Aku pikir pagi ini perasaanku membaik setelah sempat tertidur subuh tadi. Namun entah kenapa aku semakin gelisah saja. "Nggak apa-apa, Zera! Badu sudah seharusnya kembali ke Jakarta sendirian," ucapku memberi semangat untuk diri sendiri berharap kerelaan muncul di sela kegelisahanku. Ck. Ku hentakan sendok makan yang gunakan ketika kenangan-kenangan yang pernah ku lalui bersama Badu muncul lagi. Kenapa aku sebodoh ini? Melupakan satu orang saja membutuhkan banyak waktu. Aku membenci diriku sendiri. Tak bisakah aku berhenti mengharapkannya? "Lohh udah masak kamu, Ra?" buru-buru ku hapus air mataku saat mendengar suara Rain. Perempuan itu baru saja bangun dari tidurnya. "Iya. Kebetulan aku bangun pagi," sejak berada di Florence, perlahan aku bisa memasak. Dari yang dulu hanya sanggup m