BAB 5 Tuscany

1620 Words
"Tuan, apa kita akan Tuscany besok pagi ?" tanya Pedro kepada James. "Ya. Aku ingin tahu ada masalah apa disana" jawab James merapikan kertas-kertas diatas mejanya. "Tuan, maaf. Nyonya Victoria minggu depan akan ke Paris. Dia sedikit curiga anda tidak ada disana" ucap Pedro. James menghentikan aktivitasnya. "Shiit" umpat James. "Lalu, apa si juru masak itu sudah berada di sini?" tanya James kesal melanjutkan aktiviyasnya. Pedro sempat ingin terkekeh. Tanpa sadar Tuannya menanyakan tentang istrinya. Tetapi Pedro menahan kekehannya. Karena kalau sampai James mengetahui, sudah dipastikan Pedro akan mendapat memar disekitar wajahnya. "Sudah Tuan. Sore ini mereka sedang berada di Menara Pisa". "Bersama siapa saja?" "Elena dan Kakaknya Peter-" "Peter? Seorang pria ? Shiit. Apa yang dilakukan juru masak bodoh itu sampai dia pergi dengan pria lain. Padahal statusnya sudah menikah" ucap James kesal. Pedro hampir saja terlepas tawanya. Lagi-lagi Tuannya mengkhawatirkan istrinya. Padahal dia belum mengatakan yang sebenarnya. "Maaf, Tuan. Ada satu wanita lagi bernama Sesil tourgate dan kekasih dari Peter". James menghentikan aktivitasnya lagi dan menatap Pedro. Pedro menunduk dia tidak berani menatap Tuannya. Karena dia tahu, Tuannya marah karena malu udah salah mengartikan perkataannya tadi. "Siapkan segala keperluanku besok pagi" ucap James datar. Pedro menganggukkan kepalanya dan pergi. ------- Udara sangat sejuk. mobil yang disewa oleh Peter sedang melaju membelah jalanan yang dipenuhi pemandangan yang sangat indah. Hamparan perkebunan anggur yang terlihat mempesona dan udara yang begitu sejuk menemani perjalan mereka. Sesampainya di perkebunan anggur terbesar disana mereka disambut oleh wanita paruh baya. Wanita itu memberikan apron bewarna ungu kepada Alexa, Elena, Sesil dan Peter. Mereka semua kini melangkah melewati hamparan kebun anggur yang sangat indah. Ada seorang laki-laki tua yang membantu mereka membawa troli berisi keranjang untuk meletakkan anggur yang telah di panen. Untung saja Alexa menggunakan apron, kalau tidak bisa dipastikan kemeja putih yang kenakan akan bernoda ungu. "Wow, ini sungguh menyenangkan" ucap Elena senang. "Ini anggur kualitas nomor 1" ucap Alexa sambil mengamati anggur ditangannya yang baru dia petik. "Kau sudah dengar. Tuan akan berkunjung lagi". "Iya. Kabarnya dia akan mengecek gudang dan persediaan anggur". "Gawat kalau sampai dia mengamuk, kita bisa tidak tidur malam ini". Alexa menatap para pekerja yang sedang memetik anggur sedang mengobrol. Alexa tidak mendengar jelas, dia menyimpulkan pemilik kebun ini pasti pria tua yang sangat sombong. Dia tidak tahu perjuangan pemetik anggur harus berpanas-panasan dalam memetik anggur da harus mempunyai tenaga extra. Kini Alexa dan Elena sudah berada di salah satu rumah penyimpanan anggur. Dia akan melihat bagaimana anggur itu dipisahkan antara yang kualitas yang bagus dan tidak. Setelahnya anggur akan diproses. Alexa menerima segelas wine yang diberikan oleh salah satu pekerja. Alexa meneguk wine hingga tandas. Tidak diragukan lagi anggur disini memang kualitas bagus. Wine yang dia minum sangat nikmat. James sudah sampai di gudang penyimpanan anggur. James diikuti Pedro dan dua anak buahnya berjalan mengecek barel-barel yang tersusun, di dampingi oleh Pria paruh baya yang menjelaskan tentang semuanya. "Apa banyak pengunjung hari ini?" tanya James. "Kami baru menutupnya pagi ini. Tapi ada 3 wanita dan 1 pria yang sedang berada di kebun. Mereka sudah membuat janji untuk datang dari 2 hari lalu. Jadi kami tak bisa me-reschedule-nya" ucap pria berambut putih itu. "Apa mereka turis?" tanya James menyipitkan matanya. "Benar Tuan"  jawab pria itu lagi. James menatap Pedro dan memberi aba-aba agar Pedro mendekat. "Apa juru masak itu?" tanya James sambil berbisik. "Saya akan memastikannya, Tuan" jawab Pedro sambil berbisik juga. Pedro memastikan apa benar itu Alexa. Dia sudah melihat kesekitar kebun anggur. Tetapi tidak melihat keberadaan Alexa. Pedro berjalan menuju gubuk kecil tempat para pemetik anggur beristirahat. Pedro menghentikan langkahnya. Saat melihat dua orang wanita yang tertawa bersama para pemetik anggur. Pedro meanggukkan kepalanya. Benar wanita berambut pirang itu adalah istri Tuannya. Drrrt drrrt "Pedro bagaimana?" "Benar Tuan. Itu istri anda. Em, maksud saya Nyonya Alexa". "Shiit. Jangan sampai dia melihatku. Siera ternyata menyusul kesini". "Baik Tuan". ------ Alexa sedang menikmati menu makan siang yang disajikan. Disana ada Bistecca alla fiorentina, yaitu steak firenza. Alexa juga sempat melihat proses pembuatan Bistecca alla fiorentina, ternyata terbuat dari daging panggang yang dipotong tebal dan tidak melebihi 700 gram beratnya, kemudian dipanggang dan tidak boleh ditusuk dengan garpu atau sering-sering dibalikkan karena akan kehilangan rasanya. Lalu steak ini di beri garam, lada, minyak dan lemon. Alexa mencicipi steak tersebut. Dan benar steak ini mempunya cita rasa yang khas. Lezat sekali. Kali ini Alexa mendapat pelajaran lagi tentang membuat steak. Tidak semua steak itu dimasak dengan cara yang sama. Alexa menikmati menunya sama seperti yang lain. Alexa membasuh mulutnya dengan tissu. Waktu dia hendak mencuci tangan. Tiba-tiba dirinya terdiam. Dia terkejut melihat sosok pria berjas hitam di ujung jalan. James? Alexa memicingkan matanya, untuk menatap lebih jelas lagi apa benar itu James suaminya atau bukan. Saat pria tersebut hendak berbalik ke arah Alexa, seorang wanita cantik sudah memeluknya. Sehingga menutupi Alexa. "Mungkin hanya perasaanku. Mana mungkin dia ada disini? Lagipula pasti itu bukan dia. Dia sudah menikah, mana mungkin dia bersama wanita lain. Tunggu, menikah? Oh aku lupa, mungkin dia tidak menganggap aku sebagai istrinya" batin Alexa bermonolog. ------- Malam ini mereka masih akan menginap di desa terdekat. Dari semenjak ke Menara Pisa mereka bermalam di cottage. Mereka belum kembali ke hotel. Rencana besok meraka akan kembali ke hotel. Saat ini Alexa sedang berjalan di malam hari. Suasana malam sangat dingin. Alexa mengecangkan syal yang dia pakai. Dia habis mencari beberapa camilan untuk mengisi perutnya. "Hahaha. Hai Senorita" sapa seorang pria dari ujung jalan. Alexa melihat kebelakang, tidak ada orang satupun. Dia kembali menatap pria itu tertawa dengan sebotol minuman di tangannya. Alexa melangkah dengan cepat. Dia tahu pria itu pasti mabuk. Alexa menyesal seharusnya tadi dia mengajak Elena.  Saat dia melewati pria itu, tangannya dicekal. Tangan Alexa ditarik dan dihempaskan, sehingga terjatuh ke tanah. Alexa memegang bokongnya yang kesakitan. Alexa mencoba bangun dan berlari. Pria itu walaupun mabuk tenaganya tetap kuat. Pria mabuk itu menarik syal Alexa, sehingga Alexa tercekik. Kedua tangan Alexa menahan syal yang mencekik lehernya. "Help me. Help me please!" teriak Alexa dengan suara yang bergetar karena tercekik. "Hahaha.. Tak ada yang akan menolongmu Senorita" ucap pria itu. Pria itu menarik kencang syal Alexa. Alexa yang merasa sakit dileher tak bisa ditahan lagi. Alexa hampir saja kehilangan nafas. Pria tersebut mendorong Alexa hingga terjatuh. "Uhuk..uhuk". Alexa terbatuk-batuk karena tenggorkan yang terasa sakit. Pria itu merangkak maju mendekat kepada Alexa. "Please, don't touch me. Please" ucap Alexa ketakutan. Pria itu sudah dikabut gairahnya. Dia tidak mempedulikan suara rintihan Alexa yang memohon. Crack Pria itu merobek mantel yang Alexa gunakan. Crack Sekali lagi pria itu merobek baju bagian depan Alexa. Sehingga memperlihatkan payudaranya yang sintal. Alexa menjerit dan menangis dan memohon. Tetapi pria mabuk itu tidak mempedulikan air mata Alexa. "Mom, Dad. Maafkan Alexa. James, maaf aku tidak bisa menjaga tubuhku dari pria b******n ini. Walau aku tahu kamu tidak menginginkan tubuhku. Harusnya aku bisa menjaga tubuhku ini hanya untuk suamiku. Maaf James, Mom, Dad" jeritan hati Alexa yang tak tahan melihat pria itu mulai menyentuh pipi Alexa. Bugh Bugh Pukulan tepat mengenai rahang dan hidung pria mabuk hingga tersungkur disamping Alexa. Alexa beringsut mundur, dia mencengkram mantelnya yang robek. Alexa yang ketakutan menangis memeluk lututnya. Pria berjaket kulit hitam itu terus memukul pria mabuk hingga tidak bisa berkutik lagi. Sampai pria mabuk itu menyerah dan kabur dengan berlari. "Alexa" ucap pria berbaju hitam itu sambil memeluk Alexa. "Hiks..hiks" Alexa masih terisak. "Alexa, tenang. Kamu sudah aman" ucap pria itu menenangkan Alexa. "Pe..ter. Aku takut" ucap Alexa bergetar yang masih memeluk lututnya. "Alexa, lihat aku. Ada aku disini. Kamu akan aman" ucap pria yang ternyata adalah Peter sambil memegang kedua pipi Alexa dan menaikannya agar mereka saling bertatapan. Alexa langsung memeluk Peter dengan erat. Dia benar-benar takut. Dia tidak tahu apa jadinya kalau sampai Peter terlambat datang untuk menolongnya. Setelah merasa lega Alexa melepas pelukannya dari Peter. Mereka masih duduk dipelataran dengan menyandarkan punggungnya di tembok. Alexa masih mencengkram mantelnya. Tubuhnya bergetar kedinginan, karena angin malam itu masuk ke bagian tubuhnya paling depan. Peter menatap Alexa. Dia melepaskan jacket kulit di badannya. Lalu dia melingkarkan di tubuh Alexa. Alexa menatap yang berada di hadapannya. "Pakai ini biar tidak kedinginan" ucap Peter. Alexa merasa tersentuh dengan perlakuan Peter. Dia teringat 5 tahun lalu. Saat pacarnya melakukan hal yang sama seperti Peter. Memberikan dia jacket dikala hari hujan dan Alexa kedinginan. Ya Alexa memang terpaku menatap Peter, karena wajah Peter sangat mirip dengam mantan pacarnya waktu masih sekolah. Pacar pertama dan terakhir dirinya yang sangat berkesan. Seolah Alexa dan Peter terbawa suasana. Bola mata mereka saling berpandangan. Peter yang terbiasa melihat Alexa yang selalu cool. Sekarang terlihat sangat rapuh. Dengan sekejap tangan Peter meraih tengkuk Alexa. Peter yang entah kenapa beringsut mencium bibir Alexa yang terlihat pucat. Peter menciumnya dengan lembut dan perlahan. Alexa yang menerima perlakuan manis dari Peter  menerimanya. Alexa mengalungkan tangannya di leher Peter dan memejamkan matanya, menikmati ciuman mesra yang Peter berikan. Alexa dan Peter seakan terlupa kalau mereka berdua mempunyai pasangan. Alexa yang merasa kehadiran Peter mengingatkan masa indah dengan pacarnya di sekolah. Alexa membuka matanya. Dirinya baru tersadar yang dihadapannya bukan pacarnya yang dulu, melainkan Peter kakak Elena yang sudah mempunyai kekasih. Alexa melepaskan ciumannya dan membuang pandangannya dari Peter. Peter yang merasa kehilangan saat Alexa melepaskan ciumannya itu hanya bisa menatap Alexa. Entah kenapa dia merasa sangat ingin melindungi Alexa. "Maaf" ucap Peter merasa bersalah. "Tidak. Em. Maksudku aku juga salah. Maaf. Dan terima kasih telah menolongku" ucap Alexa. "Apa kamu sudah membaik?" tanya Peter. "Sudah. Peter, maaf. Em. Aku harap kita lupakan yang tadi kita lakukan" ucap Alexa dengan ragu. "Baik" jawab Peter singkat. Entah kenapa mendengar, jawaban Peter membuat Alexa merasa kecewa. Dia ingin Peter menolaknya dan mengakui ciuman mereka. Tetapi Alexa harus sadar. Dia dan Peter tidak ada hubungan apa-apa.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD