*** Aku tidak tahu bagaimana menggambarkan perasaanku saat ini. Kupu-kupu seolah berterbangan di dalam perutku, hingga diriku sendiri merasakan kegelian yang nyata. Sudut-sudut bibirku pun seolah selalu berkedut, membentuk senyum tertahan sejak aku dan Galen resmi berpacaran. Padahal aku sangat yakin perasaanku belum sedalam itu untuk Galen. Namun, aku percaya ia mulai bertunas. "Seperti biasa," suara itu mengintrupsi, membuatku menoleh dengan cepat. Kedutan di sudut bibirki melebar jadi senyuman saat melihat Galen tengah berjalan menuju ke arahku. Ck. Kudengar lelaki itu berdecak. "Melamun lagi, tapi kali ini sambil senyum-senyum sendiri," dia melanjutkan perkataannya yang sempat terjeda. Aku terkekeh, "Itu karena.." "Karena ada aku di sini," potong Galen dengan cepat. Padahal bu