Mereka berdua berjalan menuju mobil Robert. Robert tidak mengerti kapan semua ini di mulai, tanpa ia sadari Dara sudah menghiasi hari-harinya, tanpa ia sadari tiada hari tanpa Dara di sisinya, membuat semua wanita yang menyukainya mulai menjauh. Dara itu ibarat singa betina yang akan mengusir semua lawannya, Dara tidak akan membiarkan targetnya di rampas oleh wanita lain dan ia bukanlah seorang wanita yang akan menyerah sebelum berjuang.
***
Menit demi menit telah berlalu, mereka tiba di sebuah mall ternama yang terletak di kawasan senayan, Jakarta selatan.
Dara bergelayut manja pada lengan Robert di sepanjang perjalanan mereka, Robert hanya bisa pasrah, ia sudah lelah untuk berdebat dengan wanita seperti Dara.
"Kita makan burger yuk!" Dara menarik tangan Robert memasuki sebuah restoran cepat saji, ia tidak mau menunggu persetujuan dari lelaki itu, dan Robert hanya bisa mengikuti setiap kemauan Dara.
Setelah memesan makanan, mereka duduk dalam keheningan. Dara menangkup wajahnya dengan kedua tangannya dan meletakkan tangannya pada meja di hadapannya, ia menikmati wajah tampan di hadapannya, sedangkan Robert hanya bisa diam dan pura-pura sibuk dengan ponselnya. Ia sadar bahwa ia adalah lelaki tampan dan menarik, tetapi Dara membuatnya merasa lebih dari sekedar lelaki tampan, Dara membuatnya merasa sangat dipuja?
"Kenapa kamu selalu memandangku seperti itu?" Robert mencairkan keheningan di antara mereka.
"Apa kamu percaya takdir?" Dara menatap Robert dengan lembut, ia menjawab pertanyaan Robert dengan sebuah pertanyaan yang jauh dari topik pembicaraan yang di mulai oleh Robert.
"Tidak ada yang namanya takdir di dunia ini, aku nggak percaya sama takdir, cinta, jodoh dan takdir itu hanyalah sebuah dongeng belaka."
Dara tersenyum tipis. "Dulu aku juga tidak percaya dengan takdir, jodoh dan cinta, tapi di saat bertemu denganmu, aku percaya bahwa takdir, jodoh dan cinta itu nyata."
Robert menautkan kedua alisnya. "Bagaimana bisa aku membuatmu mempercayai semua hal itu?"
Dara tersenyum manis. "Dulu, ada seorang peramal di Inggris yang meramalkan masa depanku, katanya aku akan bertemu dengan lelaki yang akan membuatku tidak dapat mengalihkan pandanganku darinya, dan dia bilang bahwa aku akan menjadi penyelamatnya, aku akan yakin bahwa ia adalah jodohku di saat kami dipersatukan di dalam air."
Robert terkekeh pelan. "Apa yang dimaksud peramal itu adalah aku?apa maksudnya dipersatukan di dalam air?"
"Suatu saat nanti aku akan membuatmu yakin bahwa aku adalah jodohmu," ujar Dara sembari mengedipkan sebelah matanya.
Robert terkekeh pelan dan menggeleng-gelengkan kepalanya. Sungguh, wanita di hadapannya itu adalah satu-satunya wanita yang tidak bisa ia tebak, wanita itu selalu melakukan hal yang tidak pernah di duganya.
"Berhenti berharap pada sesuatu yang tidak mungkin, Dara." Robert tersenyum tipis.
Dara tersenyum lebar sehingga memperlihatkan susunan gigi putihnya. "Di dunia ini tidak ada yang tidak mungkin." Dara menarik tangan Robert dan membawa tangan lelaki itu ke dalam genggamannya,"Aku akan menjadi istrimu kelak."
Robert membelalakkan kedua matanya, ia menatap Dara dengan tatapan tidak percaya, wanita di hadapannya ini adalah wanita yang penuh dengan percaya diri, bisa di bilang dia adalah wanita yang terlalu percaya diri, dengan seketika tawa Robert pecah begitu saja, entah kapan terakhir kalinya ia tertawa lepas karena seseorang.
"Kamu lucu,"ujar Robert.
Dara mengerucutkan bibirnya. "Aku serius Rob." Dara mengeratkan genggaman tangannya, "Aku akan menikah denganmu."
"Apa kamu tengah melamarku saat ini?" Robert terkekeh pelan.
"Apa kamu ingin aku melamarmu?"
Robert terdiam melihat keseriusan dari mata Dara, wanita itu serius dengan ucapannya, Robert tersenyum tipis dan menarik tangannya dari genggaman tangan Dara. "Mari kita makan," ujar Robert.
***
Setelah menghabiskan makan malam mereka, Dara memaksa Robert untuk memasuki pusat permainan yang ada di mall itu. Dara bahkan memaksa Robert untuk bermain semua permainan yang ada di pusat permainan itu.
"Sini Rob!" Dara menarik tangan Robert dan mengajak lelaki itu menari bersama dengannya.
"Mesin permainan ini baru tiba di Indonesia sekitar sebulan yang lalu, kita hanya perlu menggerakkan tangan kita seperti gambar orang yang ada di layar itu." Dara menjelaskan permainan yang berada di hadapannya, ia adalah ratu video games, enath sudah berapa banyak permainan yang sudah di mainkannya sebanyak beratus kali di sebuah pusat permainan.
Robert terkekeh pelan. "Kamu hebat, kamu bisa tahu kapan mesin itu tiba di Indonesia."
Dara tersenyum lebar, mendengarkan pujian dari lelaki pujaannya adalah hal yang sangat membuatnya bahagia, tanpa basa-basi lagi Dara menggesekkan kartu permainannya dan mulai mempermainkan permainan itu, Dara menggerakkan tubuhnya seiring dengan lagu yang dilantunkan dari permainan itu, tubuh Dara yang lentur terlihat indah saat menari, sedangkan di samping Dara, Robert menari bagaikan sebuah robot rusak, walaupun ia bukanlah penari sebaik Dara, tetapi Robert bahagia bersama dengan wanita itu, tanpa ia sadari, ia merasa nyaman saat bersama dengan Dara.
Setelah menghabiskan waktu selama dua jam di pusat permainan tersebut, mereka segera meninggalkan pusat permainan itu dan berjalan ke parkiran mobil.
Dara bercerita dengan antusias tentang semua permainan yang telah mereka mainkan, sedangkan Robert hanya bisa terkekeh geli melihat sifat kekanak-kanakkan Dara. Wanita itu berbeda dengan wanita yang di kenalnya. Dara bisa menjadi kekanak-kanakkan dan dewasa di saat yang bersamaan. Ia juga adalah wanita menjengkelkan dan aneh yang pernah ia kenal. Robert tidak pernah bisa menebak isi kepala seorang Dara.
"Rob.."Dara menarik tangan Robert dan memeluk tubuh lelaki itu, "Kamu jalan jangan melamun, hampir aja kamu ketabrak." Dara mengeratkan pelukannya pada tubuh Robert.
Nafas Robert memburu, sedikit saja ia meneruskan langkahnya, maka saat ini ia akan terbaring lemah pada lantai parkiran itu, sebuah mobil hampir saja menabraknya jika Dara tidak menarik tangannya. "Makasih," ujar Robert.
"Kenapa kamu selalu ceroboh?" Dara mendengus kesal, ia melepaskan pelukannya dan menatap Robert dengan tajam. "Hidup itu terlalu berharga untuk di akhiri." Dara melanjutkan perkataannya.
Robert menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. "Aku bukannya ceroboh Dara, aku tidak memperhatikan mobil itu."
"Itu namanya ceroboh!"
Robert menarik nafas panjang dan menghelanya. "Baiklah..maafkan aku yang ceroboh ini."
Dara tersenyum lebar."Tenang aja Rob, aku akan selalu menjadi malaikat pelindungmu." Dara berjinjit dan mengecup bibir Robert secara tiba-tiba. Robert terpaku menerima ciuman Dara, sungguh, wanita itu adalah wanita yang tidak dapat di prediksi.
"Ayo kita pulang!"Dara tersenyum manis dan melambaik-lambaikan tangannya kepada Robert.
Robert tersenyum manis dan berjalan mendekati Dara.
'Malaikat pelindung?' Gumam Robert di dalam hatinya, sebuah senyuman kembali terukir pada wajahnya.