"Hati-hati dengan orang terdekat bisa jadi merekalah yang suka menusukmu dari belakang."
****
Hilya pulang kembali ke rumah setelah Lena mengusirnya tadi, ternyata tuduhannya salah. Tapi, jika bukan Lena siapa yang tega memfitnah dirinya. Dia Masuk ke dalam rumah dan melihat Hasya sudah ada di rumah padahal ini masih pagi.
"Hasya kenapa kamu udah pulang?" tanya Hilya saat melihat Hasya sudah berada di rumah sekarang.
"Nggak jadi kuliah males! Lo dari rumah Kak Lena?" tanya Hasya lagi.
"Kamu kok tahu, Sya?" tanya Hilya bukankah gadis itu tadi berangkat kuliah saat dirinya pergi.
"Lo nuduh ke Kak Lena dia yang fitnah lo?" tanya Hasya benar lagi.
"Aku nggak niat fitnah aku cuma tanya tadinya, Aku mikir dia yang fitnah aku," jawab Hilya.
Hasya menatap Hilya datar, "emang bukan dia yang ngelakuin dan lo sukses ngibarin perang ke dia. Dia kan udah bilang, dia rela dimadu artinya dia nggak ada niat sedikitpun buat jahatin lo. Kenapa lo nggak tahu diri sih!" kata Hasya sinis.
"Tadinya aku bener-bener nggak maksud kayak gitu serius, aku cuma tanya," ucap Hilya lagi. Hasya menyodorkan ponselnya kepada Hilya disana tertera roomchat Hasya dengan Hilya yang Mana Hasya yang mengirimkan foto tersebut ke Hilya. Setelah itu, Hasya menarik lagi ponselnya.
"Sya, jadi kamu?!" ucap Hilya menutup mulutnya.
"Iya! Gue yang udah fitnah kalian. Biar Mas Hamish marah sama Lo terus Lo di cerai! Kenapa? Mau marah?" ucap Hasya sambil tersenyum sinis.
"Sya, kenapa kamu ngelakuin ini. Apa salah aku, aku selalu berusaha ngikutin apa yang kamu mau tapi kenapa balesan kamu gini."
"Ya gue kan udah bilang! Dari awal gue tuh nggak suka sama lo! Lo tuh ngancurin kebahagiaan sahabat gue. Dan sialnya Kakak gue lebih sering sama lo sekarang bikin sahabat gue menderita! Makanya lo juga harus menderita ngerti!" ucapnya menunjuk Hilya.
"Tapi, tapi kenapa waktu aku nikah kamu setuju dan kamu baik waktu itu," ucap Hilya menangis ternyata selama ini adik iparnya yang menjebak dia. Dia tidak habis fikir kalau adik iparnya itu licik dan tidak menyukai dia sampai memfitnahnya.
"Ya kalau gue nggak ngelakuin itu! Mas Hamish bakal marah besar dan gue pasti di kirim ke pulaunya Mas Hamish dimana disana nggak bakal ada satu orang pun! Cari makan jauh! Ngerti lo!" Jelas Hasya yang membuat Hilya terkejut. Jadi, Suaminya memiliki pulau sendiri, seberapa Kaya suaminya itu sebenarnya.
"Nggak seharusnya kamu kayak gini, Sya. Aku berusaha untuk baik sama kamu supaya kamu bisa nerima aku. Aku udah berusaha ikhlas jadi istri kedua, Sya. Aku rela bohong sama keluarga aku Demi Mas Hamish. Aku rela nutupin kelakuan kamu ke Mas Hamish tapi kenapa balesan kamu malah kayak gini?" ucap Hilya benar-benar kecewa dengan adik iparnya.
"Seberapapun banyak kebaikan yang lo lakuin nggak membayar rasa sakit gue Dan Kak Lena saat lo hadir di tengah-tengah Kita. Inget lo!" Hasya lantas pergi tak perduli Hilya yang menangis itu.
***
Malam ini untungnya suaminya itu pulang ke rumah, membuat Hilya tersenyum bahagia tapi tidak dengan Hasya. Gadis itu memandang Hilya tidak suka. Apalagi, Hamish sudah mulai akur kembali dengan Hilya.
"Mas, kamu capek? Biar aku pijetin, Mas," ucap Hilya membawa tas kantor suaminya mengikuti suami duduk. Dia melepaskan sepatu dan kaos kaki suaminya. Lalu, dasi yang dipakainya.
"Mas, aku siapin Mandi kamu dulu ya," ucap Hilya saat ingin ke belakang Hamish menarik tangan Hilya membuatnya terjatuh dipangkuan suaminya. Hamish mencium bibir istrinya kemudian Hasya pun berteriak kepada mereka berdua.
"KAK LO TAHU TEMPAT NGGAK! DISINI MASIH ADA GUE!" Hilya segera bangkit Dan berdiri disana Hasya sudah meliriknya tajam. Ia tidak mau menganggapnya jadi lebih memilih bangkit dan ke kamarnya.
"Ganggu aja lo!" ucap Hamish lalu mengikuti istrinya ke kamar. Hasya membuat rencana supaya mereka tidak bisa melakukan itu malem ini. Hasya berfikir sejenak kemudian dia menelepon seseorang untuk diajaknya bekerja sama.
Saat Hamish dan Hilya sudah nyaris melakukan itu tiba-tiba bunyi telepon Hamish terdengar beberapa kali. Membuat Hamish mengumpat kesal. I'd caller tersebut menunjukkan Lena yang meneleponnya. Terdengar suara ketakutan dari istri pertamanya itu.
"MAS TOLONG MAS AKU TAKUT! ADA YANG PECAHIN KACA JENDELA KAMAR KITA TERUS NGIRIM SURAT ANCAMAN YANG ADA BANGKAI TIKUSNYA MAS AKU TAKUT MAS!" Terdengar suara tangis Lena yang sesenggukan disana membuat Hamish mau tidak mau pun khawatir dengan keadaan istri pertamanya.
"Kamu tenang, Lena. Oke aku bakal kesana sekarang. Kamu tenang ya, aku bakal segera kesana sekarang," jawab Hamish.
"Iya, Mas. Buruan Mas aku takut," ucapnya sambil menangis disana. Hamish mematikan teleponnya dan memakai kembali baju yang sudah di lepasnya.
"Mas mau kemana?" tanya Hilya yang sudah berpakaian acak-acakan.
"Aku mesti ke rumah Lena malem ini. Ada yang ngirim Surat ancaman ke Lena. Kamu tidur duluan aja aku malem ini bakal tidur di rumah Lena memastikan dia Aman," ucap Hamish sambil mengancingkan bajunya.
"Tapi, tapi gimana sama kegiatan Kita," ucapan Hilya sontak membuat Hamish tersulut emosi.
"Kamu tuh nggak mikir banget sih! Lena disana lagi ketakutan dan kamu malah mikirin kegiatan persetan kayak gitu! Itu kan bisa dilakuin nanti! Gimana kalau terjadi sesuatu sama Lena dia juga istri aku ngerti! Kalau itu terjadi sama kamu juga aku bakal ngelakuin Hal yang sama! Jadi, jangan egois karna nafsu kamu!" ucap Hamish marah lalu pergi menutup pintunya keras. Hilya menangis mendengar perkataan tajam suaminya, dia seperti jalang sehabis digunakan ditinggal begitu sajam. Tapi, satu sisi apa yang dikatakan Hamish benar juga, Lena lebih membutuhkan Hamish sekarang. Sungguh, berat sekali menjadi istri kedua ini.
Lagi-lagi Hilya harus menahan sakit di hatinya, ia merapihkan bajunya, setelah itu ke Kamar mandi untuk Mandi dan solat. Menenangkan hatinya kepada sang pencipta. Sungguh, dosa apa yang telah dibuatnya dulu sehingga ia harus mendapat cobaan seperti ini. Padahal, dia belum pernah pacaran sebelumnya jadi tidak pernah menyakiti Lelaki Mana pun tapi, kenapa dia yang menjaga kehormatannya untuk suaminya berharap bahagia bersama keluarganya malah jadi kacau berantakan seperti ini.
Di kamarnya, Hasya tertawa puas berhasil membuat Kakaknya itu pergi me rumah Lena dan tidak melakukan apapun dengan Hilya. Inilah yang Hasya rencanakan, dia menelepon seseorang untuk mengirim Surat ancaman ke Lena supaya Kakaknya itu lebih memilih bersama istri pertamanya. Hasya yakin pasti Hilya sedang menangis di kamarnya.
.....