Elena yang merasa khawatir Alexa belum kembali, dia meminta tolong kepada Peter untuk mencari Alexa. Setelah 1 jam Peter dan Alexa belum juga kembali. Elena menatap Sesil sudah terlelap dalam tidurnya. Dengan perasaan cemas, Elena mengambil mantel coklatnya. Dia keluar untuk mencari Peter dan Alexa. Dia terus menyusuri jalan sepi di malam hari itu.
Elena melebarkan matanya tidak percaya apa yang dia lihat saat ini. Dia menutup mulutnya. Dia melihat kakanya Peter berciuman dengan teman baiknya Alexa. Bukannya Elena tidak tahu, kalau Alexa sering mencuri pandang kepada Kakaknya. Elena juga tidak bisa menyalahkan Alexa atau Peter. Yang dia takutkan adalah kalau sampai Sesil mengetahui ini, pasti akan menjadi masalah besar.
Elena tidak marah, justru dia senang kalau Kakaknya dan Alexa bisa bersama. Elena tersenyum kecut. Tentu saja itu tidak mungkin. Pikir Elena.
Mungkin saja. Alexa bukan wanita biasa. Dia adalah anak keluarga Jhonson. Pasti kalau Kakanya menikah dengan Alexa. Perjodohannya dengan pria itu bisa dibatalkan. Karena orang tua Elena otomatis akan bekerja sama dengan orang tua Alexa.
Elena tersenyum bahagia. Memikirkan itu semua. Tetapi saat teringan nama.
Sesil.
Wajah Elena sedih. Tidak mungkin dia tega menyakiti Sesil. Sesil wanita yang baik. Dia tidak boleh egois. Belum tentu tentu Peter menyukai Alexa. Akhirnya Elena memutuskan untuk kembali. Dia akan bertanya nanti bila waktunya tepat, kenapa Alexa dan Peter bisa berciuman seperti itu.
Di lain tempat, sama seperti Elena. Pedro yang saat itu ada di sana saat ingin menolong Alexa. Dia urungkan karena Peter lebih dulu datang yang menolong Alexa. Pedro bingung, apa dia harus berbicara dengan James tentang masalah ini atau tidak?
Tetapi kalau dia bilang kepada James. Pedro tidak tega dengan Alexa yang akan mendapatkan kemurkaan James karena berani berciuman dengan pria lain, padahal statusnya adalah istri resmi James. Pedro semakin bingung. James saja bisa bermesraan dengan Siera. Seharusnya James tidak boleh marah dengan Alexa. Ah, Pedro benar-benar dibuat pusing dengan pasangan suami istri yang satu ini.
Back to Paris
Setelah malam itu. Rombongan Alexa kembali ke hotel, di pagi hari. Harusnya pagi itu mereka berencana ke Venice. Alexa memilih tinggal di hotel. Dia masih syock dengan kejadian semalam.
Untungnya Elena mengerti dan menemani Alexa selama di hotel. Peter dan Sesil melanjutkan liburan mereka berkeliling kota Venice. Seminggu sudah liburan mereka. Alexa tidak menikmati liburan ini. Dia merasa sangat bersalah kepada Sesil, karena berani berciuman dengan Peter.
Malam hari tepat jam 3 dini hari, Alexa sudah tiba di flatnya di Paris. Alexa sangat mengantuk. Dia melangkah ke kamarnya. Tanpa menyalakan lampu kamar. Alexa meletakkan koper dan tasnya di lantai. Dia tidak cuci muka atau membersihkan badannya.
Alexa langsung mengambil posisi di dalam selimut. Rasanya ingin sekali dia beristirahat. Ini salah Elena karena sebelum pulang dia mengajak Alexa untuk ke club menamani Elena bersenang-senang. Alexa benar-benar tidak menyangka dia mengikuti ajakan Elena untuk ke club.
Sinar matahari masuk melalu celah jendela. Membuat Alexa yang terlelap dalam tidurnya merasa terganggu. Entah kenapa Alexa merasa sangat nyaman dan hangat di tidurnya kali ini.
Perlahan kesadaran Alexa mulai muncul. Dia merasakan sesuatu menimpa kakinya. Dan dia merasa memeluk guling yang sangat besar dan guling ini beraroma maskulin.
Tunggu, sejak kapan Alexa membeli parfum pria !
"Aaaaaa".
Alexa berteriak saat membuka matanya dia menatap d**a telanjang pria dihadapannya. Pria itu memeluk Alexa. Oh, bukan. Tetapi Alexa yang memeluk pria itu. Lalu kaki pria ini mengapit kaki Alexa. Dengan sekuat tenaga Alexa mendorong pria yang sudah berani tidur di ranjangnya.
"Auw" ringis pria itu.
"James" ucap Alexa tak percaya.
"Apa selama di kampus, cuma mengajarkanmu berteriak dan bertingkah tidak sopan dengan suamimu ini?" ucap James ketus.
"Oh, itu salahmu. Kenapa seenaknya masuk dan tidur di ranjangku?" ucap Alexa tak kalah ketus.
"Apa ranjangmu? Ini adalah flatku. Jadi kamar dan ranjang ini punyaku. Jadi terserah aku" ucap James datar.
"Ish" cibir Alexa.
Alexa malas berdebat lebih lama lagi dengan James. Percuma pria menyebalkan ini tidak akan pernah mau mengalah. Entah datang dari mana pria itu bisa masuk ke dalam kamarnya.
Alexa membuka kulkasnya. Dia melihat persedian makanannya. Dia lupa seminggu di Roma. Sayurannya banyak yang sudah tidak segar. Alexa membersihkan isi kulkasnya. Membuang sayuran yang sudah tidak segar.
Setelah beres, Alexa mulai mengambil Apron birunya. Dia mulai membuat omlet untuk sarapan. Oh Alexa lupa. Dia harus membuat dua omlet. Saat ini ada James.
Entahlah. Alexa juga malas memikirkan kenapa pria itu berada di sini. Perlahan dengan keahliannya. Alexa mempraktekkan cara membuat omlet sesuai dengan yang sudah dia pelajari. Dengan cekatan tangan Alexa mulai meletakkan omlet yang sudah jadi. Alexa tersenyum. Setidaknya pagi ini dia bisa sarapan yang bergizi.
Tanpa Alexa ketahui, sejak tadi James menatapnya. Entah perasaan apa yang ada di hati James, secara tidak sadar dia terpesona melihat keahlian tangan Alexa membuat masakan. Melihat Alexa akan datang ke meja makan. James membalikkan badannya. Dia berpura-pura membaca koran untuk menutipi mukanya. Tanpa James sadari Alexa terkekeh melihatnya.
Alexa meletakkan piring berisi omlet buatannya dihadapan James. Lalu dia menggeser bangku dan mendaratkan bokongnya. Alexa mulai mengambil pisau dan garpu. Entah kenapa dia masih saja terkekeh.
"Apa yang kamu tertawakan?" tanya James datar dengan muka yang masih tertutup koran.
"Tidak. Bukan apa-apa. Hanya saja, baru kali ini aku merasa kau sangat hebat. Bisa membaca koran dengan terbalik" jawab Alexa dengan terkekeh.
James menatap korannya. Dia merasa malu sekali. Bodohnya dia tidak menyadari kalau koran itu terbalik. Dengan cepat James melipat korannya dan meletakan di sampingnya.
"Makan. Jangan banyak tertawa. Tetap saja wajahmu jelek" ucap James ketus.
Ingin rasanya tawa Alexa meledak melihat James yang salah tingkah. Alexa tersenyum dan melahap omlet buatannya hingga habis. Sesekali James melirik Alexa yang dengan santai memakan omletnya.
"Jangan mencuri pandang" ucap Alexa asal.
"Siapa? Maksudmu aku? Hei enak saja. Terlalu percaya diri kamu" ucap James ketus.
Alexa hanya menaikkan bahunya acuh. Dia mengangkat piring kotor bekas miliknya ke dapur. Setelah Alexa ke dapur, James bernafas lega. Dia pun melahap omlet buatan istrinya.
Satu kata yang James rasakan "Lezat", tetapi tidak mungkin dia bilang kepada Alexa. Yang ada Alexa akan berbesar kepala. Jujur James memakannya hingga habis. Menurutnya ini omlet terenak yang pernah dia rasakan.
Mencuci piring, mengelap meja dan merapikan peralatan dapurnya itulah yang Alexa lakukan pagi ini. Alexa terbiasa menjaga kebersihan dapurnya. Dia tidak ingin dapurnya terlihat kotor dan berantakkan.
"James, apa kamu tidak kerja atau pergi kemana gitu?" tanya Alexa yang baru selesai merapikan dapurnya.
"Apa pedulimu?"
"Bukan, hanya saja. Yasudahlah terserahmu" ucap Alexa menyerah.
Drrrt drrrt
"Halo, Elena ada apa?"
"Alexa, bisakah kita bertemu hari ini. Atau kita mencoba untuk membuat cake baru?"
"Maaf, seperti jangan hari ini. Aku lelah sekali" bohong Alexa. Dia tidak mungkin mengajak Elena ke tempatnya.
"Oh, baiklah. Sayang sekali. Oh ya. Ada hal yang ingin aku bicarakan padamu"
"Bisakah kita teruskan nanti saja. Aku sedang di kamar mandi" ucap Alexa berbohong lagi. Karena dia melihat James berjalan menghampirinya.
"Oh. Oke baiklah. Sampai jumpa".
Alexa mengikuti James yang masuk ke kamar. Dan apa ini, kenapa walk in closet pribadinya di bongkar oleh pria tak dikenal.
"James. Apa yang kamu lakukan?" tanya Alexa kesal.
"Untuk sementara aku akan tinggal disini. Jadi semua barang-barangku harus berada di tempatnya dengan rapi" jawab James santai.
"Pedro, lanjutkan. Pindahkan baju-baju tidak penting itu ke bawah. Oh baiklah, aku masih berbaik hati. Berikan dia seperempat bagian agar bisa meletakkan baju-baju gembelnya".
"James. Kenapa aku cuma seperempat. Pakaianku banyak apalagi baju-baju dinasku. Kau ini pria kenapa membutuhkan space besar untuk bajumu" ucap Alexa kesal.
Apalagi melihat seragam masaknya tegeletak dibawah.
"Oh, tidak. Bajuku. Baju perangku" ucap Alexa mengambil seragam putihnya itu.
Pedro mulai mengeluarkan koper yang Alexa bawa dari Roma. Koper itu baru saja Alexa pindahkan ke dalam tanpa mengeluarkan isinya.
"Pedro. Stop. Biarkan koper itu disana. Aku belum merapikannya" teriak Alexa. Pedro menghentikan aktivitasnya.
"Pedro pindahkan atau lemparkan saja ke tempat sampah" ucap James datar.
"Pedro, jangan!"
"Pindahkan!"
"Jangan!"
"Pindahkan!"
"Jangan!"
"Pindahkan, Pedro. Aku Bosmu".
"Jangan, Pedro".
Pedro yang bingung menatap James dan Alexa hanya menggelengkan kepalanya. Lagi-lagi pasangan suami istri berbuat ulah.
"Baiklah. Kalau kau tidak mau memindahkannya. Biar aku buang ke tempat sampah" ucap James berjalan merebut koper di tangan Pedro.
"Jangan, sentuh milikku" ucap Alexa berlari merebut kopernya.
Sayangnya kaki Alexa tersangkut kaki bangku yang berada di tengah-tengah. Alexa kehilangan keseimbangannya dan hampir terjatuh kalau saja James tidak cepat menangkap pinggangnya.
Brak
Koper Alexa terlempar tanpa sengaja ole James yang repleks menangkap Alexa. Alexa dan James masih saling bertatapan tidak percaya, sekali lagi mereka berada dalam kedekatan seintim ini. Alexa berada dipelukan James.
Pedro yang melihat koper Alexa berantakkan, menghampiri dan hendak merapikan barang-barang Alexa. Tetapi niatnya terhenti melihat isi koper itu berjatuhan tak beraturan.
"Kau melempar koperku" desis Alexa kesal.
Alexa mendorong d**a James. Dan melangkah menghampiri kopernya. Alexa menutup mulutnya tak percaya.
"PEDRO KELUAR DARI KAMARKU SEKARANG!" bentak Alexa