"DARIAN!!" teriak Lethisa kaget.
Darian justru terkekeh setelah berhasil menggoda Lethisa dengan meremas gundukan dibagian belakang perempuan itu, Lethisa berbalik menghadap Darian.
"Aku pikir kau menyukainya." sahut Darian tanpa berdosa.
Nafas Lethisa naik turun, dadanya bergemuruh tapi sebelum ia memprotes Darian meraup bibirnya dengan cepat sembari mendorong Lethisa hingga pinggang nya terantuk pinggiran meja wastafel. Bukannya menolak atau mendorong Lethisa justru menerima permainan Darian toh pria itu sudah melihat segalanya meskipun tetap saja Lethisa merasa malu membiarkan tubuhnya dipegang oleh tangan Darian yang besar dan kuat.
"Emh.."
Tanpa sadar suara lenguhan keluar dari bibir Lethisa, oh sh*t, sekarang Lethisa seperti benar-benar menjadi pel*cur lelaki ini ketika tubuhnya justru menyukai tiap sentuhan yang Darian berikan, itu sangat memabukkan, Lethisa melingkarkan tangannya dileher Darian namun suara yang tak diundang datang menghentikan permainan mereka.
Kruuukkk...
Darian berhenti lalu menarik diri menatap wajah Lethisa namun perempuan itu segera memalingkan wajahnya karena malu.
"Aku belum makan sejak tadi siang." kata Lethisa dengan menyembunyikan raut wajah merah yang mirip kepiting rebus.
Darian tersenyum geli meski sedikit kesal karena adiknya sudah tegang, Darian menepuk kepala Lethis pelan.
"Pakai pakaianmu ayo kita cari makan diluar."
"Benarkah jadi aku dibolehkan untuk makan?" sahut Lethisa.
"Tentu saja kau pikir aku akan membiarkanmu mati kelaparan dan membiarkanku melepasmu begitu saja?" Darian menunjuk kening Lethisa, "Kita harus melanjutkan permainan setelah mengisi perutmu lebih dulu."
Lethisa mengangguk lantas mengambil handuk dan keluar dari sana untuk segera memakai baju, saat ini Lethisa benar-benar merasa lapar.
Dilain itu Darian terlihat masih tersenyum geli, entah Lethisa yang terlalu polos atau gadis itu hanya pura-pura tapi Darian dibuat gemas oleh sifat Lethisa selain itu Darian sangat suka menyentuh bagian tubuh Lethisa walaupun tidak begitu berisi namun Darian lah pria pertama yang menyentuh Lethisa mengambil pengalaman pertama yang perempuan itu miliki.
Tapi ada satu hal yang harus selalu di ingat oleh Darian bahwa dia tidak boleh mencintai Lethisa atau siapapun yang masuk dalam agensi nya, mereka hanyalah mainan yang digunakan Darian sebagai kedok hiburan untuk menyembunyikan jika ia adalah orang yang tidak biasa.
Terlebih ada hal lain yang membuat Darian terikat oleh sesuatu yang sangat besar hingga membuatnya tidak boleh mencintai siapapun.
Tak lama Lethisa kembali, "Aku sudah siap sekarang aku akan mencari makan diluar karena lemari pendingin milikmu tidak ada sesuatu yang bisa aku masak."
Lethisa bagaikan anak kecil terlihat girang sembari melompat lompat kecil menuju pintu namun Darian menahan tangan Lethisa, perempuan itu berbalik.
"Bukan kau saja tapi kita, aku juga lapar jadi mari mencari makan bersama." ucap Darian. Lethisa tersenyum lalu mengangguk.
"Tentu saja mari kita cari makan yang enak."
Lethisa tersenyum lebar menunjukkan deretan gigi rapihnya sebelum berjalan lebih dulu di depan Darian, Keduanya menuju sebuah restoran yang baru kali ini didatangi oleh Lethisa sehingga saat pertama kali masuk kesana Lethisa dibuat takjub.
"Apa kita akan makan ditempat ini?"
"Kau tidak suka?"
Lethisa menoleh sambil menggelengkan kepala, "Aku tidak bilang begitu tapi tempat ini sangat bagus."
"Kalau begitu segera pesan makananmu agar kau memiliki energi saat bermain denganku."
Ujung bibir Lethisa berkedut tapi mengabaikan hal itu dengan memesan makanan yang ia suka.
Darian menatap Lethisa, Darian pikir Lethisa sama saja dengan perempuan yang ia tiduri sebelumnya dimana mereka justru meminta ini itu untuk kebutuhan yang tidak begitu penting. Darian mengeluarkan kartu hitam untuk Lethisa.
"Untukku?" tanya Lethisa.
"Anggap saja itu bayaran dariku untukmu agar kau tidak mencari pekerjaan lain diluar sana sehingga setelah kau selesai dengan pekerjaanmu kau bisa langsung pulang menemuiku."
"Wah aku tidak tau kau sangat tergila-gila olehku." Lethisa dengan cepat menarik kartu hitam dari tangan Darian.
"Akan aku gunakan dengan baik." kata Lethisa lagi.
"Kau habiskan isinya juga tidak masalah." jawab Darian.
"Kau baik sekali, oh makanan sudah datang."
Sekarang mari kita lihat apa yang akan dibeli Lethisa menggunakan kartu hitam itu, Darian tidak sepenuhnya percaya di jaman seperti ini tidak ada orang yang tidak menyukai uang, kemungkinan Lethisa menyembunyikan sifat aslinya dibalik wajah polos itu.
"Kau bisa memesannya lagi jika kurang."
Lethisa menggeleng, "Itu tidak perlu karena aku harus menjaga tubuhku, oh ya lain kali kamu harus mengisi lemari pendinginmu agar ketika aku lapar aku bisa memasak sendiri karena itu lebih sehat dan hemat." lalu tersenyum dan melanjutkan makan dengan lahap.
"Kau tidak akan gemuk dalam satu malam dengan memakan semua menu disini," kata Darian, walaupun sudah terbiasa jika kebanyakan wanita atau hampir semua model harus menjaga pola makan agar bentuk tubuhnya tetap terjaga.
"Kau bilang lapar kenapa tidak makan?"
"Apa kau mau ini juga?" kata Darian menawarkan.
Lethisa menggeleng, "Itu milikmu, kau juga harus makan karena jika kau sakit aku harus membawamu kerumah sakit." jawabnya. Darian terkekeh lalu memakan miliknya juga sambil mencuri pandang kearah Lethisa.
Lethisa bersandar di kursi mobil terlihat puas karena perutnya sudah terisi, ia menoleh melihat Darian yang tak kunjungan mengemudikan mobil.
"Apa kau ingin pergi kesuatu tempat?"
Darian menoleh juga hingga keduanya bertatapan.
"Kenapa kau menerima kontrak untuk menjual tubuhmu demi sebuah karier?" tanya Darian balik.
Lethisa terlihat berpikir kemudian tersenyum, "Aku dibesarkan oleh seseorang yang bukan orang tuaku, jadi untuk membalas kebaikan mereka tentunya aku harus bisa membahagiakan mereka, saat kecil aku tidak begitu mengenal sosok orang tuaku bagaimana, jadi untuk memenuhi kebutuhanku aku juga harus berusaha tanpa merepotkan siapapun."
"Itu cerita yang membuatku tersentuh." kata Darian datar tanpa ekspresi lalu mengemudikan mobil keluar dari parkiran.
"Hei itu sungguhan kau kira aku mengarangnya!"
"Aku tidak bilang bahwa kau mengarangnya."
"Tapi jawabanmu seperti mengatakan jika aku mengada-ngada." protes Lethisa tidak terima kemudian memalingkan wajah.
Darian menahan senyumnya.
Mereka tiba kembali di apartemen lalu duduk di sofa tak lama setelah itu terdengar suara bel ditekan.
"Kau punya tamu?"
"Buka pintunya," Bukannya menjawab Darian malah memerintah, Lethisa berdiri membuka pintu melihat beberapa orang berdiri membawa banyak macam sayuran.
Lethisa berbalik menatap Darian, "Kau yang memesan ini semua?"
"Suruh saja mereka masuk!" sahut Darian dari dalam lantas orang-orang dengan belanjaan yang cukup banyak itu masuk. Lethisa mengikuti dari belakang.
"Wah ini sangat banyak pasti akan bertahan sampai dua minggu lebih." ucapnya yang dapat di dengar oleh Darian namun pria itu hanya tersenyum tipis.
"Letakkan disitu saja biar aku yang menyusunnya nanti," kata Lethisa lalu orang yang membawa sayuran tadi langsung pamit.
Darian berjalan mendekat melihat Lethisa yang langsung menyimpan sayuran kedalam lemari pendingin.
"Apa yang kau lakukan?"
"Memasukan sayuran ke kulkas." jawab Lethisa apa adanya.
Darian menghela nafas, "Maksudku kenapa kau tidak menyuruh mereka melakukan pekerjaan itu."
"Aku melakukannya agar rapih dan jika tidak segera dimasukkan kedalam lemari pendingin bisa-bisa semuanya rusak, jadi lebih baik aku membereskan semuanya sekarang." sambil menyusun sayuran dan bahan masakan lain ketempat yang mudah di ingat.
Darian bersandar memperhatikan Lethisa kemudian perempuan itu berbalik menatapnya.
"Kau sendiri kenapa diam saja!" seru Lethisa, alis Darian terangkat sebelah.
"Lalu apa yang harus aku lakukan selain melihatmu menyelesaikan semua ini?"
Lethisa berdiri menarik tangan Darian lalu memberikan sayur diatas telapak tangan pria itu.
"Kau harus membantuku menyimpan semua sayuran dan bumbu masakan ini kedalam lemari dan kulkas."
"Seriusly!" sahut Darian tak percaya, baru kali ini ada orang dengan terang terangan menyuruhnya memasukan sayuran kedalam lemari pendingin.
_______