Pagi ini Alexa sudah siap dengan sepiring omlet dan segelas s**u putih. Tak lupa dia membuatkan untuk James. Alexa tahu James masih terlelap dalam tidurnya. Alexa sengaja berangkat pagi, karena hari ini ada praktek membuat steak. Dia tidak ingin waktunya terbuang sia-sia hanya untuk menunggu James bangun. Sudah hampir sebulan Alexa selalu menunggu James bangun sehingga dia selalu telat datang ke kampus.
"James, aku berangkat ya" bisik Alexa di telinga James yang masih terlelap dalam tidurnya.
Saat Alexa ingin pergi, tangan kirinya ditarik oleh James, sehingga Alexa terjatuh di atas ranjang.
"Aaauw" teriak Alexa.
"Eng" erang James yang memeluk Alexa dengan erat.
"James, lepaskan. Lepaskan aku James" Alexa meronta-ronta.
"Sebentar, Siera. Aku sangat merindukanmu" ucap James yang masih terpejam.
Mendengar nama orang lain tentu saja membuat hati Alexa sedikit teriris. Alexa terdiam. Memang selama sebulan ini hubungannya dengan James bertambah baik.
"Siera? Siapa dia? Apa dia kekasih James? Arrgh. Untuk apa aku peduli. Alexa please, James hanya suami di statusmu saja. Tetapi tidak untuk perasaannya" batin Alexa.
"James, aku Alexa bukan Siera" ucap Alexa pelan. Saat ini Alexa masih berada dalam pelukan James.
James yang mendengar samar suara Alexa, perlahan membuka matanya. James mencium aroma sabun strawberry yang menyeruak dihidungnya.
"Alexa" ucap James terkejut.
"James, aku mau berangkat" ucap Alexa pelan menatap James.
Entah apa yang membuat James merasa ada yang aneh pada dirinya. Sedekat ini dengan Alexa dia merasa sangat nyaman sekali. Dia tahu ini tidak benar. Tetapi dia tidak bisa menghalangi perasaan yang belum jelas ini kepada istrinya.
"Kau mau kemana?" tanya James, dengan punggung tangan yang mengusap pipi Alexa.
Alexa memejamkan matanya, entah kenapa dia bisa menikmati setiap sentuhan suaminya ini. Tetapi seketika dia mengingat James menyebut nama.
Siera
Alexa membuka matanya.
"James, aku ingin kuliah. Hari ini aku praktek membuat steak. Jadi aku tidak ingin terlambat" jawab Alexa.
"Aku akan mengantarmu".
"James, tidak perlu. Aku bisa berangkat sendiri".
"Aku yang mengantar, atau kau tidak pergi ke kampusmu sama sekali?" final James.
"Baiklah, James" jawab Alexa pasrah.
Alexa terus menatap jam tangannya. Jam sudah menunjukkan pukul 7.30 pagi. Ada 30 menit waktu Alexa tersisa sebelum praktek itu. Alexa berungkali menatap pintu kamar berharap James segera keluar.
Ceklek
"James, kau lama sekali. Ayolah James, aku hampir telat" ucap Alexa kesal.
"Tunggu, biarkan aku sarapan terlebih dahulu" ucap James menuju ruang makan.
"James, makananmu sudah aku taruh ditempat makan. Kamu bisa memakannya di mobil".
"Biarkan aku minum s**u ini" ucap James menegak s**u putih hingga tandas.
Baru saja James meletakkan gelas. Alexa sudah menarik tangannya. Pedro membukakan pintu penumpang untuk James dan Alexa.
"Mana sarapanku?"
"Ini" ucap Alexa sambil meletakkan kotak makan di atas paha James.
"Apa? Aku mau kamu suapi" pinta James.
"Ish. James kamu punya dua tangan yang masih berfungsi. Gunakanlah dua tanganmu dengan baik" ucap Alexa kesal.
"Hem. Pedro berhenti".
"Baiklah, James" ucap Alexa dengan terpaksa.
"Pedro, jalan lagi".
Dengan kesal Alexa membuka kotak makan itu. Dia mulai mengambil omlet dengan sendok dan dia suapkan ke mulut James. Wajah Alexa sangat kesal. Dia hampir terlambat hanya gara-gara James. Dan sekarang pria itu minta disuapi makan. Alexa membuka kotak makan dan mulai menyuapi James. Dengan raut wajah kesal Alexa terus menyuapi James hingga tempat makan itu habis.
Alexa menyeringai, dia mempunyai ide untuk mengerjai James. James terlalu sibuk dengan ponselnya, sehingga tidak melihat apa yang Alexa lakukan.
"Aaaah. Alexa apa ini?" tanya James yang hampir saja memuntahkan isi di dalam mulutnya.
"Hahahahaha" Alexa hanya tertawa melihat James.
Alexa sengaja meletakkan saus sambal yang banyak di atas sendok. Lalu dia menyuapinya ke mulut James. James yang tidak sadar, hanya bisa terkejut seketika mulutnya terasa sangat pedas.
"Alexa, kau berani mengerjaiku?"
"Hahaha. Itu salahmu James" ucap Alexa tertawa.
"Kau, menyalahkan aku?"
"James, jangan. Jangan James. Aku hanya bercanda. Hentikan James. Geli" teriak Alexa sambil tertawa karena James mulai menggelitik pinggangnya.
"Tidak akan. Kau sengaja. Jadi rasakan pembalasanku" ucap James menyeringai.
Alexa semakin terpojok, dia tidak bisa kabur lagi. James masih saja belum menghentikan kegiatannya. Pedro yang tanpa sengaja melihat pasangan itu tertawa, ikut mengukir senyumnya.
"Tuan sudah sampai" ucap Pedro yang sudah menghentikan mobilnya.
"James, aku harus turun" ucap Alexa.
"Belajarlah yang rajin" ucap James yang sambil mengacak-acak rambut Alexa.
Alexa dan Elena terlihat sangat senang kali ini praktek mereka. Saat ini mereka merapikan pakaian mereka di salah satu ruang ganti.
"Alexa, aku boleh tanya sesuatu?" ucap Elena ragu.
"Aku tak pernah melarangmu bertanya" ucap Alexa sambil merapikan apronnya.
"Hem, nanti saja setelah praktek ini selesai" ucap Elena.
Di dalam kitchen, semua mahasiswa tampak serius dengan pekerjaannya. Hari ini mereka harus membuat steak dengan kematangan sempurna (well done), tidak boleh keras karena menggunakan daging sapi has dalam (Tenderloin).
Mr Degan pernah memberi tahu tingkat kematangan steak mulai dari Rare (verry red, cool center), Medium Rare (warm, red center), Medium (pink center), Medium Well (slightly pink center), Well done (cooked throughout, no pink).
Dari ke 5 jenis kematangan itu, Alexa pernah sekali gagal pada tingkat Medium well. Karena Alexa terlalu lama mengangkat dagingnya sehingga warna pink di dalam daging sudah tidak terlihat.
Yang sekarang mereka harus benar-benar fokus, karena tingkat kematangan Well done akan mengakibatkan daging sedikit keras karena semua lemak sudah terpanggang habis.
Alexa telah menyelesaikan praktek hari ini. Dia membuat fillet mignon with mushroom sauce. Steak dengan saus jamus. Alexa tersenyum melihat tampilan steak buatannya. Ini pasti sangat lezat.
Setelah kelas berakhir Alexa dan Elena merapikan kembali pakaiannya. Hari ini hanya ada satu praktek dan itu sudah selesai. Jadi mereka sudah tidak ada jam lagi. Seperti yang tadi Elena katakan dia ingin berbicara sesuatu dengan Alexa. Elena mengajak Alexa ke salah satu Cafe yang tidak jauh dari sana. Mereka duduk di temani oleh ice white coffe and croissant.
"Alexa, sebenarnya ini sudah lama aku ingin katakan. Tapi berjanjilah padaku kamu jangan marah" ucap Elena ragu.
"Katakan"
"Em. Sebenarnya bagaimana perasaanmu kepada, Peter?" tanya Elena dengan ragu-ragu.
"Peter?" Alexa sempat terkejut. Elena menganggukkan kepalanya.
"A..aku biasa saja" elak Alexa.
"Alexa, maaf. Aku pernah melihat kalian berciuman waktu di Tuscany" ucap Elena sedikit ragu.
Alexa terkejut dan menundukkan mukanya. Dia tidak menyangka kalau Elena melihat kejadian itu.
"Lexa, jangan marah. Selain disana aku sudah beberapa kali melihatmu menatap Peter dengan tatapan yang berbeda. Waktu makan malam, jalan-jalan kemarin kalian sangat akrab. Apalagi saat di kereta kalian sangat romantis" ucap Elena sambil membayangkan semuanya.
"Elena. A...aku-"
"Alexa, kamu jangan takut. Sesil tidak tahu semua ini. Sebenarnya aku sangat mendukung hubungan kamu dan Peter. Aku senang melihat kamu bahagia bersama Peter" ucap Elena menyela pembicaraan Alexa sambil memegang punggung tangan Alexa.
"Elena, aku... Aku tidak bisa menneruskan perasaanku" ucap Alexa pasrah.
"Kenapa? Karena kamu sudah dijodohkan. Alexa, dengar perjodohan hanya untuk bisnis. Siapa tahu kedua orang tua kita setuju saling bekerja sama. Jadi perjodohanmu bisa dibatalkan. Begitu juga dengan perjodohanku"
Alexa memejamkan matanya "Tidak semudah itu, Elena. Kalah kamu tahu, sebenarnya aku bukan hanya dijodohkan. Tetapi aku sudah menikah. Dan aku tidak ingin menjadi orang ketiga diantara Peter dan Sesil"
"Alexa, kamu kenapa?" tanya Elena khawatir.
"Elena, tidak semudah yang kamu pikir"
"Bagaimana perasaanmu. Apa kamu menyukai Peter?" tanya Elena to the point.
"Aku tidak tahu. Aku tidak ingin menjadi orang ketiga diantara Sesil dan Peter"
"Kamu tidak akan menjadi orang ketiga. Bagaimana kalau Peter juga menyukaimu?"
"Kurasa tidak. Peter terlalu dekat dengan Sesil. Tidak akan ada celah untukku. Kamu lihat sendiri mereka sangat romantis"
"Kamu cemburu ya"
"Elena, hentikan pembicaraan ini"
"Alexa, bagaimana kalau kita mencari tahu perasaan Peter padamu?"
"Caranya?" tanya Alexa tertarik.
"Hem, kau juga ingin tahu perasaan Kakakku padamu ya" ledek Elena.
"Sudahlah, tidak perlu" ucap Alexa.
"Hahaha. Jangan cepat marah. Nanti keriputmu akan cepat terlihat. Begini, tiga hari lagi Peter akan ulang tahun. Dia akan kembali ke Paris. Kita buat pesta kejutan. Dan kamu belilah hadiah spesial untuknya. Kalau hadiah yang kamu berikan di pakai oleh Peter, berarti kamu orang spesial untuknya"
"Kenapa bisa begitu?"
"Iya, Peter tidak pernah mau memakai barang pemberian orang lain, kecuali orang itu spesial untuknya. So, kita cari hadiah untuk Peter?"
Alexa sempat berpikir. Dia sepertinya juga ingin tahu bagaimana perasaan Peter kepadanya. Karena Alexa merasa PHP oleh Peter. Akhirnya dengan ragu Alexa menganggukkan kepalanya. Toh, Elena juga belum tahu statusnya sudah bersuami. Lagi pula James, juga menyukai wanita lain. Buktinya tadi pagi James mengigau nama wanita lain.
Alexa berharap yang terbaik. Kalau memang dia bisa bersama Peter, mungkin dengan terpaksa dia akan meminta James menceraikannya. Agar James bisa bersama wanita yang bernama Siera dan Alexa bisa bersama Peter. Dan Elena juga akan mencari pria yang dia cintai bukan dengan pria yang di jodohkannya.
Tetapi bagaimana dengan Sesil? Alexa juga tidak bisa menyakitinya. Alexa tidak tahu. Biarlah berjalan seiring dengan waktu. Masalah ini begitu rumit.
"Jadi ini gara-gara wanita ini James meninggalkanku" ucap seorang wanita yang menghampiri Alexa.
Alexa dan Elena bingung menatap wanita tersebut. Saat Alexa ingat, ini adalah wanita yang waktu itu bersama James. Gawat, kalau wanita ini berbicara macam-macam Elena akan tahu statusnya
"Elena, ayo kita pergi" ajak Alexa.
"Tunggu. Aku belum selesai bicara. Apa benar kamu me"
"Ayo, Elena" Alexa menarik tangan Elena meninggalkan wanita yang ternyata adalah Maurent.
"Siapa dia, kamu kenal?" tanya Elena yang masih berjalan ditarik oleh Alexa.
"Tidak, mungkin dia salah orang" elak Alexa.