Hati Yang Mendung

1105 Words
"Menangis hanya Membuatmu lemah maka bangkitlah buat seseorang yang menyakitimu menyesal telah melakukannya." ****     Hilya menangis sambil memegangi Nisan yang bertuliskan nama Ayahnya disana. Ia tidak menyanyaka Ayahnya harus meninggalkannya dalam keadaan seperti ini. Dia benar-benar menyesal, seandainya dia jujur dengan Ayahnya pasti ayahnya tidak mungkin tiba-tiba meninggalkannya seperti ini. Rasanya seperti mimpi baru kemarin dia merasa bahagia karena ayahnya tersenyum tulus melihatnya menikah. Tapi, kenapa pernikahan ini malah menjadi neraka bagiku. Pernikahan yang seharusnya dilandasi oleh kebahagiaan malah kesengsaran yang Aku dapat.      Halimah yang tidak sengaja ingin mampir ke rumah Hilya terkejut melihatnya menangis tersedu-sedu seperti tadi. Ia lantas membantunya sampai memakamkan Ayahnya. Sedangkan, suami? Sejak tadi hanya diam saja tanpa memperdulikannya. Suami macam apa itu hanya diam disaat mertuanya meninggal tidak sedikitpun menenangkannya. Jika suaminya tidak bagaimana dengan Hasya Dan Lena? Tentu saja mereka sama saja!      Hamish, Lena dan Hasya beranjak lebih dulu dari tempat itu, meninggalkan Hilya bersama Reyhan yang berdiri di belakangnya. Halimah masih berusaha menenangkan Hilya yang menangis di pusara sang Ayah. "Sudahlah, Nak. Ikhlaskan saja ayahmu semoga tenang disana," ucap Halimah mengelus pundak Hilya. "Gimana aku bisa tenang bu? Saat ayahku meninggal dengan tiba-tiba seperti ini. Seandainya dia dari awal jujur dan lebih memilih untuk tinggal bersama Ayah saja mungkin Ayahnya masih hidup sampai saat ini," ucap Hilya meletakkan kepalanya di nisan sang Ayah. "Semua itu takdir, nak. Kematian seseorang itu sudah ditentukan sejak Kita lahir. Kapan, kenapa, dan bagaimana kematian tersebut sudah diatur oleh Allah. Jadi bukan salah kamu, Nak," ucap Halimah menenangkannya. "Semua yang bernyawa pasti akan meninggalkan Kita. Tidak ada yang abadi di dunia ini. Orang yang Kita sayangi akan pergi, Harta yang Kita miliki akan habis. Bahkan bayangan kita saja akan pergi meninggalkan Kita dalam kegelapan. Kita hidup memang akan merasakan kehilangan itu sudah kodratnya, nak. Semua yang terjadi karena kehendaki Allah. Semua yang Kita miliki itu milik Allah. Kita hanyalah tanah yang diberi nyawa untuk selalu meninggkatkan ketakwaan kita kepada Allah. Tidak semua yang hilang akan Allah biarkan begitu saja. Nantinya, Allah akan ganti dengan seribu kebaikan yang hadir. Hidup adalah ujian. Ujian itulah yang mengajarkan hidup Kita lebih berarti. Jadi, apa yang kamu hadapi saat ini bukti bahwa Allah sangat mencintai kamu. "Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. " (QS.al-Baqarah:286) "Allah tidak membebani seseorang melainkan (sesuai). dengan apa yang Diberikan Allah kepadanya. " (QS.at-Thalaq:7) Mengapa Allah menguji manusia? Pertama, Allah ingin mengeluarkan kemampuan manusia yang terpendam. Dengan adanya berbagai ujian, manusia bisa semakin memaksimalkan kemampuannya. Potensi-potensi tersembunyi yang tersimpan dalam diri manusia akan muncul saat dia harus menghadapi berbagai macam rintangan kehidupan. Kita bisa lihat perbedaan seorang anak yang dimanja sejak kecil dan anak yang dididik mandiri? Sungguh jauh berbeda bukan? Ujian itu akan menyaring siapa yang benar-benar sukses mengahadapi ujian dari Allah dan siapa yang hanya banyak berkata-kata. Allah berfirman: Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, "Kami telah beriman," dan mereka tidak diuji?(QS.al-Ankabut:2) Kedua, manusia diuji agar kembali kepada-Nya. Allah rindu Pada hamba yang selalu berpaling dari-Nya. Dia berharap agar hamba itu bisa kembali memilih tuhan-Nya dan meninggalkan Iblis. Allah cemburu jika hati seorang hamba diisi dengan selain-Nya. Allah berharap mereka kembali seperti seorang ibu yang telah lama kehilangan anaknya. Maha Suci Allah dari segala contoh. "Dan Kami Uji mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran)." (QS.al-A'raf:168) Bukankah kita sering melihat orang yang tidak pernah kenal Allah bisa menjadi ahli ibadah setelah terkena penyakit? Bukankah kita melihat seorang yang selalu bermaksiat bisa berubah setelah mengalami musibah? Berapa banyak orang yang tidak pernah salat tahajjud memaksa dirinya untuk bangun malam ketika memiliki masalah keuangan? Ujian itu adalah cambuk rahmat dari Allah untuk menyadarkan mereka agar kembali ke rumah Allah. "Dan pasti Kami Timpakan kepada mereka sebagian siksa yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar (di akhirat); agar mereka kembali (ke jalan yang benar)." (QS. as-Sajdah:21) Ada manusia yang ketika mendengar perintah Allah langsung bergegas melaksanakannya. Sebagian dari mereka perlu mendapat cambuk rahmat berupa ujian, baru mereka sadar dan taat. Dengan segala perhatian dan kasih sayang Allah, masih saja banyak orang yang kembali melupakan-Nya setelah musibahnya dihilangkan. "Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami Hilangkan bahaya itu darinya, dia kembali (kejalan yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya." (QS.Yunus:12) Ketiga, cobaan dan ujian yang Allah berikan berfungsi sebagai , penghapus dosa. Allah ingin melihat hambanya yang baik datang / mengahadap-Nya dalam keadaan bersih dan suci. Karena itu, Allah bersihkan kotoran dosa mereka dengan ujian dan cobaan di dunia. Rasulullah pernah menyampaikan: Allah berfirman, "Demi Kemuliaan dan Keagungan-Ku, ketika aku ingin memberi rahmat kepada hamba-Ku sebelum Aku kembalikan ia kepada-Ku maka Aku bersihkan dulu kotoran kesalahan yang ada pada dirinya. Dengan aku beri penyakit atau aku beri kegelisahan pada dunianya. Dan jika masih ada sisa kesalahannya maka aku persulit kematiannya." Allah ingin orang-orang mukmin datang kepada-Nya dalam keadaan bersih tanpa noda. Begitupula penyakit, bagi orang kafir penyakit adalah siksaan namun bagi orang mukmin, penyakit adalah sarana terbaik untuk menghapus dosa-dosa. "Sakit bagi seorang mukmin adalah pembersihan (dosa) dan rahmat. Bagi orang kafir adalah siksaan dan laknat. Sesungguhnya penyakit itu akan senantiasa ada pada seorang mukmin sampai tidak ada satu pun dosa padanya." (Imam Ali Ar-Ridho) "Sesungguhnya ada sebuah kedudukan di surga yang tidak bisa dimasuki oleh seorang hamba kecuali dengan cobaan yang ada pada tubuhnya." (Imam Ja'far As-Shadiq) "Dan musibah apa pun yang menimpa kamu adalah karena perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah Memaafkan banyak (dari kesalahan-kesalahanmu)." (QS.as-Syuro:30)" Halimah tidak bermaksud menceramahi Hilya saat ini. Tetapi, semua yang dikatakannya iu senantiasa untuk menguatkan Hilya bahwa tidak Ada yang perlu di sesali saat musibah datang menghampiri terutama kematian. Hilya sadar apa yang diucapkan Halimah benar adanya, tapi hatinya masih tidak rela Ayahnya meninggal karena suaminya yang tega berbicara seperti itu. Sungguh, setelah ini ia benar-benar akan menceraikan suaminya. Dia tidak mau harga dirinya sebagai perempuan diinjak-injak hanya karena harta. Bahkan sedikitpun dia tidak pernah menggunakan harta dari suaminya, kecuali urusan rumah tangga. Dia Dan Lena berbeda, jika Lena mengincar harta dan rela harga dirinya di jatuhkan tapi tidak dengan Hilya. **** "Laki-laki pasti akan diuji oleh tiga perkara. Harta, tahta dan wanita. Jika dia memiliki harta Apakah dia akan semakin bersyukur atau sebaliknya. Jika dia diberikan tahta apakah akan dipergunakan dengan baik. Dan wanita mungkin akan menjadi ujian terberat bagi seseorang Lelaki untuk setia apalagi disaat dia memiliki Harta Dan tahta. -SADNESS- -NOVILIEANA- ****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD