*** Matahari sudah naik saat aku dan Galen sampai di rumah. Senyumku tak pernah luntur saat melihat keadaan lelaki di sebelahku ini karena wajahnya yang membiru. "Kenapa tertawa?" tanya Galen yang rupanya penasaran melihat aku menjauhkan kedua sisi bibirku. "Terima kasih, Gal," ucapku padanya. Galen mengangguk singkat. "Boleh minta kompensasi?" tanyanya. Dahiku berkerut, "Apa?" kini aku yang balik bertanya. "Jadi pacarku," katanya. Bola mataku melotot dengan sempurna. Belum sempat aku berkata apa-apa, tawa Galen meledak begitu saja. "Kamu lucu," ucapnya, dan aku hanya bisa mengerjapkan kedua mataku dengan cepat. Astaga! Galen bercanda lagi? Entahlah namun suara tawanya membuatku merasa sedikit lega. Galen menggerakan tangannya yang sedang memegang hp. "Aku telpon Rain dulu," t