*** Cukup lama aku terdiam sejak Galen menjawab pertanyaanku itu. Pertama kalinya aku merasakan rasa bersalah yang teramat dalam. Tidak tanggung-tanggung, rasa itu menyesakan seluruh tubuhku. Menyakitiku hingga bernapas pun aku seakan kesulitan. "Al," panggilnya. Aku tak berani menolehkan kepala. Entah apa yang sebenarnya sedang terjadi. Kenapa pergolakan ini begitu terasa. Aku tak sanggup menahan rasa sakitnya. Demi apapun aku tak bermaksud menyakiti siapapun terutama Galen. "Alea!" ujarnya. Ia memaksa diriku untuk menatapnya. Terpaksa aku membalas tatapan tajam yang Galen berikan. "Sebenarnya ada apa?" tanyanya tak mengerti atas sikapku ini. Mungkin Galen menyadarinya, menyadari apa yang sedang terjadi. Hanya saja ia tak berani menebak. "Alea, aku tahu kamu marah karena hal lain