*** Aku melarikan pandangan usai mematikan sambungan telpon dengan mama saat Galen menatapku curiga. "Siapa?" aku tahu maksud dari pertanyaannya itu. Bukan mamaku yang dia tanyakan, tapi seseorang dibalik nomor beberapa saat lalu kuabaikan. "Badu." jawabku dengan jujur karena tidak memiliki pilihan lain. Galen terdiam setelah mendengar itu. Sementara aku juga tak tahu harus mengatakan apa lagi. "Kita pulang," "Kita pulang," Kami berdua terkekeh karena serentak mengatakan itu. Rupanya kami memiliki pemikiran yang sama. "Ayo," ucapku sambil menganggukan kepala. Kecanggungan akibat nama Badu yang tadi kisebut kini hilang entah ke mana. Galen membayar makanan dengan uangnya. Sementara aku menunggu lelaki itu tepat di sampingnya. "Ayo," ajaknya setelah melunasi bill makan malam k