Kelakuan Arzan Menjadi (++)

1039 Words
Setelah makan siang, Arzan dan Naya kembali ke kamar mareka. Pria itu sudah menghubungi seseorang untuk membelikannya sebuah ponsel dan mengantarnya ke hotel, dan pria itu pun datang dengan paper bag kecil di tangannya. "Ini pesanan, Tuan," ucapnya. Arzan membuka paperbag itu dan mengeluarkan isinya. Sebuah kotak ponsel keluaran terbaru, senyumnya seketika merekah karena sesuai dengan pesanannya. "Terima kasih." Arzan langsung menutup pintu kamarnya dan pria itu pergi. Arzan langsung membawa masuk ke dalam dan membuka box itu. Dengan nomer ponsel yang sama Arzan pindahkan ke ponselnya yang baru. Nomer pertama yang dia hubungi adalah Gayatri. [Sayang, kamu sedang apa? Aku merindukanmu.] Senyum Arzan lebar, tapi tidak lama langsung sirna saat Naya menghampirinya dan duduk di sebelahnya. "Kamu lagi berkirim pesan sama siapa sih, Mas, segitu senangnya." Arzan langsung mematikan layar ponselnya saat Naya melirik. Arzan menoleh menatap wanita di sebelahnya dengan tatapan tidak suka. Baru kemarin wanita itu menjadi istrinya tapi kini dia sudah ingin tahu segalanya dari Arzan. Tidak bisa dibiarkan! "Kita harus bicara serius, Ya," ucap Arzan. Kening Naya menyernyit dalam bukannya selama ini itu yang seharusnya mereka lakukan, berbicara dari hati ke hati. "Seperti yang sudah aku pernah bilang kalau kita hanya menikah karena orangtua, jadi aku minta kamu jangan mencampuri urusanku, begitu sebaliknya," tutur Arzan. "Tapi aku ini istrimu, Mas." "Tidak usah kamu bilang, aku tahu!" "Suami istri itu -" "Stop! Tidak usah diperpanjang ceramahnya, intinya, jangan pernah kamu ikut campur urusan pribadiku, paham?!" "Dan satu lagi, rencana bulan madu kamu itu tidak akan berhasil karena aku tidak akan mau pergi!" tambah Arzan. "Perjalanan bulan madu itu bukan rencanaku, Mas! Itu semua rencana papa," bela Naya. Arzan berdecak tidak percaya apa yang Naya ucapkan. Karena selama ini yang dia nilai kalau Naya memang menginginkan pernikahan ini. "Jangan harap dengan bulan madu itu aku akan menyentuhmu!" Arzan beranjak dari duduknya dan dia berpindah duduk di pinggir kasur sembari mengisi daya ponselnya yang baru. Naya menghela napas panjang melihat kelakuan sang suami. Sepertinya dia harus memiliki stok sabar yang banyak untuk menghadapi Arzan. *** Arzan masih sibuk dengan laptopnya sambil sesekali menatap ponselnya, sejak tadi Gayatri tidak membalas pesannya. Pria itu mulai kesal. Kemudian menutup laptopnya dengan kasar bersamaan keluarnya Naya dari Kamar mandi. Wanita itu sudah berganti pakaian dengan lingerie yang menerawang didalam kimono tidurnya. Naya tersenyum simpul saat dia mengetahui kalau Arzan sempat meliriknya walau sedikit. Itu menandakan kalau dirinya memiliki daya tarik bagi suaminya tapi sayangnya Arzan masih terlalu tergila-gila dengan wanita lain. Naya memang sengaja, dia ingin Arzan menyentuhnya malam ini sebagaimana layaknya suami istri. Ingin rasanya Naya berteriak untuk meminta hak-nya sebagai seorang istri sah. Tapi dia masih punya harga diri, terlalu agresif sangat tidak baik untuknya. Arzan malah akan menilai dia w************n nanti. "Kita harus cepat tidur, Mas. Karena besok perjalanan bulan madu kita di mulai, kita harus berangkat pagi-pagi sekali," tutur Naya yang naik ke atas tempat tidur dan menarik selimut menutupi sampai ke dadanya. Tanpa membalas ucapan Naya, Arzan turun dari kasur. "Kamu mau kemana, Mas?" tanya Naya. "Aku akan tidur di sofa," jawab Arzan tanpa melihat lawan bicaranya. Naya menggedikan kedua pundaknya, "Padahal aku tidak keberatan berbagi kasur sama kamu." Arzan melempar tatapan tajam. Pria itu merbahkan dirinya di sofa panjang, matanya terpejam tapi pikirannya melalang buana. Setengah jam kemudian dia beranjak dari sana. Mengganti pakaiannya. "Kamu mau kemana, Mas?" tanya Naya yang hampir tidur tapi karena pergerakan Arzan dia jadi terbangun. "Sudah ku katakan jangan ikut campur urusanku!" Arzan mengambil tas tangannya, memasukan ponsel ke dalam kemudian mengambil kunci mobilnya yang ada di atas nakas tempat tidur. Dia langsung pergi dari sana. Mengabaikan panggilan sang istri. *** "Kemana seharian dia? Kenapa tidak membalas pesanku?" Monolog Arzan di balik kemudinya. Pria itu melajukan mobilnya ke apartement dimana kekasih gelapnya itu tinggal. Sesampainya di apartement, Arzan langsung masuk ke dalam karena dia hapal dengan sandi kunci pintu unit itu. "Aya, Sayang," panggilnya. Hening. Arzan mencari Gayatri sampai ke dapur, tapi batang hidung wanita itu masih belum terlihat. Sampai akhirnya Arzan masuk ke dalam kamar yang tidak terkunci. Telingnya sangat tajam, suara gemericik air dari Kamar mandi terdengar baik, sontak senyum di bibir Arzan tercetak jelas. Pria itu langsung melepas semua pakaiannya tanpa tersisa sedikitpun. Perlahan dia membuka pintu kamar mandi, Gayatri yang sedang membelakangi pintu tidak mengetahui hal itu, dia sendiri sedang membersihkan rambutnya dari busa sampo. Gayatri terkejut saat tubuhnya di peluk dari belakang. Wanita itu mengigit bibir bawahnya menahan hasrat saat tangan kekar Arzan mulai meremas kedua bukit kembarnya dan dia merasa di belakang sana milik Arzan sudah tegak berdiri. Tanpa menunggu lama, Arzan langsung memasuki Gayatri dari belakang. Sebuah gaya yang baru kali ini Gayatri rasakan. Di bawah kucuran air shower. Rintihannya terdengar samar. Arzan menarik rambut panjang Gayatri, dan satu tangannya meremas kuat salah satu bukit kembar yang menganggur itu. "Ahhh ... Arzan!" Gayatri terus mendesah dan mengerang seiring hentakan yang Arzan berikan. "Iya, Sayang, sebut namaku!" balas Arzan yang semakin mempercepat permainan bak menunggang kuda. Selain bukit kembar Gayatri, Arzan juga meremas dan memukul b****g sintal wanita itu hingga memerah. Hingga akhirnya tubuh Arzan mengejang, dia menghentakkan kuat beberapa kali saat melakukan pelepasan di dalam. "Ohhh yeahhh ...," erangnya dengan suara serak dan mata terpejam menikmati sisa-sisa pelepasanya. Sementara itu Gayatri sudah sangat lemas, kakinya lemas dan dengkulnya gemetar. Kalau saja Arzan tidak merangkulnya dari belakang, wanita itu pasti sudah jatuh. Arzan mematikan shower kemudian dia mengambil dua handuk yang terlipat di rak yang posisinya tidak jauh dari sana setelah itu melilitkannya di pinggangnya dan di tubuh Gayatri. Dengan sisa tenaganya Arzan membopong Gayatri. Diletakannya tubuh mungil itu di atas kasur, dan dia ikut berbaring di samping wanitanya. Napas Gayatri masih memburu, dadanya naik turun karena detak jantungnya yang tidak beraturan. "Kenapa kamu ke sini lagi, Zan? Seharusnya -" "Ini apartementku, dan aku ingin menemui kekasihku," potong Arzan. Gayatri mengendus kesal. "Kenapa kamu tidak membalas pesanku?" tanya Arzan, memiringkan tubuhnya menghadap Gayatri dengan tangan menopang kepalanya. Satu tangannya merapihkan beberapa helai rambut yang menghalangi wajah Gayatri. "Aku sibuk seharian ini, kamu lupa para mahasiswa itu sedang ujian?" "Harusnya kamu menyempatkan diri membalas pesanku, Sayang. Jadi aku tidak khawatir dan datang ke sini." Gayatri memutar matanya, malas mendengar alasan klise Arzan. "Besok aku akan berangkat bulan madu," ucap Arzan. "Lalu?" "Kamu tidak cemburu?"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD