbuatannya. Hasya yang mendengar ketukan pintu di depan pun memilih bangkit dan membukakan pintunya.    "Aku aja, Kak yang bukain pintunya," ucap Hasya meletakkan sendoknya di meja.    "Hmm...."      Hasya membukakan pintunya dan melihat ternyata Kakak ipar pertamanyalah yang datang.    "Kak Lena." Lena yang datang dalam keadaan basah kuyup, membuat Hasya kasihan. Memang di luar sedang hujan deras saat ini.    "Ha ... Sya ... Hachim...." Lena memegang hidungnya yang gatal, dia terus bersin-bersin di hadapan Hasya membuatnya iba.    "Ngapain lagi kamu kesini!" ucap Hamish di belakang mereka, membuat mereka menengok. Hamish penasaran siapa yang datang karena Hasya yang lama sekali.    "Mas Hamish, maafin aku, Mas," ucap Lena dengan wajah yang pucat.    "Pergi kamu! Jangan pernah munculin wajah jalang kamu di hadapan Aku lagi."    "Kak!"     "Apa? Kamu mau belain dia juga? Pergi sekalian Sana sama dia, nggak usah tinggal sama Kakak lagi!" ancam Hamish membuat Hasya diam tak berani menjawab.    "Mas maafin aku." Setelah mengucapkan itu tiba-tiba saja Lena jatuh pingsan membuat Hasya terkejut.   "Kak Lena...." ***** "Apa yang kamu lakukan suatu saat nanti akan menjadi boomerang untuk dirimu sendiri. Kamu melakukan hal baik, kamu akan mendapatkan yang baik pula. Jika kamu melakukan hal buruk, kamu pun akan mendapatkan Hal yang buruk juga." ****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD