"Kamu!—" para karyawati itu hendak meraih tubuh Miyabi untuk membullynya lagi. Namun tiba-tiba saja suara Brandon menghentikan aksi mereka.
"Miyabi!" panggil Brandon yang memang sedang mencari keberadaan Miyabi. Miyabi pun bergegas berteriak sambil mengacungkan tangannya.
"Aku di sini pak Brandon!" jawab Miyabi. Brandon yang mendengar suara Miyabi pun bergegas mencari keberadaan Miyabi.
Namun Brandon sedikit heran saat melihat beberapa karyawati yang sedang bersama Miyabi. Dia pun menoleh ke arah Miyabi. "Mereka sedang apa berada di sini? Apa mereka baru saja membully mu lagi?"
Miyabi tersenyum mendengar pertanyaan Brandon tersebut, kemudian menatap para karyawati itu. "Sebenarnya tadi mereka—"
"Hanya minta maaf! Ya, kami hanya ingin minta maaf kepada Miyabi Pak Brandon, karena tadi kami sudah bersikap keterlaluan padanya." potong salah satu karyawati yang bernama Tina.
"Iya Pak Brandon, yang dikatakan Tina benar! Kami mengajaknya ke sini karena ingin minta maaf padanya. Atas apa yang telah kami perbuat sebelumnya. Benar begitu 'kan, Miyabi?" ucap karyawati bernama Susi. Susi pun mengisyaratkan matanya kepada Miyabi untuk menurut. Namun Miyabi hanya tersenyum menanggapinya.
"Benarkah seperti itu? Perasaan tadi kalian tidak ada mengatakan apapun tentang permintaan maaf. Kalian hanya mengatakan kalau aku—"
"Miyabi, tolong jangan mengarang cerita seperti itu. Jangan sampai membuat Pak Brandon salah paham kepada kami, okey?" Susi bergegas menggenggam tangan Miyabi untuk menghentikan ucapannya. Miyabi pun tersenyum mendengarnya, lalu menghempaskan tangan Susi.
"Mengarang cerita? Jangan bersikap playing victim deh, jelas kita semua tahu, siapa yang membully siapa disini." Miyabi menyunggingkan senyumnya.
Brandon yang mendengar itupun seolah mengerti dengan apa yang terjadi. Dia pun menatap para karyawati itu.
"Saya peringatkan kepada kalian semua, untuk tidak lagi membully karyawan baru di perusahaan ini. Kalau sampai hal ini diketahui oleh pak Leo, saya yakin kalian semua tidak akan selamat dari kemarahannya."
Para karyawati itupun langsung terduduk di hadapan Brandon. "Kami mohon jangan laporkan hal ini kepada pak Leo Pak, kami masih membutuhkan pekerjaan ini. Kami tidak mau kalau sampai pak Leo memecat kami."
"Iya Pak, benar apa kata Susi. Lagian kami tidak bermaksud untuk membully. Kami hanya mengajarkan saja kepada Miyabi, tentang apa saja tugas seorang sekretaris. Kami tidak bermaksud untuk membulinya."
Miyabi mendengus mendengar ucapan karyawati yang bernama Susi tersebut. "Mengajarkan, kamu bilang? Bukannya merendahkan, ya?! Kalian bilang tadi, kalau saya ini tidak punya pengalaman. Saya—"
"Miyabi, kami tidak bermaksud seperti itu. Kami mohon untuk kamu berhenti mengatakan hal yang tidak tidak lagi di hadapan Pak Brandon."
"Iya Miyabi, apa kamu sengaja mengatakan hal itu supaya kami dipecat dari perusahaan ini? Tega sekali, kamu!"
Miyabi mendelik sebal mendengar ucapan Susi dan Tina tersebut. Dia merasa heran kenapa bisa ada karyawati seperti mereka di perusahaan ini. Apakah selama ini Brandon tidak tahu, kalau ada bawahannya yang suka membully karyawati baru? Atau mungkin, hanya kepada dirinya saja mereka bersikap seperti itu. Miyabi juga tidak tahu.
"Sudahlah, terserah kalian mau mengatakan apa. Aku malas mendengarnya!" ucap Miyabi kepada Tina dan Susi. Sementara dua karyawan lainnya hanya diam saja mendengarkan.
"Oh ya Pak Brandon, ada apa tadi Bapak mencari saya? Apakah ada sesuatu yang penting?" tanya Miyabi kemudian kepada Brandon. Brandon pun mengangguk menanggapi itu.
"Pak Leo tadi mencari mu. Dia meminta kamu untuk datang ke ruangannya!"
"Oh,"
Miyabi hanya ber' Oh saja. Setelah itu dia pun pergi ke ruangannya Leo diikuti oleh Brandon dari belakang. Sementara para karyawati tadi, mereka menatap kesal dengan kepergian Miyabi.
"Selalu saja Miyabi. Aku heran, apa sih yang membuat pak Leo memutuskan untuk mengangkat dia menjadi sekretaris pribadinya? Apa bagusnya wanita itu?" ucap Susi.
"Iya, bagusan juga kita!" sahut Tina. Sementara Melda dan Riana hanya mengangguk-angguk saja.
***
Sementara itu di ruangannya Leo, Miyabi yang baru saja tiba pun langsung ditarik tangannya oleh Leo dan disandarkan tubuhnya dibalik pintu. Miyabi pun hanya diam saja diperlakukan seperti itu oleh atasannya itu.
"Kamu kemana saja, hm? Kenapa menghilang tiba-tiba?" bisik Leo di telinga Miyabi yang seketika membuatnya bergelinjang. Miyabi pun mengalungkan tangannya di leher Leo.
"Bapak tanya saya dari mana? Tanyakan saja sama karyawati karyawati Bapak yang centil-centil itu. Mereka selalu saja mengganggu saya dan mengerjai saya. Sepertinya mereka keberatan, karena Bapak mengangkat saya menjadi sekretaris pribadi Bapak."
Leo mengernyit mendengar ucapan Miyabi tersebut. "Siapa?" tanyanya. Miyabi pun mendelik sebal kala mengingat wanita-wanita itu.
"Siapa lagi kalau bukan Tina, Susi, Melda dan Riana. Mereka berempat sepertinya tidak suka, kalau ada wanita yang mengganggu Bapak. Apakah mungkin ada sesuatu antara Bapak sama mereka? Atau jangan-jangan, Bapak memiliki hubungan spesial dengan mereka?""
Leo pun menyentil kening Miyabi kala mendengar itu. "Jangan menuduh! Saya tidak suka sama mereka. Mana mungkin saya menjalin kedekatan dengan mereka."
"Terus kenapa mereka selalu mengganggu saya? Saya gak mau kerja kalau mereka terus-terusan mengganggu saya!"
"Memangnya apa yang mereka lakukan padamu? Apa mereka menyakitimu?"
"Tentu saja. Mereka selalu saja mengganggu saya. Sebelumnya mereka membasahi pakaian saya. Tadi mereka mengejek saya! Katanya saya gak pantas jadi sekretarisnya Bapak. Saya tidak punya pengalaman apa-apa."
"Memang apa yang salah dengan ucapan mereka? Bukankah kenyataannya juga demikian?"
Miyabi tersenyum kecut. "Terus kenapa anda menerima saya menjadi sekretaris anda, kalau anda tahu saya tidak punya pengalaman?"
Leo tersenyum, kemudian berbisik. "Karena saya menyukai kamu! Saya ingin kamu berada di sisi saya setiap waktu!"
Miyabi terdiam. Entah dia harus percaya atau tidak dengan ucapan Leo. Namun jika melihat dari sorot mata pria itu, tak ada sedikitpun keraguan dalam ucapannya yang penuh keyakinan tersebut. Miyabi pun menyunggingkan senyumnya.
"Memangnya apa yang Bapak suka dari saya? Saya ini tidak cantik. Saya juga tidak kaya. Lalu kenapa Bapak mau sama saya?"
Leo menatap menerawang. "Kalau itu, saya juga tidak tahu. Hanya, begitulah yang saya rasakan. Sejak malam itu, kamu sudah mengambil hati saya. Saya begitu terobsesi untuk bisa mendapatkan kamu. Saya bahkan berusaha untuk mencari keberadaan kamu."
Miyabi sedikit terkejut mendengar itu. Pantas saja Leo mengetahui semua tentangnya. Rupanya selama ini dia berusaha untuk mencari informasi tentang dirinya. Namun dia tidak merasa heran, bagi Leo hal sekecil itu sangatlah mudah. Leo memiliki kekuasaan dan juga uang yang berlimpah. Baginya mencari sebuah informasi hanya dengan menjentikkan jarinya saja. Semua itu bisa di tangani dengan mudah.
"Tapi banyak orang yang tidak menyukai itu Pak, banyak yang tidak suka kalau saya dekat dengan Bapak. Mereka juga sepertinya sudah mulai curiga, kalau Bapak menerima saya menjadi sekretaris pribadi Bapak karena suatu alasan. Saya takut, kalau mereka pada akhirnya mengetahui semuanya. Mau di taruh di mana wajah saya kalau sampai itu terjadi?"
"Kamu takut?" tanya Leo menatap Miyabi. Miyabi pun mendengus mendengar itu.
"Tentu saja. Mereka pasti tidak akan tinggal diam dan akan terus berusaha untuk menyingkirkan saya jika sampai mereka mengetahui semuanya."
"Kalau begitu saya sendiri yang akan menyingkirkan mereka sebelum itu terjadi."
"Maksud Anda?"
Tanpa menjawab pertanyaan Miyabi, Leo pun mengeluarkan ponselnya lalu menghubungi Brandon.
"Pecat semua karyawati yang baru saja mengganggu Miyabi. Jangan biarkan mereka masuk kedalam perusahaan naungan kita lagi."
Miyabi terkejut mendengarnya. Seorang Leo memecat para karyawati nya hanya demi untuk melindunginya? Ah, sumpah demi apapun Miyabi terharu dengan hal itu. Dia tidak menyangka kalau Leo akan melakukan hal sejauh itu hanya demi dirinya. Miyabi pun tersenyum.
Bersambung...