BAGIAN SEMBILAN

1013 Words
Mila dan heni yang mendengar perkataan ana sampai mengerjapkan matanya berkali-kali, sampai mengusap telinga berkali-kali hingga merah. Ana bilang apa? Hanya rekal? Bahkan kejadian dulu sebelum ana masuk kesekolah ini membuat siapapun enggan untuk ke atap, jangan kan menginjak mendekat saja mungkin tak ingin. "Lu gak di apa-apain kan?" Ucap mila, dan ana menggeleng "Luka di tangan lu bukan rekal yang buat kan?" Ucap heni "Ini?" Ucap ana lalu menunjuk luka nya, mila dan heni lalu mengangguk. "Bukan, ini gue nya aja petakilan. Gue lagi nguping, eh gak sengaja senggol besi tajem, dan besi nya jatoh" lanjut ana menceritakan seolah seru, padahal heni dan mila menatap khawatir dan deg-deg'an mendengarnya. "Syukur deh" ucap mila dan heni berbarengan. "Ko syukur si?" Ucap ana lalu menatap bingung "Syukur lu gak di abisin ama rekal" ucap mila "Iya untung lu masih utuh" ucap heni "Rekal gak mungkin kali berani ama cewe" ucap ana "Iya emang dia gak berani mukul, tapi mulutnya pedes banget sampe ke ulu hati" ucap mila "Bener tuh kata si mila" ucap heni, Ana langsung terbengong mendengar penuturan mila. Sebegitu seramkah seorang rekal yang dijuluki macan bahkan serigala sekalipun disekolah maupun diluar sekolahnya. "Udeh ah ke kelas kuy" ucap ana, lalu mereka berjalan menuju kelas tentu banyak tatapan iri, memuja dan membenci kepada mereka terutama Ana. Emang pada sadarnya Mila dan heni terkenal cantik dan tak suka yang namanya menunduk pada kaka kelas yang belaga seenak-enaknya, ditambah murid baru yang memang Bar-bar sedari sekolah lama membuat mereka cukup disegani untuk kalangan sekolah nya. Liat noh mereka centil banget Iya berani-berani nya deketin rekal juga Sok cantik banget najis Belagu banget Sampah temenan ama sampah Ana yang mendengarnya mengepalkan tangannya dengan erat, hani dan mila yang menyadari lalu memegang tangan ana, bukan karena apa. "Santai" ucap mila berbisik, walau dalam hati juga ingin sekali menonjok hingga babak belur. Ana yang mendengar lalu menetralisir kan emosi sesaat nya, lalu wajah yang datar kembali tersenyum dan tertawa seolah melupakan emosinya, sedangkan yang berada di koridor menatap tak percaya secepat itu perubahan moodnya bahkan mimik muka nya. "Kalian gak pernah lawan?" Ucap ana ketika sampai dikelas, lalu duduk ditempatnya. "Lawan?" Ucap heni "Kita ngelawan mereka?" Ucap mila, ana yang mendengar hanya mengangguk. "Bukan level kita na" ucap heni "Apa kaloan takut?" Ucap ana "Takut? Hahaha. Bukan takut na, tapi kita tau mereka menang bacot doang" ucap mila, ana yang mendengar langsung mengangguk dan tersenyum. "Nah temen kaya gini nih yang sejalan sama gue" batin ana "Mantapp slurrrr" ucap ana "Eh na lu serius masih mau ngejar rekal?" Ucap heni "Iya serius lah, makin menantang aja dia" ucap ana "Dasar gilaa" ucap mila "Gila cuman dia yang gak terpesona sama cantiknya gue" ucap ana "Pede mampus lu na" ucap heni "Selera dia tinggi, mungkin bagi dia lu paling rendahnya" ucap mila "Setinggi apa si?" Ucap ana "Eh banyak yang cantik luar binasa na, disini lah, disekolah lain tetep aja dia beku kaya es yang nihil untuk cair" ucap mila "Kalo dia bisa cair gimana?" Ucap ana "Itu karena kesian sama lu" ucap mila, lalu mereka tertawa melihat muka ana yang kesal karena omongan mila. "Gais bayar uang kas dong" ucap Rani berteriak sedikit lantang, ia sang bendahara kelas, yang menguras kantlng disaat tagihan sudah banyak. "Yaellah ran, besok kek" ucap opik "Besak besok mulu lu pik, sini bayar" ucap rani. "Ran gue mau bayar" ucap heni, rani yang mendengarnya langsung mendekatkan dirinya kepada heni. "Mana hen" ucap rani "Na bayarin dulu" ucap heni, ana yang mendengar hanya melotot pada heni, sedangkan heni hanya menyengir seolah tak berdosa sudah bicara seperti itu. "Et lucknut banget" ucap ana, ia langsung mengeluarkan dompetnya untuk membayar kas heni "Gue sekalian" ucap mila "Gimana jadi nya na?" Ucap rani "Udeh bayarin semuanya dah" ucap ana lalu mendengus dengan kesal, heni dan mila lalu tersenyum dan memeluk ana. "Ada maunya doang meluk gue" ucap ana "Eh na ini poto siapa dah?" Ucap heni yang ketika melihat poto anak kecil laki-laki didompet milik anak "Ganteng banget anj, gimana gedenya ya" ucap mila yang langsung merebut untuk melihat poto tersebut. "Oh itu, gue disuruh cari sama alm ayah gue, cuman gue gak tau sekarang dia dimana dan segede apa" ucap ana "Poto lama ini mah, pasti udeh gede nih bocah" ucap mila "Ko ganteng gue pacarin ah" ucap heni "Yeh dasar lu" ucap mila "Emang kenapa alm ayah lu mau nyari nih anak" ucap heni, ana terdiam ketika mendengarnya. Karena ia tak mungkin menceritakan semuanya sebelum waktunya. "Ah kepo lu" ucap ana sambil tertawa, dan memasukkan kembi foto tersebut ke dompet. "Ah siake lu na" ucap mila "Eh denger-denger kemaren senin sekolahan diserang ya?" Lanjut mila "Kaya nya si, pantesan disuruh pulang cepet gitu" ucap heni "Iya di serang, kan gue di sandera anjir" ucap ana, mila dan heni yang mendengarnya langsung menatap ana tak percaya. "Serius lu?" Ucap mila "Eh ada yang luka gak?" Ucap heni "Kaga, cuman memar aja gara-gara tuh orang cengkrem gue kenceng banget" ucap ana "Terus, terus?" Ucap mila "Eh ko lu bisa di sandera?" Ucap heni "Pas kita ke parkiran bareng tuh, hape gue ketinggalan kan, nah gue ambil dulu, terus emang sekolah udeh sepi banget ya cuman beberapa orang doang dah. Nah abis itu mau balik nih gue siake banget ban gue ada yang bocorin" ucap ana menceritakan kejadian yang lalu. "Terus?" Ucap mila, seakan seru. Ia mendengarkan sambil memakan ciki yang tadi ia beli di kantin. "Gue jalan dong, gue kira ada angkot atau taksi gitu. Begonya gue" ucap ana "Lah emang lu b**o kan dari kemaren" ucap heni "b*****t lu" ucap ana "Terus lu kenapa begonya?" Ucap mila "Begonya gue, gue berdoa "Gak ada yang lebih sial lagi apa yaalalh" Gitu. Eh doa gue di denger ternyata, tuh sekolah lain dateng, mungkin nih niat hati mau langsung nyerang, eh kebetulan karena gue cantik kali ya mereka berhenti terus nggoda gue. Eh bangsatnya gue malah di colak colek, gue tampar aja" ucap ana "Terus? Eh anjir ko makin seru ya"  Ucap heni "Eh tiba-tiba gengnya si rekal dateng tuh, si bimo ama riki lah terus gue tiba-tiba di sandera, tangannya dia di leher gue anjir, ampe keabisan nafas gue" ucap ana "Untuk ada rekal yang nolongin, terus gue di anter pulang tauu" lanjut ana lalu tersenyum sambil membayangkan kembali ketika rekal menyebutnya "Miliknya" Heni dan mila yang mendengar langsung mengerjapkan matanya "Apa? Rekal nyelamatin lu?" Ucap heni, dan anna mengangguk sambil tersenyum. "Gue gak salah denger kan?" Ucap mila, dan ana menggelengkan kepalanya bertanda tidak. "Ada angin apa rekal nolongin cewe gesrek kaya lu" ucap heni
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD