part 2

1194 Words
Hari ini adalah hari pertama aku menjadi dosen, dan aku tak ingin terlambat. Untungnya aku terbiasa bangun pagi karena itu yang diajarkan mama dan papa pada kami anak anaknya. Disiplin waktu, itu yang diajarkan kedua orangtuaku yang sampai saat ini masih aku lakukan dan juga kakak kakakku lakukan. Setelah mandi aku berdiri di depan lemari bajuku yang terbuka lebar, aku masih memakai kimono mandi di tubuhku. Memilih beberapa baju dan pilihan terjatuh pada celana panjang bahan berwarna abu abu dan kemeja polos wanita press body berwarna baby blue, warna kesukaanku. Aku berjalan menuju rak sepatu setelah outfit aku pakai, dan pilihanku jatuh pada flatshoes berwarna hitam. Rambut hitamku yang panjang aku gerai lepas, tapi  aku juga membawa  ikat rambut untuk  mengikatnya  nanti. Walaupun aku seorang dosen bukan berarti gayaku akan seperti dosen dosen yang kalian kenal biasanya. Hei usiaku masih 25 girls, jadi aku harus bergaya sesuai usiaku dong. Aku merapikan beberapa materi yang sudah aku siapkan untuk hari pertamaku mengajar, kemudian memasukkannya dalam tas. Aku berjalan menuruni tangga menuju ruang makan, kamarku, kamar kak Lana dan kamar kak Naro ada di lantai 2 sedangkan kamar papa dan mama di lantai bawah. Aku duduk di meja makan sendirian, jam menunjukkan pukul 7 pagi, semua orang pasti sedang melakukan kegiatan rutin di pagi hari, karena jam kerja mereka adalah jam 9 pagi, biasanya jam 6 kita akan jogging bersama berkeliling komplek dan sayangnya mulai hari ini aku tak bisa ikut kegiatan rutin keluargaku itu karena jam 7 aku harus sudah bersiap dan berangkat ke kampus tempat aku mengajar. Mama melangkah keluar dari dapur dan menuju tempatku duduk. "Selamat pagi ma," sapaku. "Selamat pagi sayang," jawab mama mencium puncak kepalaku. "nggak ikut jogging Kei?" "Nggak ma, ini kan hari pertama aku mengajar ma, aku tidak mau telat." "Ya sudah sarapan dulu, baru berangkat. Kamu diantar sopir ya Kei?" "Nggak perlu ma, aku naik taksi saja." "Tapi sayang...." "Nggak apa apa ma, aku bukan anak kecil lagi yang harus diantar jemput sopir." Itulah mamaku, selalu menganggap aku masih anak kecil padahal aku sudah dewasa. Bahkan aku sudah menjadi dosen. Tapi memang anak bungsu akan selalu dianggap masih kecil dibanding kakak kakaknya, itu yang aku tak suka. Walau selama ini aku yang paling manja tapi bukan berarti aku tidak bisa jaga diri. Selama di Amerika aku menyempatkan diri mempelajari seni bela diri Thai boxing, untuk menjaga diri saja menghadapi orang orang jahat, tahu sendiri di Amerika kehidupannya seperti apa, aku harus pandai menempatkan diri agar tidak diganggu. Setelah sarapan pagi, aku pamit pada mama dan keluar rumah. Walau papa pengusaha besar tapi beliau tidak suka hidup bermewah-mewah sehingga rumah kami hanya berlantai 2 dengan gaya vintage favorit mama. Rumah sederhana tapi elegan. Aku menghentikan sebuah taksi yang melintas di jalan depan rumahku dan menuju kampus tempat aku mengajar. Sekitar 45 menit kemudian aku sudah sampai di depan kampus, aku berdiri menatap bangunan kampus yang megah itu, aku akan melangkahkan kakiku saat seseorang menabrak aku dari belakang sehingga aku terhuyung, untungnya aku bisa menguasai tubuhku tak sampai terjerembab ke depan. Aku membalikkan badan, aku melihat seorang gadis sedang terburu-buru, ia akan berjalan melewati aku setelah menabrak tubuhku. "Hei kamu...tunggu!" panggilku padanya, gadis itu berhenti dan membalikkan badan. "Elo bicara sama gue?" tanyanya ketus. "Bukannya kamu harusnya minta maaf setelah menabrak orang dengan tubuhmu itu?" "Minta maaf? mimpi kamu. Aku Aura Zivanna Putri nggak akan minta maaf karena hal sepele," jawabnya angkuh kemudian berjalan mendekati aku. "Elo mahasiswa baru?" tatapannya menyelidik melihatku dari atas sampai bawah. Sebelum aku menjawab pertanyaannya dia kembali bersuara. "Ingat muka gue ini mahasiswa baru, elo nggak akan tenang kuliah disini, karena disini aku yang berkuasa." "Dasar labil," ucapku kemudian berjalan meninggalkannya, kulirik dari ujung mataku sepertinya dia marah dengan ucapanku seperti itu. Aku tidak percaya masih ada senior yang akan membully mahasiswa baru seperti itu, kemana fikiran dewasa seorang mahasiswa. Jadi apa negeri ini kalau mahasiswanya bersifat seperti itu, pantas saja banyak pejabat yang oragan di negeri ini karena saat mahasiswa terjadi diskriminasi senior junior. Aku menuju kantor administrasi tapi aku diminta menemui rektor terlebih dahulu sebelum mulai mengajar untuk melaporkan kalau aku akan mulai mengajar hari ini dan juga mengenal sosok pimpinan di kampus ini. Setelah menemui rektor aku dikembalikan ke bagian administrasi untuk mengambil jadwal mengajarku. Karena gelarku doktor aku mengajar program S2 dan S1. Aku berjalan menuju ruangan dimana aku akan memberikan perkuliahan, sebuah aula yang cukup besar. Aku memasuki ruangan yang pintunya terbuka lebar itu, aku lihat semua kursi sudah hampir penuh. Aku berjalan menuju meja yang dipersiapkan untuk dosen di depan, aku lirik ke barisan paling depan dan aku lihat gadis yang tadi menabrak aku ada disana dengan tatapan tajam menatapku. Aku hanya meliriknya sebentar kemudian fokus menuju meja dosen. "Hei anak baru, ngapain elo disitu. Itu meja dosen bukan untuk mahasiswa baru," cerocos gadis itu. Aku meletakkan tas dan materi yang aku bawa di meja, kemudian menghadap ke arah mereka. "Selamat pagi semua, perkenalkan nama saya Keinarra Disha Alea, saya dosen mata kuliah matematika bisnis kalian yang baru karena dosen sebelum saya akan pindah ke Aussie. Ada pertanyaan?" Gadis itu terkejut dengan pernyataanku, matanya melihat tak berkedip padaku yang aku balas dengan senyuman. Semua mahasiswa mulai berbisik bisik memandangku. "Kalau ada yang ingin kalian tanyakan, tanyakan pada saya, Jangan bertanya pada teman kalian," ucapku sedikit keras membuat seisi aula diam. "Bisa kita mulai?" Seseorang di belakang mengacungkan tangannya. "Iya?" Kita panggil ibu atau apa? karena saya pikir anda masih seumuran dengan kita kita?" tanya seorang mahasiswa. "Siapa nama kamu?" "Rio." "Kalian bisa memanggil saya Bu Narra, atau Miss Narra seperti biasa kalian memanggil dosen dosen kalian," ucapku lugas. Aku sudah biasa mendengar pertanyaan seperti ini, karena saat di USA semua mahasiswa yang aku ajar juga menanyakan hal sama. "Usia ibu Narra sebenarnya berapa? Ibu tidak pakai susuk kan agar awet muda?" Aku tergelak mendengar pertanyaan absurd dari mahasiswa bernama Rio itu. "Pertanyaan Macam apa itu? tapi baiklah akan saya jawab. Saya sejak SMP ikut kelas akselerasi, bahkan S1 dan S2 saya selesai dengan cepat. Dan saya menyelesaikan S3 di usia saya yang ke 24 tahun. Saya mengajar di Columbia university selama 6 bulan kemudian saya putuskan pulang ke Indonesia dan apply di universitas ini." "Menggelikan sekali, mana ada hal semacam itu?" ucap gadis bernama Aura itu semakin sinis menanggapi penjelasanku. "Anda, nona Aura Zivanna Putri. Jika memang anda tidak berkenan berada di kelas saya. Silahkan keluar." ucapku tegas. "Oke, siapa juga yang butuh mata kuliah ini." Aura menjawab sembari membereskan buku-bukunya di meja, aku hanya bisa menghela nafas karena di hari pertama aku mengajar sudah menebar bibit permusuhan dengan mahasiswa walau bukan aku yang memulainya. Aura berjalan keluar dari aula dan menutup pintu dengan keras. Aku mengalihkan pandanganku pada semua mahasiswa di depanku. "Ada yang mau menyusul nona Aura? silahkan saya tunggu, 5 menit kemudian saya akan mulai mata kuliah matematika bisnis. Setelah itu saya tidak mau tahu ada mahasiswa yang absen dari mata kuliah yang saya ajarkan ini atau kalian akan dapat nilai F ,dan itu berarti tidak lulus di mata kuliah saya," ucapku menegaskan. Semua mahasiswa saling pandang dan diam hingga 5 menit tak ada yang keluar dan aku pun memulai mata kuliah yang aku pegang. Lynagabrielangga.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD