Dapat Kamu!

924 Words
Dara menjelaskan tentang konsep apa yang ia inginkan di dalam iklan yang sedang mereka kerjakan itu, nantinya mobil sport milik Robert itu akan di gunakan di dalam iklan rokok yang tengah mereka kerjakan. Robert tampak kagum dengan wanita yang sangat berbeda dengan wanita yang ditemuinya kemarin, wanita itu tampak dewasa, cerdas dan berwibawa. Wanita itu tidak tampak seperti wanita gila yang mengejar-ngejar dan melamarnya secara terus-menerus selama beberapa hari ini. 'Dia bisa kelihatan normal juga ya.' Robert tersenyum tipis, saat menyadari wanita gila yang di kenalnya bernama Dara itu dapat berkelakuan layaknya manusia waras. Menit demi menit telah berlalu, satu jam pun telah berlalu, semua yang ada di ruangan itu mulai membereskan kertas-kertas yang bertumpukkan pada bagian meja hadapan mereka dan pergi meninggalkan ruangan itu, sedangkan Robert masih duduk tak bergeming di tempatnya dan memperhatikan Dara yang tengah sibuk dengan kertas di hadapannya, wanita itu terlihat cantik, rambut sepunggung berwarna coklat dengan poni yang menutupi keningnya, mata bulat dan lesung pipi yang selalu membuatnya manis saat tersenyum, sebelumnya Robert tidak pernah memperhatikan wajah wanita di hadapannya itu. Selama satu minggu selalu di terror oleh wanita itu membuatnya sangat tidak biasa melihat wanita yang terlihat cuek dengannya itu. Dara merasa ada yang memperhatikannya, ia mengadahkan wajahnya dan mendapati Robert yang tengah memandangnya secara intens. "Kamu baru sadar kalau aku itu cantiknya, pake banget ya?" Dara tersenyum lebar. Robert menatap nanar Dara, Dara hanya bisa terkekeh geli menerima tatapan mata jengah dari Robert itu. "Kamu bisa kelihatan berbeda juga ya?" Dara menautkan kedua alisnya. "Maksudnya?" Robert menghela nafas panjang. "Kamu bisa kelihatan serius juga ya? Aku kira selama ini kamu cuma punya satu sifat, yaitu centil?" Dara tertawa terbahak-bahak mendengarkan perkataan yang keluar dari mulut Robert, ia sungguh tidak tahu jika selama ini lelaki di hadapannya itu selalu menganggapnya sebagai wanita yang centil. Dara mendekatkan wajahnya ke arah Robet, mempersempit jarak antara wajahnya dengan wajah lelaki itu. "Satu, aku adalah orang yang serius di saat yang di perlukan, Dua, aku hanya terlihat centil hanya kepadamu, tiga, kamu adalah tujuan hidupku." Dara tersenyum lebar. Sekarang gantian Robert yang terkekeh geli saat mendengarkan perkataan Dara, ternyata wanita yang selama ini di anggapnya tidak waras itu, masih sama saja tidak warasnya seperti saat pertama kali ia mengenal wanita itu. Robert mengeleng-gelengkan kepalanya. "Kamu memang berbeda dari wanita yang kukenal, dan kamu menarik." "Kita akan lihat sampai kapan kamu akan berusaha untuk tidak jatuh cinta kepadaku," ujar Dara dengan penuh keyakinan. Robert tersenyum manis. "Sampai jumpa Andara." Robert berdiri dan hendak meninggalkan Dara, gerakannya terhenti saat Dara menarik tangannya, Dara mengecup bibir Robert dengan lama. Dara melepaskan bibirnya dari bibir Robert dan tersenyum manis pada lelaki yang tampak terkejut itu. "Tenagaku sudah bertambah sekarang, sampai jumpa Rob," ujar Dara sembari menggerak-gerakkan tangannya di udara. Robert hanya bisa terkekeh pelan dan berjalan meninggalkan Dara yang kembali sibuk dengan dokumen di hadapannya. 'Wanita yang sangat menarik,' gumam Robert di dalam hatinya. Robert merasa hidupnya lebih berwarna sekarang, hidupnya yang terkesan datar dan membosankan itu berubah secara tragis dengan kehadiran Dara ke dalam hidupnya. Wanita itu membuatnya merasa kesal, bahagia dan juga marah di saat yang bersamaan, dan entah mengapa wanita itu terasa begitu familiar, membuat rasa nyaman menyelimuti hatinya di saat ia berada di samping wanita itu.  *** Langit malam sebagai saksi bisu atas Dara yang tengah jatuh cinta, ia tidak mengerti apa artinya cinta, ia tidak mengerti apakah yang kategorikan sebagai perasaan cinta? Ia tidak dapat mengerti cinta hanya dengan melalui kata-kata indah yang pernah di dengar ataupun ia baca, baginya cinta adalah sebuah perasaan, dan tidak ada kata-kata indah di dunia ini yang dapat menjelaskan arti cinta padanya. Tapi sekarang ia mengerti perasaan seperti apakah yang dimaksud dengan cinta, ia mengerti perasaan itu saat ia bertemu dengan Robert. "Lama banget pulang kerjanya?" Lelaki itu menghentikan langkah kakinya saat mendengarkan suara yang begitu familiar di telinganya, lelaki itu memutarkan tubuhnya dan tersenyum ke arah wanita yang tengah berjalan ke arahnya. "Kamu nungguin aku dari tadi?" Wanita itu tersenyum manis. "Aku sudah menunggumu selama tiga jam, tiga puluh menit dan sepuluh detik." Lelaki itu menghembuskan nafas berat dan menatap wanita di hadapannya dengan tatapan tidak percaya. "Kenapa kamu menungguku begitu lama?" "Karena hatiku merindukanmu, benakku dihiasi bayang-bayangmu dan mataku ingin bertemu denganmu." Wanita itu tersenyum lebar. Lelaki itu menatap wanita di hadapannya dengan tatapan yang bersalah, membiarkan wanita menunggunya begitu lama di luar kantornya adalah hal yang paling bodoh yang pernah ia lakukan. "Jangan lakukan itu lagi, Dara. Kamu bisa menghubungiku, kamu bisa masuk ke dalam, kamu tidak harus menunggu diluar seperti ini, apa kamu nggak digigit nyamuk?" Dara terkekeh pelan. "Anggap aja itu sebagai harga yang harus kubayar untuk bertemu denganmu, aku nggak mau mengganggu jam kerjamu, Rob." Dara tersenyum manis, "Bagaimana kalau kamu mentraktirku makan malam untuk membalas penantian panjangku itu?" Dara memeluk lengan Robert dengan erat dan menatap lelaki itu dengan tatapan mata yang memelas. "Jangan lakukan ini lagi, aku tidak suka!" Robert menatap Dara dengan tajam, ia tidak suka melihat wanita teraniaya hanya karenanya. Ia akui bahwa ia bukanlah lelaki baik, ia jauh dari kata lelaki baik-baik, tapi ia tidak suka melihat wanita menderita hanya karenanya. Walau faktanya ia telah menyakiti banyak wanita, tapi ia tidak akan pernah tega melihat wanita menunggunya dan membayangkan betapa bosannya wanita itu hanya untuk menantikan kedatangannya. "Maafkan aku, aku janji tidak akan melakukannya lagi," Dara tersenyum manis dan mengerjap-ngerjapkan matanya, "Jangan marah lagi ya, aku laper nih." Dara berkata dengan manja dan mengguncangkan lengan Robert. Lelaki itu hanya bisa menarik nafas panjang dan menghelanya, ia tidak pernah bisa menang dari Dara, wanita itu adalah wanita menjengkelkan sekaligus wanita teraneh yang pernah dikenalnya, dan entah mengapa kehadiran wanita itu di dalam hidupnya membuat hidup Robert yang semula berwarna hitam-putih, menjadi lebih berwarna.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD