Ancaman

1092 Words
"Allah ﷻ membalas Nabi Ibrahim'alaihissalam dengan kebaikan. Dia menjadikan Ibrahim sebagai imam yang diteladani. Allah memberi cahaya pada ucapan dan perbuata Nabi Ibrahim. Derajat demikian beliau dapatkan setelah melewati berbagai macam ujian. Dalam ujian itu Nabi Ibrahim tetap menyempurnakan ketaatannya. Allah ﷻ melihat kesabarannya, ketenangannya, dan sifatnya yang mudah kembali kepada Allah." ***    Hamish sudah diperbolehkan untuk pulang hari ini, ia pulang ke rumahnya bersama Hilya diikuti Lena yang ikut ke rumahnya. Setelah sampai di rumah, mereka mendudukan Hamish di sofa ruang keluarga, lalu munculah Hasya dari belakang.     "Kakak udah pulang?" Tanya Hasya mendekat ke kakaknya membuat Hilya bergeser saat Hasya menyenggol lengannya.     "Iya udah, kata Dokter juga Kakak udah mendingan, jadi udah boleh pulang."     "Maaf ya kak, nggak nungguin kakak dirumah sakit. Hasya lagi banyak tugas kuliah soalnya lagian kan udah ada bodyguard-bodyguard Kakak," ucap Hasya gitu aja.    "Mereka istri Kakak Sya, bukan bodyguard," ucap Hamish mengingatkan adiknya.itu sambil memegangi kepalanya yang ngilu karna masih terbalut perban.      "Kamu nggak papa, Mas?" tanya Lena yang sedari tadi duduk di sofa melihat kaki suaminya, sedangkan Hilya berdiri mematung di samping Hasya yang jongkok di samping Hamish.      "Nggak papa kok, sayang. Oiya, kamu ajarin Hilya masak gih, masakan kesukaan aku sama masakan kesukaan Hasya," ucap Hamish kepada Lena yang dijawab dengan anggukan. Dia mengajak Hilya untuk ke dapur sesuai perintah suaminya tadi.    "Lena, kenapa sih kamu mau dimadu," ucap Hilya saat mereka sudah sampai di tempat makan. Lena berhenti sejenak dan memandang Hilya.    "Ya, emangnya aku harus gimana?" tanya Lena lagi.      "Ya, seharusnya perempuan mana yang yang rela membiarkan suaminya menikah lagi dengan wanita lain kecuali kamu emang matre," ucap Hilya membuat Lena tidak suka. Lena membawa Hilya duduk di meja makan lantah mendekati wajahnya ke wajah gadis itu.     "Jangan asal bicara kamu! Kamu liat kan selama ini Mas Hamish sayang sama aku jadi ya aku bolehin aja dia nikah lagi," jawab dia santai walaupum hatinya membuncah ingin marah dengan wanita dihadapannya ini.     "Terus kamu bahagia gitu di madu kayak gini," ucap Hilya lagi.      "Iya aku bahagia kok, Mas Hamish bilang kalau aku akur sama istri keduanya. Apapun yang aku minta bakal dikasih, mobil, perhiasan, rumah dan semuanya," ucap Lena sambil tersenyum puas.     "Jadi, harga diri kamu sebatas harta doang, Len. Bukan cinta yang mengharapkan ridho Allah," ucap Hilya tak habis pikir.     "Jaga ya ucapan kamu! Lagian Mas Hamish itu udah banyak bantuin aku tahu nggak! Dia udah kasih aku kebahagiaan selama ini! Dia juga yang hadir nolongin aku waktu aku nyaris gagal nikah," ucap Lena mengingat awal pernikahannya dengan Hamish. "Kapan calon suami anda akan datang?" ucap penghulu itu membuat Lena menggigit bibirnya sambil menangis, ia bingungharus bagaimana. Calon suaminya itu tidak akan datang, dia tiba-tiba meninggalkannya begitu saja di hari pernikahana mereka karna orang tuanya yang tiba-tiba tidak setuju dan malah menikahkannua dengan wanita lain. Lena menangis kecewa dengan calon suaminya itu, kenapa ia tidak bilang dari kemarin malah tiba-tiba meninggalkannya tepat di acara mereka akan melaksanakan akad.    "Maaf saya terlambat," ucap seorang laki-laki di depannya dengan berpakaian jas rapi dan peci di atas kepalanya. Dia adalah Hamish kakak dari sahabatnya Hasya.  Ternyata, Hasya meminta kakaknya untuk menikah dengan Lena supaya Lena tidak malu karna tiba-tiba calon suaminya tidak datang. Ia mendengar Lena dan calon suaminya itu telepon tadi dan membatalkan pernikahan mereka sepihak. Lena benar-benar berterimakasih kepada Hamish yang datang tepat waktu hingga akhirnya akad nikah mereka pun berjalan lancar."   "Jadi, tau apa kamu soal aku bahagia atau engga! Cinta itu nggak Ada! Cinta itu cuma bullshit aku pernah mencintai dengan tulus tapi aku ditinggalkan apa itu yang namanya cinta dan bahagia?! Bahkan aku udah nggak tau gimana rasanya cinta. Yang terpenting Aku bahagia sekarang, bisa nikmatin semua harta Mas Hamish. Dan kamu nggak usah munafik Kita berdua itu sama!" ucapnya dekat sekali dengan wajah Hilya membuat Hilya terpejam sejenak.    "Nggak Lena! Kita nggak sama, aku beneran cinta sama Mas Hamish jadi Aku berusaha buat mempertahankan rumah tangga kita, sedangkan kamu cuma incer hartanya Kan," ucap Hilya tidak terima disamakan dengannya. Dia tidak pernah mengincar harta suaminya dari awal dia memang benar-benar mencintai suaminya itu.    "Jaga ya ucapan kamu, Hil! Kamu cuma istri kedua, jadi jangan pancing aku buat ngibarin bendera perang sama kamu. Di mata orang-orang pasti istri pertama lebih mulia dibanding kamu yang notabennya cuma istri kedua! Inget kamu! Sekarang buruan kamu ke dapur, nggak usah banyak omong!" ancam Lena lalu melenggang pergi ke dapur lebih dulu. Sedangkan Hilya memegang dadanya yang terasa perih, benar kata Lena, dia hanya istri kedua orang pun pasti akan mengira dia perebut suami orang padahal dia tidak tahu suaminya telah menikah lebih dulu. Lagi-lagi dia bingung harus bersikap seperti apa. Dia memilih untuk ke dapur memasak bersama Lena. ***     "Ya Allah, berilah hamba petunjuk mu, jalan mana yang harus hamba tempuh dalam menjalani rumah tangganya. Dia mencintai suaminya, namun ia tidak rela berbagi. Sedangkan hamba sadar bahwa hamba hanyalah istri kedua. Pasti orang akan menuduhnya wanita tidak benar. Bantu hamba Ya Allah," belum sempat ia selesai melaksanakan solat duha adik iparnya sudah memanggilnya dengan suara kencang, membuatnya segera melepaskan mukenanya dan menemui sang adik.    "Ada apa, Sya?" tanya Hilya di depan kamarnya yang sudah berdiri Hasya di sana.    "Lama banget sih bukanya! Lo tuh di sini bukannya suruh tidur aja ngerti, tau diri dong lo!" ucapan Hasya membuatnya ia terdiam lagi, kenapa seakan orang-orang selalu menuduhnya tidak benar.    "Mbak tadi habis solat duha, Sya. Makanya lama bukain pintunya," ucap Hasya lagi.    "Dah nggak usah banyak omong! Setrikain nih baju gue buat ke kampus, buruan!" suruh Hasya melempar pakaiannya ke arah muka Hilya yang langsung di pegangnya.    "Satu lagi, sampe lo berani ngadu ke Kak Hamish abis lo!" ancamnya lagi lalu pergi meninggalkan Hilya begitu saja.    "Astagfirullah aladzim," ucap Hilya menggenggam pakaian Hasya. Rasa benci sudah membuat Hasya berlaku semena-mena dengan Hilya, Hasya benci saat sahabatnya itu harus rela di madu dengan Kakaknya sendiri. Makanya ia harus membuat peritungan kepada Hilya supaya dia sadar dan tidak betah berada di rumahnya dan meminta Kakaknya untuk menceraikannya.    "Rasain lo! Enak aja orang kampung kayak lo mimpi jadi nyonya besar di sini! Inget ya Hilya lo bakal gue buat nggak betah tinggal di sini!" ucap Hasya dari jauh melihat Hilya yang terdiam saja mengenggam bajunya. *** "Kadang rasa cinta membuat seseorang bodoh menyikapinya. Hingga mereka sadar bahwa rasa sakitnya yang semakin dibiarkan akan menjadi boomerang untuknya sendiri." ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD