Bab 4. Ide Brilian

1262 Words
Ternyata wanita yang menjadi dokter untuk merawat Jupiter cukup galak. Terbukti wajah cantiknya tak mau tersenyum sama sekali padahal Jupiter yang sudah cengengesan melihatnya. “Jangan bergerak!” hardik Jelita lagi saat ia akan menjahit lengan Jupiter. Jupiter hanya tersenyum dan pura-pura mengaduh untuk mendapatkan perhatian nona cantik itu. “Apa aku tidak dibius dulu?” tanya Jupiter dengan wajah sok polos. Ia malah diberikan delikan oleh Jelita tapi Jupiter malah tersenyum. “Kamu tidak perlu suntikan bius! Kamu kan bukan anak kecil!” jawab Jelita masih ketus. “Siapa namamu?” tanya Jupiter lalu melirik pada jas putihnya yang terdapat namanya. “Tarigan, J?” ucap Jupiter berhasil membaca nama pada name taq yang terjahit di jas putihnya. Jupiter menyengir. “Kita punya nama dengan huruf depan yang sama.” Ia masih diam saja. “Apa artinya J? Jay? James? Uhm ... Jacob? Aww!” Jupiter benar-benar meringis kesakitan karena dokter cantik itu memang sengaja menusuk jarum di tempat yang salah. “Kamu terlalu cerewet ya?” ujarnya mendelik. Jupiter menyengir dan melihat ke arah lukanya. Pandangan mereka lantas beradu sesaat dan Jelita menunduk lagi. “Apa arti J?” tanya Jupiter lagi lebih lembut. “Jelita,” jawab dokter itu singkat masih tanpa senyuman. Jupiter tersenyum manis dan mengangguk. “Pretty!” Jelita menaikkan matanya melihat pada Jupiter yang memandangnya. “Itu arti dari namamu kan?” tanya Jupiter lagi. Jelita jadi mengernyit tak mengerti. “Dari mana kamu tahu?” Jupiter mengulum senyumannya. “Ada mesin pencari yang disebut google. Jika kamu tidak tahu. Aawww!” Jupiter meringis lagi. “Selesai!” Jelita lantas menempelkan sebuah pad yang bisa dibuka ketika luka jahitannya kering. “Apa aku harus kontrol lagi untuk membuka jahitannya?” tanya Jupiter usai melihat tangannya di tempel plester. “Tidak!” jawab Jelita singkat lalu membuang sarung tangannya di sebuah tong sampah medis. “Kenapa tidak?” “Karena memang tidak perlu. Kamu sudah boleh pulang, Tuan ....” “Jupiter King!” jawab Jupiter tersenyum. Jelita dengan ketus berbalik dan langsung pergi meninggalkan Jupiter. “Tunggu!” Jupiter kalah cepat. Seorang perawat langsung menghampiri untuk mengurus keperluannya. Termasuk memberikannya obat agar tak terjadi infeksi. “Apa dr. Jelita bekerja di sini?” tanya Jupiter pada perawat yang memberikannya obat. Perawat itu melihat pada Jelita dan mengangguk tersenyum. “Iya, sebenarnya dia tidak bertugas hari ini tapi tiba-tiba dia datang dan ikut berjaga.” Jupiter mengangguk dan matanya terus memperhatikan Jelita yang berjalan keluar dari ruang ICU. “Terima kasih!” “Cepat sembuh, Tuan King!” Jupiter tersenyum dan memakai pakaiannya kembali. Sekarang ia tak mungkin pergi ke rumah sakit dalam keadaan seperti ini. Ayah ibunya bisa panik ditambah Ares yang bisa makin stres. Akhirnya Jupiter memutuskan untuk pulang saja. Selama ia keluar dari klinik itu, Jupiter tak bertemu dengan Jelita lagi. Mungkin ia tak begitu ingat pada Jupiter dan apa yang mereka lakukan sebelumnya. Sementara dari balik sebuah kaca jendela, Jelita memperhatikan Jupiter yang masuk ke dalam mobilnya. Ia baru ingat jika Jupiter adalah pria yang sudah bersamanya semalam. Hatinya masih patah dan berduka. Jadi Jelita tak punya senyuman untuk orang lain. Meskipun Jupiter sangat tampan tapi dia tak tertarik sama sekali. Keesokan harinya, Jelita memenuhi janjinya bertemu dua sahabatnya Melanie dan Ailen. Keduanya mengajak Jelita ke salon untuk menghibur diri. Nyatanya, Jelita hanya duduk dengan kesal membolak-balikkan majalah fashion sambil menunggu dua sahabatnya yang tengah melakukan perawatan kuku. Ia sendiri tak ingin melakukan perawatan seperti biasanya. “Jelita, jika kamu cemberut terus, nanti kamu bisa tua lebih cepat!” ujar salah satu sahabatnya Ailen yang sengaja mengajaknya ke salon agar bisa bersenang-senang sekaligus melupakan rasa sakit dan patah hati akibat di tinggal oleh kekasihnya. “Dari pada kamu duduk di situ dan terus memikirkan pria bre ngsek itu, lebih baik kamu melakukan menicure atau keramas atau apalah!” sambung temannya yang lain bernama Melanie. Ailen menoleh dan mengangguk setuju pada Melanie. Jelita bukannya menurut malah separuh melempar majalah itu ke atas meja dan melipat kedua lengan di dadanya. “Aku harus membuat Samuel mau kembali padaku! Aku tidak ingin dia jatuh ke tangan wanita itu begitu saja! Sam itu kekasihku!” tukas Jelita dengan sikap kesal yang luar biasa. Ailen mendengus dengan kesal dan menggelengkan kepalanya. “Aku heran denganmu. Kamu cantik, seksi, seorang dokter. Tapi kamu masih memilih pria rata-rata seperti Samuel Arson!” celetuk Melanie kemudian. “Jangan salah Melanie, Ayahnya adalah Michael Arson. Dia calon pemilik Arson Corporation!” sambung Ailen lagi. Melanie mendengus dengan kesal. “Dia seorang playboy! Aku bahkan tidak tertarik meski dia anak Presiden Amerika sekalipun!” teman-teman Jelita benar-benar tak membantu dan membuatnya jadi makin kesal. Ia bangun dari sofa dan berjalan mondar-mandir memikirkan apa yang harus dilakukannya. Sampai seorang capster datang dan menawarkan untuk mewarnai rambutnya. “Aku sedang pusing. Tunanganku pergi dengan wanita lain!” seru Jelita kesal dan mengentakkan kaki di balik sepatu heels yang selalu ia kenakan. “Hhm ... kenapa kamu harus repot. Cari saja pria baru!” celetuk capster pria tapi setengah wanita itu dengan gaya centil. Jelita langsung bersungut dan menggelengkan kepalanya. “Aku sangat mencintai dia. Dia tidak bisa meninggalkan aku begitu saja. Kenapa dia tidak percaya jika aku mencintai dia?” rengek Jelita dengan kesal. “Ayolah, Sayang. Kamu cantik. Kamu hanya tinggal mencari pria baru dan tunjukkan padanya jika dia bukan apa-apa!” tukas capster itu lagi sambil menaikkan kedua alisnya bersamaan. Jelita yang menoleh dengan wajah sedih makin bersungut. Ia berbalik dan duduk lagi di sofa yang sama. “Dia benar, Jelita. Kamu harus cari pria baru dan pamer padanya. Nanti dia akan cemburu dan kembali padamu!” celetuk Melanie dengan percaya diri. Jelita mulai membesarkan mata kala mendengarkan saran dari temannya. “Hhm ... tapi siapa? Yang lebih tampan dari Samuel? Kalian tahu kan dia yang paling tampan!” Jelita menyahut membuat Melanie dan Ailen langsung mendengus kesal. “Yang benar saja! kamu kan bisa pacaran dengan aktor atau penyanyi!” Jelita mengernyit pada Ailen. Tiba-tiba sesuatu terlintas di kepalanya membuat Jelita langsung berdiri dan mengambil tasnya. “Jelita ... Jelita ... kamu mau ke mana?” pekik Ailen dan Melanie bersamaan. Sedangkan Jelita dengan langkahnya berjalan cepat ke arah mobil yang terparkir lalu masuk ke dalamnya. Ia mengebut ke arah klub malam terkenal Medieval untuk mencari seorang pria bernama Jupiter King. “Aku rasa dia bisa bantuin aku!” gumam Jelita saat hendak masuk ke dalam klub. Masalahnya Jelita tak mengenal Jupiter selain hanya tahu mereka tak sengaja berkencan sekali dan pria itu pernah datang ke kliniknya. Jelita akhirnya bertanya pada bartender yang dulu melayaninya minum. Bartender itu tersenyum dan Jelita langsung menembak dengan pertanyaannya. “Apa kamu kenal pria bernama Jupiter? Dia tinggi, tubuhnya tidak terlalu besar, rambutnya coklat hazel dan dia cukup tampan!” ucap Jelita memberikan ciri-ciri Jupiter yang ia ingat. Bartender itu mengernyitkan keningnya. “Ada apa kamu mencarinya?” Jelita memberikan dua lembar uang untuk tip. “Jika kamu bisa mencarikan dia untukku!” ujar Jelita lagi. Bartender tadi menunjuk pada sebuah sudut tempat Jupiter tengah minum sendirian. Jelita meninggalkan uang itu dan berbalik berjalan ke arah Jupiter. Ia mencolek pundak Jupiter sehingga ia menoleh padanya. “Hai, aku perlu bicara denganmu!” ujar Jelita langsung pada pokok permasalahan. Jupiter yang mengernyit tak mengerti lalu melihat ke kanan dan kiri. Ia membalas apa yang dilakukan oleh Jelita saat merawatnya di klinik. “Maksudmu aku?” Jelita dengan kesal melipat kedua lengan di dadanya yang di atas rata-rata siap menghadapi Jupiter yang menyengir nakal. “Ya, aku punya pekerjaan untukmu. Aku yakin kamu pasti akan tertarik!”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD