4

2731 Words
Karina menatap Regil penuh haru, tidak menyangka cintanya dengan Regil akan berlanjut dan sejauh ini. "Hm.." gumam Karina dengan berderai air mata. Regil mengambil cincinnya lalu memasangkannya pada jari manis Karina, tangannya terulur menghapus air mata Karina. "Besok kita menikah" gumam Regil di depan bibir Karina lalu di kecupnya dalam dan lama. *** Regil menindih Karina tanpa melepaskan pagutannya, tangannya mulai menyusup masuk ke dalam baju Karina lalu meremasnya yang masih di balut penghalang. Karina mendesah di sela - sela pagutannya, di tambah tangan Regil yang satunya sudah mengusap inti Karina, membuat Karina tak bisa diam di bawah Regil. Regil melepaskan pagutannya untuk membuka pakaian dirinya lalu Karina. Sore ini, menjadi sore yang panjang untuk keduanya, melupakan masalah - masalah yang bisa datang kapan saja karena mereka yang bersatu kembali. "Ahh Regil ahh.. Aku gak kuat.." "Tahan sayangh.." *** Regil merapihkan anak rambut di wajah Karina yang penuh peluh lalu dikecupnya kening Karina."Aku ingatkan, jangan pernah berpikir untuk lari lagi.." tekan Regil dengan serius. Karina melirik Regil dengan kantuk di matanya."Hm.." balasnya. Regil menatap Karina serius."Pergi jika kau mau, maka aku akan menjadi anak durhaka yang membunuh ayahnya sendiri.." terang Regil santai namun berbau ancaman. Karina meresponnya dengan pelukan di leher Regil, membenamkan wajahnya di d**a bidang pria itu, dia benar - benar mengantuk. "Tidurlah.." ucap Regil pada akhirnya. Tangannya menarik selimut hingga seleher Karina lalu mengelus rambutnya sekilas. Regil masih diam, pikirannya sedang berkelana, ancaman dari ayahnya dua hari yang lalu selalu menghantuinya. 'Aku bisa membunuhnya, karena yang kucintai ibunya bukan dia! Pilihan ada di tanganmu, menikah dengan Ruena atau kau tidak bisa melihat lagi Karina hidup di dunia ini!' terangnya di balik ponsel. 'Kau bukan Tuhan! dan kau tahu jelas apa yang akan aku pilih!' geram Regil. 'Baiklah! Ternyata kau memang belum benar - benar mengenal ayahmu ini..' terang Geral santai. 'Aku akan menikahinya! Jadi dia akan selalu ada di dalam pengawasanku! Dia terluka maka tak segan - segan ku bunuh Ruena sialanmu itu!' teriak Regil penuh emosi. 'Darah Mafia memang mengalir di tubuhmu son!'kekeh Geral yang membuat Regil semakin emosi. 'Baguslah kau ingat!'ejek Regil Dengan nafas memburu menahan emosi. 'Tapi sepertinya darah malaikat dari ibumu yang lebih banyak mengalir di tubuhmu, aku tahu son, kau tidak akan bisa melepaskan peluru pada siapapun, karena buktinya, sampai sejauh ini kau bersih, tidak pernah membunuh siapapun!' terang Geral yang terserat nada bangga dan sedih secara bersamaan apabila mengingat mendiang istrinya. Regil terdiam, memang sejahat apapun dirinya, dia belum pernah menghilangkan nyawa seseorang. 'Berpikirlah yang tenang son, Ruena terlahir dari keluarga sepertiku, mafia, Karina akan terluka bukan hanya karenaku tapi juga karenanya' Itulah percakapannya dengan sang ayah waktu itu, Regil bimbang. Kini masalahnya bukan lagi dari tuannya Niko, tapi dari ayahnya dan Ruena, mafia lebih berbahaya dari pada tuannya Niko Yang hanya seorang pengusaha kaya. Regil memeluk Karina yang sudah terlelap, mencium rambutnya beberapa kali. Semoga pilihanku tepat batin Regil. *** Regil dan Karina duduk di pinggir pantai, dengan raut bahagia di wajahnya, walau Regil tidak mengekspresikannya dengan baik, tapi hari ini memang hari bahagianya bersama Karina. Siang tadi acara pemberkatan kecil sudah di adakan di gereja yang ada di Bali dan kini keduanya adalah sepasang suami istri. "Sebentar.." Regil merogoh sakunya untuk mengambil ponselnya yang bergetar. Di layar tertera nomor privat, dengan cepat Regil menjawabnya. 'Aku benar - benar tak suka di tolak' terang seorang wanita di sebrang sana. 'Siapa kau?' tanya Regil dingin. 'Haha.. Kau benar benar! Aku Ruena sayang' terang Ruena genit namun tersirat nada geram. 'Ada apa kau menghubungiku!' 'Aku tahu kau sudah menikah..' ujar Ruena dengan santai namun terdengar dingin. 'Baguslah' balas Regil santai. Karina hanya sesekali melirik Regil lalu kembali menikmati indahnya pantai sore hari ini. 'Oke! aku tahu apa yang harus kulakukan' balas Ruena santai lalu mematikan sambungannya secara sepihak. Regil sedikit menggenggam ponselnya kuat, hingga buku - buku jarinya memutih. "Ada apa?" tanya Karina, membuat Regil menoleh lalu memasukan ponselnya kembali ke dalam saku. "Tidak ada apa - apa, ayo kita kembali ke hotel.." Regil beranjak bangun lalu mengulurkan tangannya ke arah Karina, Karina pun dengan senang hati menerimanya. *** Karina tengah di dalam kamarnya, melipat bajunya yang sedikit berantakan di dalam koper, sekelebat bayangan hitam terlihat melewati jendelanya, membuat Karina menoleh dengan was - was. "Si-siapa itu?" ucap Karina gemetar takut, dengan perlahan Karina mendekati jendela kamar hotelnya. Sosok serba hitam terlihat di ujung jendela, dengan tangan menggenggam pisau, Karina semakin gemetar di tempatnya, hingga jendela itu di buka oleh sosok tadi dengan cepat lalu menodongkan pisaunya ke arah Karina secara tiba - tiba. Karina beringsut memundurkan kakinya dengan gemetar takut."Siapa ka-kau!" teriak Karina dengan terengah. Sosok itu mengayunkan pisaunya ke arah leher Karina, repleks Karina mengangkat tangannya membuat pisau itu menggores ke lengan kirinya. "Argh!" pekik Karina dengan berderai air mata. Regil batinnya berteriak lirih. "Kau memang wanita lemah!" gumam sosok itu yang teredam topeng. Karina duduk lalu menekan telinganya, Karina benci mendengar orang - orang yang mengatainya lemah. "Tidak! Aku tidak lemah.." teriak Karina, membuat sosok itu akan kembali mengayunkan pisaunya karena tersulut emosi. Regil membuka kasar pintu kamarnya lalu dengan gerakan cepat menendang tangan sosok itu yang tengah memegang pisau, hingga pisau itu jatuh ke lantai. Regil memiting leher sosok itu, namun berhasil di lepaskan sosok itu, keduanya terus berkelahi. "Regil, stop Regil.." teriak Karina yang sudah sangat ketakutan. Regil menoleh ke arah Karina, membuat sosok itu segera mengambil kesempatan untuk kabur. *** Regil menggendong Karina, mendudukannya di atas kasur. Dengan gerakan cepat, Regil mengambil P3K untuk mengobati luka di lengan Karina. "Aku takut.." gumam Karina dengan terus terisak. "Berhenti menangis! Dia sudah pergi.." ketus Regil dengan emosi yang menguasainya. Karina menggigit bibirnya untuk menahan isakan, Regil benar - benar dalam mood buruk sekarang. "Ahh!" pekik Karina kesakitan "pelan - pelan tolong.." mohonnya. Regil tidak bersuara, tangannya terus bergerak untuk mengobati luka Karina dan pikirannya terus mengeluh, menyesal telah meninggalkan Karina padahal hanya sebentar, Regil merasa benar - benar tidak berguna dan tidak becus menjaga Karina, baru saja Karina menjadi istrinya dan kini sudah terluka. Regil benar - benar marah. Regil tidak akan diam, hampir saja nyawa Karina melayang. Regil merapikan kotak itu, memandang Karina yang terlihat berantakan. Di raihnya luka di tangan Karina lalu di kecupnya sekilas, tanpa banyak kata Regil memeluk Karina. "Apa aku harus melepasmu?" *** Sudah seminggu mereka di Bali, semenjak kejadian itu Regil benar - benar tak tersentuh, membuat Karina merasa bingung dan juga takut jika mengingat ucapan Regil malam itu. Karina menoleh saat Regil masuk kekamar."Regil.." panggil Karina. Regil hanya melirik lalu naik untuk tidur, tanpa menghiraukan Karina. "Katanya aku ga boleh lari, tapi ada apa dengan sikapmu!" bentak Karina kalut. Regil menoleh dengan tatapan tajam."Beraninya kau membentakku!" teriak Regil yang kini tersulut emosi. "Kita pulang! Untuk apa di sini! apa bedanya di sana dan di sini? Aku sama sama terkurung! Honeymoon macam apa ini.." berang Karina dengan terisak getir. Rahang Regil mengeras."Kita pulang!" Regil beranjak menuju kamar mandi. Di kamar mandi Regil memukul tembok dengan asal."Sialan!" pekik Regil kesal dan marah. *** Setelah di rasa cukup tenang, Regil kembali menuju kasur lalu melirik Karina yang tidur membelakanginya. Regil masih bisa mendengar isakan di telinganya yang keluar dari mulut Karina. Di peluknya Karina dari belakang lalu di kecup rambutnya dengan dalam."Maaf karena terlalu lama berpikir, aku yakin, tidak akan lagi berpikir akan melepasmu.." bisik Regil, tangannya mengusap perut Karina dengan lembut. Karina membalik tubuhnya lalu memeluk Regil."Aku takut, aku tidak peduli jika mereka melukaiku, aku takut kehilanganmu lagi.." terang Karina lirih. "Hm.. Maafkan aku" Regil mengecup pelipis Karina lalu mengusap punggungnya dengan lembut, mencoba menenangkan Karina yang semakin terisak. "Jangan abaikan aku seperti kemarin, aku benar - benar takut, aku sendirian sekarang, tanpamu aku tidak tahu akan bagaimana.." Regil mengecup pipi Karina beberapa kali."Aku janji, aku tidak akan melepaskanmu, aku janji.." yakinnya. Karina semakin mengeratkan pelukannya."Aku siap jika harus terluka, asal kau selalu ada di sampingku.." yakinnya. Regil mencium bahu Karina."Aku cinta kamu, sampai kapan pun.." bisik Regil yang membuat Karina kembali terisak. *** Regil dan Karina berjalan menuju mobil jemputan, kini keduanya sudah pulang dari Bali, walau rencana honeymoonnya kurang berhasil tapi Karina bahagia, karena Regil sudah menikahinya. "Kamu mau punya anak berapa?" tanya Karina manja lalu duduk di dalam mobil. Regil hanya memejamkan matanya lelah."Banyak.." jawab Regil santai. Karina bergelayut di lengan kekar Regil."Iyah berapa?" desaknya. "Diamlah aku ngantuk.." ketus Regil dengan mata terus terpejam. Karina memberengut sebal, merutuki sifat Regil yang menyebalkan. Dengan kasar Karina menyentak lengan Regil lalu sedikit menjauhi Regil, Karina terus memandang jalanan di balik jendela mobil. Karina menoleh saat Regil meraih tangannya lalu di genggamnya tanpa membuka mata. "Jangan di lepas. " gumam Regil membuat Karina tersipu. Ini memang Regilnya pikir Karina mengakui sifat Regil Yang nano - nano. *** Regil menuntun Karina masuk ke dalam kantor Niko. Niko berjalan di depan mereka dengan paperbag di tangannya. "Tuan.." panggil Regil membuat Niko menoleh. Niko membolakan matanya saat menatap Karina di samping Regil. Karina tersenyum kikuk, sedangkan Niko kini mengernyit bingung ke arah Regil. "Saya ke sini untuk memberikan sesuatu.." Niko mengangguk paham."Di ruanganku saja.." balasnya. *** Niko meraih amplop yang di berikan Regil."Mengundurkan diri?" tanya Niko yang di angguki Regil. "Iyah.." Niko mengangguk - nganggukkan kepalanya."Baik - baiklah dan juga jangan sungkan, kau boleh kembali bekerja di sini kapan pun itu.." Niko beranjak dari duduknya lalu menepuk bahu Regil. "Terima kasih untuk semuanya Niko.." ucap Regil tulus. "Ahh.. Sudah lama aku tidak mendengarmu memanggilku Niko, kau memang profesional bung!" Pintu ruangan terbuka, membuat ketiganya menoleh. "Sayang.." panggil Niko saat Vivian datang dengan raut wajah bingung karena melihat Karina. Niko menuntun Vivian yang tengah berbadan dua itu dengan hati - hati. "Dia sudah menikah.." bisik Niko membuat Vivian terkejut. "Benarkah?" bisik Vivi dengan masih di landa keterkejutan, Niko hanya mengangguk. Karina mengulurkan tangannya kearah Vivian."Maafkan aku yang dulu Vivian, aku menyesal.." akunya tulus. Vivian menelan ludahnya gugup lalu dengan ragu membalas uluran tangan Karina. "Hmm.. Semoga pernikahanmu bahagia.." doa Vivian tulus. "Makasih Vivian, semoga kau selalu sehat.." Karina melirik Niko."Terima kasih sudah mempertemukanku dengannya walau dengan cara yang kurang baik dan juga maafkan aku Niko.." sesalnya lagi. Niko mengangguk."Jangan pergi darinya lagi.." pesannya. Karina tersenyum lalu mengangguk."Tentu.." balasnya yakin. *** Regil memeluk Karina, mengecup bahu Karina lalu merambat ke lehernya."Aku sudah cukup banyak uang.." terang Regil santai. Karina mendengus."Sombong.." katanya. Regil melepas pelukannya lalu tidur terlentang."Sombong? Yeah! It's me.." balas Regil malas Jika harus terus berargumen tak penting dengan istrinya itu. Regil terkejut, saat Karina dengan tiba - tiba duduk di=perutnya. Repleks Regil memegang pinggang Karina."Apa yang kamu lakukan?" tanya Regil. Karina tersenyum lebar."Malam itu aku benar - benar nyaman.." akunya. Regil mengernyit bingung "Tidur di atas tubuhmu, aku mau lagi" terang Karina sedikit tersipu. Regil tersenyum samar lalu menarik tubuh Karina hingga telungkup di atas tubuhnya. "Tidurlah.." Regil mengusap punggung Karina lalu sesekali mengecup kepala Karina dengan sayang. Tak peduli dengan masalah yang akan datang nanti, aku benar- benar membutuhkanmu disampingku- batin Regil. *** Mood Regil pagi ini benar - benar buruk, kedua tangannya mengepal di atas meja lalu berdecih. "Apa apaan si tua ini!" amuknya seraya menghempas semua yang ada di meja hingga terjatuh dan berserakan di lantai. Nafasnya memburu tak teratur. Ketukan pintu membuat Regil menoleh, menatap dingin pelayan wanita yang kini berdiri ragu dan gemetar takut. "Maaf tuan, nona Karin ingin tuan ke kamarnya.." ujar sang pelayan dengan susah payah. Regil mengangguk lalu mengibaskan satu tangannya menyuruh sang pelayan pergi. Regil mencoba mengatur nafas dan moodnya, bahaya jika Karina stress melihatnya yang kasar dan penuh emosi ini. Bisa - bisa mengganggu progam hamilnya. Regil beranjak dengan tarikan nafas panjang, langkahnya sedikit di cepatkan takutnya ada sesuatu yang terjadi lagi pada Karina seperti tadi pagi. Regil membuka pintunya tanpa mengetuk, membuat Karina sedikit tersentak kaget. "Ada apa?" tanya Regil seraya menghampiri Karina Karina menepuk sebelah kasurnya yang kosong."Duduk dulu" pintanya. Regil duduk lalu menatap Karina tak terbaca."Suruhan ayah kamu ya?" tanya Karina pelan. Regil meraih tangan Karina."Itu kelalaian pegawaiku, jangan takut.." balasnya. Karina menggeleng."Aku tidak takut, hanya saja khawatir.." akunya. Regil mengubah tatapannya pada Karina menjadi tajam."Dan aku marah, kamu hampir di tusuk dia.." bentak Regil. Karina memberengut, Regilnya kembali berubah. "Kalo kamu melakukan itu lagi, aku akan bunuh mereka semua!" tambah Regil dengan marah. Karina semakin menciut, tatapan Regil benar - benar tajam, menakutkan. Karina sedikit melirik Regil, tatapannya perlahan berubah sendu."Aku khawatir kamu kenapa - kenapa, apa lagi alasannya aku, aku ga akan bisa diam.." Regil membingkai wajah Karina dengan kedua tangannya yang besar."Jangan kayak tadi lagi ya?" pintanya. Karin hanya mengangguk lalu memeluk Regil yang juga memeluknya. Tadi pagi terjadi insiden yang hampir menewaskan seseorang, entah itu Regil atau Karina. Pelayan biasa di rumahnya entah kemana, seseorang yang katanya pelayan pengganti datang, Regil sempat curiga namun hanya diam memantau dan tak lama, pelayan itu mendekati Regil, berniat merapikan piring bekas sarapannya, namun di tahan Karina. "Biar aku saja mba.." Karina berdiri di samping Regil, namun saat melirik kearah pelayan, pelayan itu mengeluarkan pisau di balik bajunya, dengan cepat Karina menahan tangan pelayan wanita itu, keduanya saling mempertahankan posisi. Regil yang terkejut langsung berdiri, berusaha melawan pelayan itu, Karina terdorong membuatnya sedikit jauh mundur dari si pelayan. "Regil.." gumam Karina sedikit takut, dengan gesit si pelayan melayangkan pisau ke arah Regil namun di tahannya tangan pelayan itu dengan cengkraman yang kuat. "Siapa yang menyuruhmu melakukan ini!" geram Regil diliputi amarah. "Ahss.. Lepaskan!" teriak pelayan gadungan itu. Pisau pun terlepas jatuh, karena Regil semakin mengencangkan cengkramannya. "Aku akan lepaskan, jika kau berkata jujur" nego Regil dingin. Karina menatap Regil dengan sedikit ketakutan, inilah Regil kalau sedang marah besar, menyeramkan Pikir Karina merinding. "Ashh.. tuan Geral, ahk lepas" rintih pelayan wanita itu. Regil menyeret pelayan itu ke arah orang kepercayaannya. "Bawa dia kedepan muka situa bangka itu, lalu bilang! Caranya sangat menjijikan!" tegas Regil lalu mendorong pelayan itu dengan keras hingga terhuyung namun cepat - cepat diseret orang kepercayaannya. *** Regil beranjak dari tidurnya saat dilirik Karina sudah terlelap tidur lalu turun dengan perlahan, tidak ingin mengganggu tidur Karina. Namun Karina membuka matanya lalu berujar."Mau kemana? Kok ga tidur" Regil tersentak kecil lalu menoleh."Pura - pura tidur hm?" tanya Regil sedikit sinis. "Aku ga bisa tidur, tapi kamu maksa aku tidur" gerutu Karina. Regil mengangguk ngangguk."Kita jangan tidur aja kalau gitu.." putusnya. Sebelum Karina menyela, Regil dengan cepat mengukung tubuh Karina, tangan satunya masuk ke dalam baju tidur Karina, mencari sesuatu yang bisa Regil remas. "Akh! Regil" pekik Karina pelan. Regil menyeringai."Enakkan sayang?" bisik Regil lalu mengulum telinga Karina, membuat Karina sedikit menggeliat di bawahnya. "Akh.." desahnya yang lagi - lagi lolos, Regil mengecup rahang Karina lalu beralih menjilat dan mengulum bibir Karina yang sedikit menganga. "Akh Regil stop.." pekik Karina keras saat tangan Regil beralih untuk memainkan inti Karina yang sudah basah, menusukkan satu jari tengahnya, mengocoknya dengan cepat. "Ahk Regil aku..emhh" desah Karina panjang dengan tubuh gemetar. Regil melepas jari tangannya lalu sedikit memberi jarak untuk membuka baju Karina, disusul dirinya. "Kita b******a malam ini sayang, rileks.." bisik Regil lalu membuka lebar kedua kaki Karina, menindihnya dengan terus mengulum rakus bibir Karina, membuat Karina kewalahan. Desahan lolos saat tak sengaja milik Regil menggesek intinya. Regil menelusupkan wajahnya ke dalam leher Karina, meninggalkan banyak jejak di sana, setelah itu tangan Regil mempersiapkan miliknya untuk masuk keinti Karina. "Ah, sial kau masih saja sempit.." gumam Regil gemas. Karina mencengkram bahu Regil. "Ahh.." desah Karina saat intinya di penuhi milik Regil. "Emh.. Hangat" ujar Regil dengan gairah jelas di wajahnya. Karina menggigit kecil bibir bawahnya saat Regil menggerakkan miliknya , mencoba menahan desahan yang sialnya susah. "Jangan ditahan sayang, mendesahlah" Regil memejamkan matanya, menikmati proses pergerakan miliknya diinti Karina. "Ahk.. Ini nikmat" racau Regil dengan sedikit mencepatkan gerakan pinggulnya. "Ahk oh emm Regil pelan.." desah Karina kelabakan."ahk aku gak kuat" lanjut Karina tertahan. Tak lama dari itu Karina bergetar, mendapat pelepasannya yang kedua dan Regil dengan gagahnya masih kuat dan kini mengangkat tubuh Karina agar menungging. Regil kembali memasukan miliknya, pinggulnya di gerakan dengan sedikit cepat. "Ahh" Karina meremas bantal, wajahnya mengernyit saat merasakan hentakan Regil yang cepat. "Sakit.." desah Karina lalu menoleh ke belakang, menatap Regil agar mengurangi hentakannya. "Aku akan sampai, tahan sayang ahh" Regil sedikit gemas, dihentakan miliknya semakin kuat dan dalam, selang beberapa lama Regil mengerang tertahan, pelepasan pertamanya sangat nikmat, dengan nafas terengah Regil membalik tubuh Karina agar terlentang lalu menarik selimut, untuk menutupi tubuh keduanya. Karina sedikit lega karena Regil tidak melakukan ronde kedua, namun kelegaannya hilang saat Regil berujar sambil memeluknya. "Istirahat, 5 menit lagi kita lanjut yang kedua"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD